BAB (98) Niat.

11 1 0
                                    

2 hari kemudian...

Ketukan pintu terdengar putus asa, mengiring renungannya. Lika berdecak kesal setelah menggigit kuku jari tangannya.

"Kenapa harus merahasiakannya..," gerutu Lika menggunakan bahasa Inggris.

"Ck! Berisik sekali!" lanjut Lika, mendengar ketukan pintu yang tanpa henti, menoleh dan menatap tajam pintu kamarnya.

Frustasi, Jae in membuka pintu dengan kunci cadangan, menghela napas sebelum menghadapi Lika. Tangannya perlahan mendorong pintu, kakinya melangkah masuk dengan pandangan lurus, membalas tatapan Lika di hadapannya.

Lika perlahan mundur hingga langkahnya pun terhenti oleh pembatas balkon. Security yang memperhatikannya dari bawah rumah bertingkat, terkejut saat melihatnya hampir terjatuh.

Langkah Jae in semakin mendekat dengan Lika yang semakin panik. Ketegangan semakin memuncak saat Jae in berhenti tepat di hadapannya, menatap mata Lika dengan jarak yang begitu dekat.

Tangannya perlahan mengeluarkan sesuatu dari balik baju medis yang di gunakan Jae in, menyuntikkan cairan yang membuat Lika pun seketika melemah.

Jae in menangkap tubuhnya, menggendong Lika. Saat akan berbalik, Ia menyadari kehadiran Supir pribadi Queen tengah memperhatikan, menatapnya sebelum melangkah pergi.

Menyadari tatapan sang majikan, mantan Security itu pun dengan cepat menghindarinya, keringat dingin mengucur di tengkuknya dengan mata melebar.

Di luar ruangan, Jae in melangkah keluar menuju pintu utama, pandangannya lurus dengan Lika di gendongannya. Hae rin yang memperhatikan mereka dari sofa ruang tamu, kini berjalan menghampiri.

"Ada apa dengannya, kenapa tidak sadarkan diri?" tanya Hae rin, cemas. Namun Jae hanya terdiam, tidak memperdulikannya.

Menyadari ketidakhadiran Queen, Hae rin menyamakan langkahnya dengan Jae in. "Dimana Queen? Dia bersamamu!"

Beberapa waktu yang lalu, Queen berjalan mengikuti langkah sang Ayah. Hingga mereka pun memasuki sebuah ruangan di rumah tersebut.

Jae in menatapnya sebelum mengambil sebuah cairan dari dalam lemari kaca di hadapannya. Tangannya dengan cekatan memasukkan cairan itu ke dalam sebuah suntikan. Jae in menoleh, menatap Queen yang memperhatikannya dari tepian ranjang.

Jae in perlahan mendekat, hingga setibanya di hadapan Queen. "Berbaringlah," pintanya lembut, menggunakan bahasa Inggris.

Queen mengangguk, membaringkan tubuhnya tanpa melepas pandangan dari Jae in.

Menghela napasnya, tangan Jae in mengeluarkan suntikan itu, lalu menyuntikkannya ke tubuh Queen.

Hingga beberapa detik kemudian. "Ayah, kenapa kau terlihat semakin memudar...," ucap Queen sebelum tidak sadarkan diri.

Jae in menggenggam erat suntikan di tangannya, melepas tangisnya dihadapan tubuh Queen. "Maafkan aku, Ibumu jauh lebih berharga dibanding hidup ini." gumamnya, menatap Queen dengan mata yang berair.

***

"Kakak hentikan!" Cegah Hae rin, berdiri di hadapan Jae in yang hendak memasukkan Lika ke dalam mobilnya.

"Hae rin! Berhenti ikut campur dalam urusan rumah tanggaku!" bentak Jae in, suaranya menggema di basement rumah tersebut.

"Setidaknya kakak memberitahu ku dimana keberadaan Queen?!" balas Hae rin, suaranya tak kalah meninggi, menatapnya tajam dengan mata berkaca-kaca. "Kumohon, jangan menyakitinya..,"

Quadrangle Romance: Mandalika한국아Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang