BAB (84) Flashback.

6 0 0
                                    

Lima tahun yang lalu.

Panggilan masuk dari ponsel Rii ki saat hendak melaju. tidak menunggu waktu yang lama, Ia pun menerimanya dengan senyum.

"Ya sayang?" jawab Rii ki setelah panggilan terhubung.

"Berisik banget, ada apa sih?" tanya kekasihnya, merasa kesal dengan suara bising dari Manda yang memukul pintu gerbang Gyumin.

Rii ki menoleh ke arah Manda di luar gerbang rumah tersebut, menatapnya kesal. "Entahlah, dia penumpangku. Aku akan menjumpaimu segera,"

"Ah, tidak! Tidak! Kirimkan saja uangnya, uang yang kau berikan kemarin sudah habis." ucap wanita itu dengan nada ketus, membuat senyum Rii ki perlahan redup.

"Tapi... aku bahkan belum mendapatkan uang," Rii ki memandang luas jalanan, menghela napas panjangnya dengan perasaan kecewa yang terpendam.

Kekasihnya menghela napas, kesal dengan jawaban tersebut. "Mari putuskan hubungan ini!"

"Kenapa kau selalu ingin mengakhirinya, apa kau tidak bisa menunggu?" tanya Rii ki lembut, terkejut dengan keputusannya.

"Sudahlah! Kirimkan aku 100.000 won saja! Dasar Pria miskin tidak berguna!"

"Ya Kim tae ri!" bentak Rii ki, kesal. Tangannya mengepal.

"Apa?! Kau sudah berani membentakku, Ha?!" bentak Tae ri tidak kalah meninggi.

"Hubungan ini sudah terjalin lama, kenapa dengan mudahnya ingin mengakhiri?" Tetesan air berlinang dari matanya, mengingat betapa pedihnya hidup dan mencari nafkah untuk keluarga juga kekasihnya.
"Aku bahkan lupa bagaimana rasanya daging, dan kau begitu tega padaku. Kenapa tidak menjadi dirimu yang dulu? Tae ri apa alasannya kau merubah sikapmu...,"

"Itu karena kau miskin dan payah!" sergah Tae ri, memutus sambungan telepon dengan sepihak, membuat Rii ki geram, menggenggam erat kemudi.

Rii ki melampiaskan amarah serta tangisnya, diiringi suara pukulan keras dari luar mobil. Seakan tidak peduli lagi dengan suara bising yang menghujam telinga.

Meskipun suaranya kini tak terdengar lagi, Rii ki masih meratapi nasipnya yang malang, pandangannya tak teralihkan dari jalanan sepi.

Hingga beberapa saat kemudian, saat Rii ki akan beranjak pergi, Ia melihat sebuah mobil mewah yang terhenti tepat di hadapannya.

Rii ki terdiam dengan mata yang melebar, melihat seseorang keluar dari mobil tersebut dengan pistol di tangannya, mengokangnya sebelum masuk kedalam rumah besar tersebut. Senyum serta niat jahatnya terlihat jelas oleh Rii ki yang memperhatikan dari dalam mobil Taxi.

Di kediaman Na in woo.

"Aku dapat dengan mudah mengambilnya darimu, tapi sepertinya dia terlalu mirip dengan Pria itu." ucap In woo dalam panggilan telepon yang terhubung.

"Lalu Kau pikir aku akan diam?" sahut Ji young dalam panggilan telepon.

"Tentu saja, kau takkan tinggal diam." In woo menghela napasnya. "Kau seharusnya memberikan marga Na dan bukan Kim,"

"Berhenti meracau!" tukas Ji young, kesal.

In woo menatap dirinya di dalam sebuah cermin dan menyeringai. "Mari melakukannya sekali lagi, aku merindukan desahanmu." ucapnya dengan wajah mesum.

Quadrangle Romance: Mandalika한국아Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang