"Sedang apa?!" tanya Manda begitu pintu Apartemen terbuka dengan keras, suaranya menggema di ruangan yang hening.
"Kau dari mana saja?" Bukannya menjawab, Gyumin malah balik bertanya dengan nada tajam, sorot matanya menuntut penjelasan.
"Kenapa meninggalkan aku dengan orang ini?!" kesal Doohyun, sembari menunjuk ke arah Gyumin dengan jari telunjuknya yang gemetar.
Manda menghela napas panjang, terlihat frustasi.
"Aku mencari angin segar," katanya sembari berjalan menuju jendela yang besar, mencoba mengalihkan pandangan dari kedua Pria tersebut.
"Aku akan ke suatu tempat, tolong tinggalkan aku!" ujarnya dengan tegas, lalu berbalik meninggalkan mereka."Pergilah!" Doohyun menatap Gyumin dengan pandangan penuh kebencian.
"Kau!" Gyumin nampak kesal, matanya menyala-nyala saat mendengar ucapan Doohyun.
"Apa maksudmu?!"Manda menoleh, raut wajahnya penuh amarah.
"Kalian berdua harus meninggalkan tempat ini!" tegasnya, langkah kakinya menghentak lantai dengan keras.Doohyun yang tak terima diusir pun berjalan ke arah Manda.
"Kau juga!" lanjut Manda, menatap tajam ke arah Doohyun yang terhenti di tengah langkahnya."Sayang, aku salah apa?" rengek Doohyun, mencoba meraih tangan Manda dengan tatapan penuh harap.
"Tidak, kali ini aku memang butuh waktu untuk sendiri," ujarku dengan suara yang lebih lembut namun tegas, kemudian berbalik dan menuju kamar.
Manda berhenti sejenak di ambang pintu kamarnya, menoleh dan menatap kedua orang tersebut dengan raut wajah yang tidak bisa disembunyikan kekesalannya.
"Pergilah!" lanjutnya, masih dengan nada marah.Doohyun dan Gyumin pun saling menatap dengan kebencian yang nyata, sebelum akhirnya mereka keluar dari Apartemen Manda dengan langkah berat.
(ノ`Д´)ノ彡
Pada hari yang sama, Manda sedang membereskan meja di kamarnya ketika tanpa sengaja dia menjatuhkan beberapa buku dari atas meja.
"Uh, sialan!" Manda merutuk sembari berjongkok, membereskan kekacauan akibat ulah Doohyun dan Gyumin. Di antara tumpukan buku, dia menemukan sebuah kartu nama yang tertinggal."Kartu nama Ryu na, pemilik butik itu...," gumam Manda, matanya memperhatikan detail kartu nama tersebut.
"Apa aku terima tawaran itu? Apa aku bisa?" bisik Manda pada dirinya sendiri, merenung sejenak sebelum akhirnya memutuskan.
"Baiklah, mari kita lakukan hal baru!"Butik Fairy.
Keesokan harinya, pukul 13.00 siang.
"Wah, apa ini benar butiknya? Besar sekali," gumam Manda sembari menatap bangunan besar di hadapannya, kagum akan kemegahannya."Permisi, ada yang bisa saya bantu?" sapa seorang karyawan dari butik tersebut dengan ramah, senyum menghiasi wajahnya.
"Apa benar ini alamatnya?" tanya Manda sembari memperlihatkan kartu nama butik yang ada di tangannya.
"Benar sekali, silakan masuk. Saya akan mengantar anda ke CEO-nya langsung," ujar karyawan tersebut dengan sopan.
Setibanya di Ruang CEO Butik fairy.
"Permisi, ada yang ingin bertemu dengan Anda," seru karyawan ketika pintu ruangan terbuka sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quadrangle Romance: Mandalika한국아
Teen FictionMandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia terkurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namu...