Anin mengambil foto tersebut dari dalam kotak, membagikannya kepada mereka dengan senyum menakutkan sembari Menatapnya satu persatu, membuat ketiga Pria itu keheranan, tidak mengerti dengan apa yang Ia lakukan.
"Benar, aku hanya memanfaatkan kepolosannya yang menjijikkan itu... kalian seharusnya memberiku upah karena telah menemani pacar sialanmu itu! Sayang sekali, manusia itu mati di tangan orang lain, dan bukan dari tanganku sendiri." ucap Anin tanpa rasa bersalah, wajahnya datar, menatap satu arah.
"Siapa yang melakukannya?!" Gyumin menatapnya dengan kemarahan yang semakin memuncak, namun tertahan.
Anin mengalihkan pandangannya, menatap Gyumin sembari menyeringai.
"Jawab!" bentak Doohyun yang tersulut emosi, teriakannya memekik.
"Kau tahu itu...," gumam Anin dengan tatapannya yang mengerikan, membuat mereka tak terkendali lagi, mata putih itu berubah menjadi merah padam, siap untuk menerkam.
Menyaksikan kegilaannya tersebut, In yeop seketika merebut tangan Anin tanpa berkata sepatah katapun, Ia menyeretnya keluar dari kamar Manda. Tubuh Anin yang kurus dengan pakaian feminimnya, saat dirinya terjatuh, tubuhnya terkulai lemah akibat benturan dari tiang serta tembok yang membentang.
In yeop tetap menyeret tubuhnya dengan wajah datar, hatinya yang lembut sudah terkunci dan berganti dengan keganasan yang tiba-tiba.
Anin yang berusaha melepas tangan In yeop, namun Pria itu dengan sangat erat menggenggam tangannya, menyeretnya tanpa ampun, membuat Anin kini benar-benar terseret hingga sekujur tubuhnya terluka saat mengenai batu bata di halaman rumah tersebut.
"Untuk mengetahui siapa pelaku di balik penembakan itu, kita tidak bisa membunuhnya. Aku rasa, dia mengetahui apa yang sebenarnya terjadi." ucap Doohyun kepada Gyumin yang tengah menyaksikan kemarahan In yeop.
Gyumin mendengus, tatapannya tak teralihkan.
"Wanita sialan itu harus menderita dan menyesali perbuatannya!" gumamnya, wajahnya menggambarkan amarah yang nyata.Rumah sakit.
"Pasien sudah bisa di pulangkan besok, dan saya akan menerima tawaran dari Anda. Untuk merawat Manda di Indonesia." ujar Dokter Lee dengan sopan, sedikit menundukkan kepala dan tersenyum tipis.
"Baik, terimakasih atas keputusan Anda yang sangat tepat. Saya harap, Anda dapat memulihkannya kembali...," pinta Papa Manda, suaranya terdengar putus asa, senyuman yang biasa terlintas di bibirnya kini hilang tak berbekas, tiada semangat hidup lagi semenjak kemalangan yang menimpa putri cantik kebanggaannya.
"Bisakah kau merahasiakan semuanya? Manda harus di jauhkan dari orang-orang yang membuatnya seperti ini." pinta Mama Manda, matanya masih terlihat sembab dan layu. Perasaan kesal kembali mengguncang hatinya yang lemah, mengingat ketiga Pria yang membuat Anak tunggalnya berakhir tragis.
Dokter Lee pun mengangguk tanpa keraguan dalam hati, wajahnya terlihat tenang dengan stetoskop yang menggantung di leher berjakun.
Hotel.
"Kau begitu sangat bersemangat...," ucap In Woo yang teler akibat minuman yang beralkohol tinggi dalam genggamannya. Dirinya terbaring dalam selimut abu yang menutupi sebagian tubuh.
"Yaa, karena ini akan menjadi yang terakhir untukmu menikmati tubuhku." sahut seorang wanita dari dalam selimut yang sama.
"Kenapa terburu-buru, kita bisa melakukannya di belakang Pria bodoh itu," Kesalnya sembari meremas dada wanita tersebut dengan nafsu, matanya terpejam dengan mulut yang sedikit terbuka, memperlihatkan lidahnya yang basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quadrangle Romance: Mandalika한국아
Teen FictionMandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia terkurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namu...