"Wah, dia Violinis? Merdu sekali...," puji salah satu dari mereka yang menyaksikan, pandangan itu tak terlepaskan, menikmati alunan indah yang memenuhi ruangan.
Para calon peserta didik menjadi sangat tenang, begitu juga dengan wali mereka. Tak sedikit orang memujinya, mempertanyakan siapa wanita bercadar yang dengan lihai memainkan instrumen di tangannya.
Di meja tempat Jae in, Queen memperhatikan gerak-gerik Ibunya, matanya tak teralihkan, tersenyum di balik cadar yang menutupi.
"Queen?" panggil Jae in, namun Queen tidak menjawab panggilan tersebut.
"Queen?" Jae in mengulanginya, mengibas tangannya di hadapan Queen, membuat Anaknya seketika tersadar.
"Ya Ayah?" Queen mengalihkan pandangannya ke arah Jae in di hadapan.
"Mari belikan Ibu Biola setelah ini, apa kau suka?" tanya Jae in tersenyum.
Queen mengangguk, tersenyum di balik cadarnya. "Belikan untukku juga," pintanya dengan manis, membuat Jae in menyetujuinya tanpa ragu.
Pintu aula terbuka, menampilkan sosok Gyumin dengan seorang Pria kecil di gendongannya, menoleh wanita di sampingnya dengan perasaan kesal.
"Aku bilang ingin pergi sendiri, pergilah!" usir Gyumin, tatapan tajam menusuk perasaan Ji young yang menatapnya.
Ji sung menggoyangkan tubuhnya, meminta untuk di turunkan dari gendongan sang Ayah.
Gyumin menyadarinya, menurunkan Ji sung dari gendongannya, membuatnya kini merasa bebas dan berlarian ke arah meja kosong pilihannya. Namun di langkahnya menuju meja tersebut, kaki Ji sung tersandung dan terjatuh tepat di bawah kaki Queen.
Queen seketika mengalihkan pandangannya dari sang Ibu, melihat Pria sebayanya yang jatuh dan kesakitan sembari memeluk lutut kakinya. Queen terdiam sejenak, memperhatikannya sebelum turun dari kursi.
"Kau baik-baik saja?" tanya Queen menggunakan bahasa Inggris, mengulur tangan kanannya, tatapan mata yang indah, memancar keramahan yang memikat.
Ji sung meraih tangannya, tatapannya terhubung dengan mata Queen yang bulat. Mereka saling bertukar pandang, hingga sang Ibu pun menghampirinya, memisahkan tangan Ji sung dengan tangan Queen. Tatapan mereka tak teralihkan meskipun jarak semakin jauh membentang.
Gyumin memperhatikan mereka dari ambang pintu, menggerutu kesal dengan keputusan Ji young untuk ikut bersamanya. Pandangannya teralihkan, menyapu seisi aula yang ramai dan bising. Alunan violin menggema di telinganya, menatap wanita bercadar itu sebelum menyadari keberadaan In yeop di salah satu meja di hadapannya.
Gyumin berjalan menghampiri meja In yeop, langkahnya perlahan namun pasti, menatap punggung In yeop dengan tangan di saku celananya. Hingga setibanya di meja tersebut, Gyumin menggeser kursi kosong di dekatnya, duduk di hadapan In yeop yang tengah merenung, membuatnya seketika terkejut dengan kehadiran Gyumin secara tiba-tiba.
"Apa yang kau lakukan?!" In yeop menatap Gyumin dengan tajam, suaranya hampir seperti bisikan.
Gyumin melihat ke arah Soo ra dan Yu mi sebelum menjawab pertanyaan In yeop. "Kalian seperti sebuah keluarga, kapan aku mendapatkan sebuah undangan?" selorohnya, melihat In yeop dengan senyum.
In yeop mengalihkan pandangannya ke arah sekitar. "Pergilah," bisiknya dengan wajah datar, merasa kesal atas kehadiran Gyumin.
Gyumin berdeham, menyilangkan kakinya. "Kau tinggal bersamanya?" Gyumin bertanya kepada Soo ra yang memperhatikannya sedari tadi.
Soo ra mengangguk sopan, tersenyum ke arahnya. "Aku sedikit mendengar tentangmu, bukankah tempat ini untuk pendaftaran peserta didik? Kau sudah menikah? Dimana anakmu? Kenapa tidak bersamanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Quadrangle Romance: Mandalika한국아
أدب المراهقينMandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia terkurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namu...