Dering ponsel menggema di ruang sunyi temaram, membangunkan mereka yang terlelap dalam tidur yang nyaman. Tangannya meraih dan menghentikan getar ponsel itu di atas meja. Memaksa kedua matanya tuk terbuka lebar, mulutnya menguap, tertahan dengan tangan kanannya.
Lika menoleh ke arah Jae in di sampingnya, melihat sang Suami yang masih tertidur dengan lelap. Perlahan tubuhnya bangkit, mendekati dan memastikannya. "Hey?" bisiknya, namun tidak mampu membuat Jae in terbangun.
Saat itu juga, Lika dengan hati-hati melangkah menuju toilet kamar tersebut. Ia mengunci pintu dengan sangat pelan, hampir tidak menimbulkan suara.
Tubuhnya berbalik, perlahan melangkah dan duduk di WC toilet. Lika menghela napas sebelum mengeluarkan sebuah ponsel dari saku piyamanya.
"Ahh, apa passwordnya?" gumam Lika spontan, membuatnya dengan cepat menutup mulut, menyadari suaranya yang menggema, takut akan membuat Jae in terbangun dari tidurnya.
Di luar toilet, tepatnya ranjang kamar mereka. Jae in belum menyadarinya dan masih tertidur, sesekali dengan gerakan kecil.
"Apa sandinya nama dia sendiri?" Batin Lika, mencoba mengetik nama Jae in, namun gagal untuk yang pertama kalinya.
"Mmm, setiap orang tua pasti sangat menyayangi Anaknya, apa mungkin nama Queen?" Batinnya lagi sembari mengetik nama tersebut.
"Ah! Salah lagi!" Geramnya, sedikit berdecak dan menghela napas.
Lika menekan off dari ponsel tersebut, lalu mengaktifkannya kembali. Melihat gambar dirinya di layar, wajahnya yang cantik, membuatnya merenung sejenak dan tersadar.
"Namaku?" Tanyanya pada diri sendiri dalam batin.
Tangannya kembali bersiap untuk mengetik, namun kali ini dengan perasaan ragu. Dengan hati-hati, Lika memasukkan namanya.
"L.. I.. K.. A?" Tatapannya terpaku pada layar ponsel yang kini terbuka, rasa senang, takut, lega, dan keraguan berpadu dalam ketegangan. Telapak tangannya berkeringat dengan sedikit getaran.
"Aku harus memulainya darimana? Dan apa yang akan ku lakukan?" Batin Lika, pandangannya teralihkan pada pintu toilet di hadapan.
Tak lama kemudian, ponsel itu kembali bergetar, menampilkan fitur panggilan masuk bertuliskan nama seseorang yang tidak di ketahuinya, "Kim Yoo Jin".
"Siapa?" Gumam Lika. Namun sebelum Ia berhasil menerima panggilan tersebut, ketukan pintu terdengar nyaring di telinga, membuatnya seketika terkejut dengan ponsel yang masih bergetar.
"Lika, kau di dalam?" Tanya Jae in dengan suara yang sedikit meninggi, menambah lebarnya mata Lika, terpaku di tempatnya.
"Sayang?" Panggil Jae in lagi. Terlihat ganggang pintu bergerak dengan cepat, seakan memaksa untuk masuk.
"A-aku di dalam, apa kau bisa menunggu?" Gagap Lika, keringat dingin bercucuran dari tengkuknya, mengigit kuku jari yang menjadi kebiasaan tak terhapuskan.
"Aku mencari ponselku, apa kau melihatnya?" Jae in menatap pintu di hadapannya dengan perasaan yang tidak terbaca.
Jantung Lika semakin kencang berdetak, mengetahui bahwa Jae in telah menyadari ponselnya. "Tidak tahu, cobalah cari di tempat lain, mungkin kau lupa...,"
"Apa itu mung,"
"Kenapa kau masih berdiri disana, pergilah." tukas Lika dalam ketegangan.
"Baik, segeralah.. aku harus bersiap untuk pergi." ujar Jae in sebelum berbalik dan pergi.
"Dia mau kemana?" Batin Lika, menatap pintu toilet tersebut.
Beberapa saat kemudian, cahaya matahari pagi mulai terlihat terbit, menembus jendela dengan tirai transparan di kamar tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quadrangle Romance: Mandalika한국아
Teen FictionMandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia terkurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namu...