Tawa Gyumin terdengar hampa, bangkit dari tubuhnya dan berjalan menuju ponsel yang merekam kejadian. Menatap Ji young sebelum beranjak pergi, perlahan mengurangi volume tawanya.
"Aarrghh!" teriak Ji young setelah Gyumin hilang dari pandangannya, mencengkram selimut yang menutupi sebagian tubuhnya.
***
Beberapa hari kemudian, di kediaman Keluarga Lee Jae in.
Jae in berjalan memasuki ruangan, menyapa Lika di tengah balkon yang sejuk.
"Bisakah kau menutup kedua matamu?" tanya Jae dengan semangat, langkahnya semakin mendekat.
Lika berbalik saat mendengar ketukan langkah kaki Jae in. "Apa kau akan memeriksaku?" Pertanyaannya membuat Jae in tertawa.
"Kau merasa sakit?" tanya Jae in lembut, menatap Lika dengan cinta setelah berdiri di hadapannya.
Lika menggeleng pelan, menelan ludahnya saat Jae in kini semakin mendekat. "Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanyanya, namun Jae in hanya tersenyum.
Jae in mengangkat kedua tangannya, perlahan membuka ikatan cadar hitam yang menghalangi pandangan, memperlihatkan wajah cantiknya yang memikat, mengelus lembut kulit bersih nan-berseri.
"Beruntungnya aku mendapatkan insan seistimewa dirimu...," gumam Jae in, matanya berkaca-kaca.
Lika meraih tangan Jae in di pipinya, menggenggamnya erat. "Mungkin aku jauh lebih beruntung bisa bertemu dengan Pria setulus dirimu." ucapnya tulus dari hati, membalas tatapan Jae in.
"Jangan sesekali mengubah pandanganmu, berjanjilah...," pinta Jae in, mengingat bahwa Lika sedang mengalami amnesia, yang sewaktu-waktu akan mengingat kembali segalanya.
Lika mengangguk pelan sembari tersenyum, matanya kini terpejam. "Kau ingin memberiku sesuatu?"
Jae in seketika tersadar, melihat tangannya di genggaman Lika. "Bagaimana caraku memberikannya jika tanganku masih kau sandra." selorohnya, membuat Lika melepas tangan Jae in.
Pria itu mengelus lembut kepala Lika sebelum pergi meninggalkannya yang masih terpejam.
Dari arah luar kamar tersebut, langkah Hae rin semakin mendekat, memanggil nama sang Kakak. "Pintunya terbuka? Tidak biasanya...," gumam Hae rin, semakin menambah kecepatan langkahnya.
Hae rin memperhatikan sekelilingnya sebelum melangkah masuk. Pandangannya lurus, menatap wanita itu dengan mata yang seketika melebar, mulutnya sedikit menganga, terkejut dengan apa yang dilihatnya.
Hingga langkahnya pun terhenti, matanya menyapu wajah Lika, memastikan bahwa apa yang dilihatnya adalah nyata.
Lika dengan mata terpejam, tidak menyadari kehadiran Hae rin di hadapannya. Dan tak lama kemudian, Jae in melangkah masuk, tangannya di penuhi biola mewah yang berkilau.
Mendengar langkah kaki Jae in, membuat Mata Lika terbuka, sedikit terkejut dengan kehadiran Hae rin tepat dihadapannya. Dari arah belakang, Jae in tak kalah terkejutnya dari mereka, melihat Hae rin yang terpaku di hadapannya, menjatuhkan instrumen itu dari tangannya yang bergetar.
Hae rin perlahan berbalik dengan mulut menganga, menatap Jae in. "Apakah dia?"
"Dia...," Jae in berusaha menghindari tatapan Hae rin.
"Kakak!" bentak Hae rin.
Langkah Jae in cepat mendekati Hae rin, menyeretnya keluar dari kamar tersebut, meninggalkan Lika di tengah kebingungannya.
Setibanya di kamar Hae rin, Jae in mengunci pintu, berbalik dan menatap Adiknya dengan tajam.
"Jadi selama ini kakak menikahi model itu?!" tanya Hae rin dengan nada membentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quadrangle Romance: Mandalika한국아
Teen FictionMandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia terkurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namu...