Yang mampir jangan lupa komen!
Tembus 20 update bab baru"Gimana, Liv?" aku menoleh ke arah samping. Mengernyitkan dahi karena belum paham dari kalimat sederhana yang dilontarkan oleh lak-laki yang ada di sebelahku.
"Gimana apanya?" responku pada Gabriel. Salah satu teman magangku yang harusnya juga berada pada satu divisi yang sama.
Kali ini kami — anak magang, sedang makan siang bersama di kantin kantor. Meski berada di divisi yang berbeda-beda, kami memutuskan untuk makan bersama karena belum mengenal cukup banyak orang. Selain enggan menjadi orang yang terlihat menyedihkan karena makan seorang diri, kami juga ingin sedikit mengakrabkan diri karena ini adalah pertemuan offline perdana kami.
"Ya pekerjaan lo hari ini." Gabriel membuka tutup butul air mineral dan memberikannya padaku. Act of service sekali — pikirku dalam hati.
"So far so good sih. Gue belum ngerjain apa-apa, baru dijelasih workflow nya aja." Aku menerima botol air mineral darinya secara sukarela. Bukankah perlakuan baik seseorang harus diterima?
"Kalo lo gimana?" tanyaku balik.
"Sama sih, cuma gue agak-agak gimana."
"Kenapa emang?" tanyaku heran.
Dibandingkan dengan teman-teman yang lain, aku memang cukup akrab dengan Gabriel. Entah karena ketertarikan kami berada di bidang yang sama atau karena kami yang tadinya sempat ingin ditempatkan di divisi yang sama. "Atasan lo galak?" dia menggeleng.
"Kayaknya gue bakal lebih banyak nge handle acara kantor yang formal-formal gitu. Padahal gue udah seneng jadi tim khususnya Pak Menteri."
"Emang kenapa Gab?" meski sudah bisa menebak jawabannya, aku tetap ingin memastikan.
"Ya kan bisa sambil jalan-jalan," jawabnya enteng. "Sekalian healing gratis."
Aku setuju dengan pernyataan terakhirnya.
Dari penjelasan yang sudah diberikan Mas Shua sebelumnya, memang kedengerannya pekerjaan yang akan aku lakukan itu menyenangkan. Mengikuti kemana pun Pak Gama pergi, termasuk perjalanan-perjalanan kunjungannya ke pelosok negeri."
"Emang kita nggak bakal di rolling lagi?" Gabriel menggeleng.
"Kalo itu sih gue belum tau. Tapi semoga aja sih tetep di rolling ya, biar gak bosen."
***
"Liv, lusa lo bisa ikut nggak?" aku yang sedang mengobservasi tampilan instagram kemenparekraf mendongak. Mencari asal sumber suara yang sudah tidak asing lagi.
"Kemana, Mas?" tanyaku heran. Aku belum mendapatkan informasi apapun sehingga tidak bisa menjawab pertanyaannya.
"Gue belum bilang ya?" aku mengangguk.
"Lusa Bapak ada kunjungan tiga hari dua malam di daerah Bali. Lo bisa ikut kan? soalnya gue baru bisa nyusul di hari kedua. Jadi gue butuh lo buat ngambil gambar sama beberapa footage.
"Belum tau, Mas. Gue belum izin nyokap gue." Jawabku seadanya. Pasalnya sebagai seorang bungsu, mama lumayan strict dan sering melarangku untuk berpergian tanpanya.
"Boleh lah pasti, kan acara kantor."
"Tapi gue juga belum siap-siap," keluhku menambahkan.
"Akomodasinya ditanggung kantor semua kok, jadi lo nggak perlu khawatir. Tinggal bawa baju aja." Aku hanya mengangguk. Sepertinya Mas Shua beranggapan bahwa alasan financial menjadi salah satu hal yang membuatku bingung. Namun aku tak berniat mengklarifikasinya, toh tidak ada untungnya juga. Malah kalau seluruh akomodasi ditanggung, bukankan akan amat sangat menyenangkan?
"Tapi gue belum terlalu ngerti, Mas. Kalau misal lusa gue di lepas sendiri, takutnya hasilnya gak sesuai."
Mas Shua menarik kursi yang ada di sebelahku dan mendudukinya. "Biasa kok, lo tinggal ngambil-ngambil aja. Ntar gue yang edit video after reportnya."
Aku mengangguk. "Terus perlu ada live report nggak?"
Mas Shua mengangguk. "Kalau bisa sih iya, ya. Tapi ntar lihat sikon aja."
"Paling yang wajib ngingetin bapak buat sesekali update di akun pribadinya,"
"Tapi paling orangnya gak bakal mau." Belum sempat aku menjawab, dia sudah menjawabnya sendiri.
"Nggak bisa ngajak Gabriel, Mas?" aku mencoba peruntungan. Pasalnya aku cukup takut berinteraksi langsung dengan Pak Gama jika tidak ada Mas Shua yang ada di sampingku.
"Bapak request nggak banyak yang ikut. Soalnya biar gak narik perhatian, "
Ini adalah fakta yang aku tahu dari internet, yang ternyata terkonfirmasi kebenarannya oleh Mas Shua.
Ada sebuah artikel yang mengatakan bahwa Pak Gama tidak suka muncul dalam pemberitaan. Namun karena kinerja dan visualnya, banyak orang yang akhirnya tertarik terhadap dia dan kehidupannya. Jadi mau tidak mau, dia akhirnya juga terekspos. Alhasil banyak hal tentang dirinya juga yang akhirnya berseliweran di internet.
"Dia cuma acc 5 orang, Budi, 2 orang tim digital sama 2 bodyguard."
Aku hanya bisa mengangguk pasrah. Jika sudah seperti ini memangnya aku bisa apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Minis(try)
ChickLit"Akhirnya gue keterima magang, Bang!" Teriaku pada Bang Jeno, kakakku yang sampai sekarang belum bisa dibanggakan. Bang Jeno yang sedang bermain ponsel mendengkus, "Magang modal orang dalam aja bangga," "Ngakunya anti nepotisme, tapi mau magang aja...