Beberapa hari kemudian, sebuah Villa di pulau Jeju, Korea.
Suasana di villa itu benar-benar sepi. Hanya suara deburan ombak yang menenangkan dari laut yang terdengar. Tiga pria duduk terpisah di berbagai sudut ruangan, diam membisu, masing-masing terpaku pada seorang wanita yang membelakangi mereka, memandang ke arah laut biru yang membentang.
Mendadak, suasana sunyi itu terpecah oleh dering panggilan telepon dari salah satu pria. Mereka yang tadinya tenggelam dalam pikiran masing-masing pun terkejut seketika.
"Hey! Kecilkan volume panggilanmu!" bentak Gyumin dengan nada tajam.
"Ah! Maaf! Aku belum sempat mengaturnya, Maaf!" sahut pria itu dengan rasa malu, buru-buru menyesuaikan volume teleponnya.
Wanita yang menghadap laut, Manda, kembali terfokus pada pemandangan menenangkan di depannya, berusaha mengabaikan kegaduhan sejenak.
In Yeop mengangkat telepon tersebut.
"Baik, aku akan mengirimkan alamat villanya. Berhati-hatilah!" ujarnya kepada sang penelepon, lalu menutup panggilan dan segera mengirimkan pesan berisi alamat villa."Orang tuamu sudah tiba di Jeju dan akan tiba dalam beberapa jam," kata In Yeop sambil melangkah mendekati Manda dan duduk di sebelahnya.
Manda berbalik memandangnya dengan mata penuh arti.
"Benarkah?"In Yeop mengangguk sambil tersenyum.
"Apa kau sudah merasa tenang?"Manda menatap satu persatu pria yang tengah mengamatinya. Wajahnya berubah panik seketika.
"Lindungi aku lagi!" titahnya dengan suara bergetar.Mereka saling memandang satu sama lain, bingung dengan permintaan Manda.
"Aishhh!" Manda berlari masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu, meninggalkan mereka dalam kebingungan.
Tak lama kemudian, kedua orang tua Manda dan CEO dari butik Fairy tiba bersamaan di villa. Ketegangan terasa semakin nyata.
"Di mana anak itu?!" tanya Mama Manda dengan nada tegas, menggunakan bahasa Inggris.
In Yeop dan Gyumin saling bertukar pandang, teringat kembali dengan perkataan Manda sebelumnya, mata mereka melebar seketika.
Doohyun dengan setia berdiri di depan pintu kamar Manda, bertanya tentang keadaannya dari luar. Suara langkah kaki yang cepat mendekat, membuatnya berpaling. Mama Manda terlihat sangat marah, berjalan cepat ke arah lantai atas.
Dari dalam kamar, Manda tertidur lelap dengan headset yang terpasang di telinganya.
Gyumin mencoba meredakan ketegangan.
"Tante, silakan tenangkan diri dulu. Lihatlah... pemandangan laut ini sangat menenangkan, bukan?" rayunya dengan sedikit perasaan panik.Mama Manda melangkah ke arah sofa, diikuti oleh yang lain, kecuali Doohyun yang tetap berdiri di depan pintu kamar.
"Bagaimana keadaannya? Tante sangat mengkhawatirkannya."
"Kondisinya akan membaik, percayakan padaku," jawab Gyumin dalam bahasa Inggris.
"Kita harus membawanya pulang," sela Ayah Manda, khawatir pada putri tunggalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quadrangle Romance: Mandalika한국아
Teen FictionMandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia terkurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namu...