Sejujurnya aku bukan tipe orang yang bisa berbasa-basi. Tersenyum sana sini dan mengobrol sebentar atau hanya sekedar menyetor muka bukanlah hal yang biasanya aku lakukan. Namun karena permintaannya, aku melakukan hal ini.
To be honest, aku tidak ada yang kenal dengan tamu undangan yang ada di sini. Menurut keterangan dari Pak Gama, ini adalah acara nikahan temen kuliahnya saat menempuh pendidikan magister. Which means orang-orangnya tidak beririsan dengan kenalannya Bang Jeno. That's why aku tidak cukup familiar dengan orang-orangnya.
Aku meletakkan tas mini yang sedari tadi menyempurnakan penampilanku ke atas meja yang ada di depan Pak Gama. Tidak sadar juga aku menghembuskan napas lelah, pasalnya energi sosialku terasa habis tak tersisa karena bertemu banyak orang. "Maaf ya kamu jadi lelah,"
"Eh," jawabku reflek. Aku tak berniat menunjukkan padanya bahwa aku lelah, tetapi ternyata perilakuku sudah menunjukkan semuanya.
"Nanti kalo kamu udah ngerasa lebih baik, kita pulang." Dia meminta segelas air minum dari pramusaji yang berseliweran, lalu memberikannya padaku. He's very carrying of me.
"Terima kasih," masih berkaitan dengan pak to be mas, sebisa mungkin aku menghindari kedua kata tersebut. Aku merasa malu sendiri, tetapi tak mau juga mengembalikan panggilan. Plin plan banget lo, Liv!
"Eh, Gam.." belum juga kamu melanjutkan obrolan, suara orang mendekat berhasil menghentikanku yang ingin bicara.
Pak Gama juga mendadak berdiri dari kursi dan melangkah ke arah sumber suara. "Anjir, gue ketemu orang penting, nih." Ujar seseorang dari balik punggungku.
Sampai di sisiku, Pak Gama sedikit menunduk dan berbisik. "Kamu di sini aja, istirahat. Biar saya temui teman saya sebentar."
OMG. OMG. Kenapa dia super perhatian?
Peka banget jadi cowok.***
Butuh beberapa menit sampai akhirnya Pak Gama kembali ke meja kami. Dugaan ku dia menyeret temannya menjauh, agar aku bisa beristirahat sebentar.
Terima kasih, pak. Gue memang sudah tidak punya tenaga untuk berbasa-basi.
"Sudah agak mendingan?" tanyanya penuh perhatian.
Aku mengangguk. "Better sih,"
"Mau langsung pulang?" tanyanya lagi.
Lagi-lagi aku mengangguk. Besok juga aku harus kembali bekerja, jadi aku tidak boleh sampai rumah terlalu malam.
Pak Gama mengambil tas yang aku letakan di atas meja, dia pegang di tangan kirinya, lalu tangan kanannya diulurkannya padaku. Apa nih, dia mau gandeng gue?
Aku menyambut uluran tangannya. Alhasil tangan kami berdua menyatu, padahal hubungan kami masih belum jelas.
Anjir lah, gue gandengan sama bos sendiri.
"Tidur aja, ya." Pintanya ketika kami sudah tiba di dalam mobil. "Nanti kalau sudah sampai, saya bangunkan."
Entah kenapa aku memang tiba-tiba merasa lelah. Badanku juga rasanya sangat pegal, padahal aktivitasku hanya bimbingan dan menemaninya kondangan. Dugaanku aku akan segera mendapat tamu bulanan, makanya respon tubuhku dari dua kegiatan ini sangat berlebihan. Kebetulan memang dari yang aku amati, aku akan merasa sangat lelah satu hingga dua hari sebelum periode ku datang.
Merasa yang dikatakannya benar, aku memilih mengangguk. Pak Gama mengambil sesuatu dari jok belakang, lalu memberikannya padaku. "Pakai ya, biar gak dingin." Sebuah selimut ukuran kecil dia berikan. Sepertinya dia sering beristirahat di perjalanan, jadi memiliki selimut di dalam mobilnya.
"Terima kasih," lagi-lagi hanya ucapan terima kasih yang aku berikan. Aku hanya berdoa semoga tamu bulananku tidak datang sekarang, karena pasti akan sangat canggung kalau aku bocor di jok mobilnya.
Pak Gama membantuku memundurkan jok, juga membenarkan selimut. Sepertinya menyadari bahwa tubuhku memang semakin lemas.
Selimut Pak Gama terasa sangat nyaman. Ada aroma yang mengingatkanku dengan si pemilik, dan memberikan ilusi bahwa aku seperti tengah memeluknya. Apa begini rasanya berpelukan sama Pak Gama?
Mataku memejam. Bukan karena kehilangan kesadaran, tetapi karena mencoba fokus dengan aroma selimut yang aku kenakan.
Dapat aku rasakan Pak Gama mengelus pelan rambutku. Memberikan efek yang menentramkan, seolah seperti di elus mama ketika setiap kali aku merasa sakit.
***
"Liv, kita udah sampai." aku melenguh pelan. Suara samar-samar orang yang memanggilku berhasil mengembalikan ku ke dunia nyata secara perlahan.
Mataku berkedip-kedip untuk menyesuaikan cahaya. Menyadari bahwa aku masih berada di dalam mobilnya, seketika aku mengucek kedua mata dan bibir. Jangan sampai ada kotoran mata atau pun iler yang tertinggal, karena malunya akan sangat tidak akan terlupakan.
"Kita udah sampai," kembali dia menginformasikan bahwa kami sudah berada di luar pagar rumah. Sebuah keputusan yang membuatku bersyukur, karena dia tidak langsung masuk halaman rumah. Jam segini semua orang ada di rumah, dan aku tak ingin dituntut penjelasan dari ketiga orang yang ada di sana, especially Bang Jeno.
"Saya antar sampai dalam ya," aku menggeleng.
"Sampai sini aja, Pak." Bangun tidur membuatku kembali menjadikan panggilan 'mas' menjadi 'pak'.
"Saya bukan laki-laki gak bertanggung jawab, Liv. Yang cuma berani nganterin perempuan sampai luar gerbang."
"Maksud saya bukan gitu, Pak. Saya tau kok bapak orangnya bertanggung jawab." Kali ini aku sudah sepenuhnya sadar. "Saya cuma gak mau orang rumah mikir aneh-aneh dengan kedatangan bapak." Baru saja bangun, otakku sudah harus langsung bekerja. Memilah-milah kalimat agar tidak salah dalam menyampaikan maksud dan tujuan.
Pak Gama menggeleng. "Kamu gak perlu jelasin, biar nanti saya yang jelaskan semua."
Aku masih ngotot menggeleng. "Nggak usah lah ya, Pak?"
"Nggak bisa. Saya harus antar kamu." Ujarnya tak terbantahkan. Mau tidak mau, aku juga akhirnya mengikutinya - mengangguk mengiyakan. Lalu dia menekan klakson, hingga gerbang besi yang ada di hadapan kami terbuka cukup lebar.
"Nanti kalau papa tanya kita kok pulang bersama, bilang aja ketemu di jalan ya, Pak?"
Pak Gama menoleh ke arahku. "Gak ada orang yang ketemu di jalan, tapi bajunya kembaran."
Anjir!
Kenapa gue gak inget kalo gue belum ganti baju?"Toh tadi saya ajak kamu juga atas izin papa kamu, jadi kamu gak harus khawatir kalau nanti beliau tau kamu pulang bersama aja." Lanjutnya menjelaskan.
Hah!
Plot twist macam apa ini?
![](https://img.wattpad.com/cover/341357869-288-k879620.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Minis(try)
ChickLit"Akhirnya gue keterima magang, Bang!" Teriaku pada Bang Jeno, kakakku yang sampai sekarang belum bisa dibanggakan. Bang Jeno yang sedang bermain ponsel mendengkus, "Magang modal orang dalam aja bangga," "Ngakunya anti nepotisme, tapi mau magang aja...