Aku pun memasuki Café Alure, suasana hangat menyambutku. Aroma kopi dan suara gemericik air dari barista yang sedang menyeduh kopi terasa menenangkan. Di sudut ruangan, Anin sudah menunggu, senyumnya merekah saat melihatku. Dia berdiri dan menyambutku dengan pelukan erat. Kami tertawa bahagia, kegembiraan dan antusiasme memenuhi hati kami.
"Apa kabarmu?" tanyaku sembari tersenyum lebar.
"Aku baik-baik saja. Dan kau terlihat sangat baik-baik saja. Ada berapa Pria yang kau kencani selama di Korea?" Anin menyeluruh dengan nada menggoda.
"Ah! Tidak banyak, kau tau itu kan!" jawabku dan tertawa.
Anin pun tertawa, matanya berbinar-binar.
"Kau memang sama sekali tidak berubah ya! Mamamu memberi pesan untukmu... dewasalah!" selorohnya lagi."Kau seharusnya mengatakan hal yang baik pada Mamaku," balasku dengan senyum lebar.
Kami pun tertawa bersama, seolah-olah semua beban hilang sejenak dalam tawa kami.
(≧▽≦)
"Omong-omong, kata Mama, Kau kemari ingin mencari pekerjaan?" tanyaku setelah tawa kami mereda.
"Benar. Kau tahu jelas kondisi keluargaku, kami semakin kekurangan. Itu yang membuatku nekat untuk datang. Aku harap, kau bisa membantuku," ujar Anin dengan raut wajah yang mendadak sedih.
Aku menggenggam tangan Anin, mencoba memberikan ketenangan.
"Aku akan membantumu!""Terima kasih!" ucap Anin dengan senyum yang kembali merekah.
Seorang Security menghampiri Manda ke dalam Café tersebut.
"Taksi nya sudah tiba, silakan," ujar Security, lalu pergi kembali ke arah luar."Tunggu apa lagi? Ayolah! Kau pasti sudah sangat lelah di dalam perjalananmu!" ajakku.
Kami pun pergi menaiki taksi tersebut, dengan diikuti Security dari arah belakang taksi. Sesampainya di rumahku, Anin nampak terkejut dan melongo.
"I-ini rumah siapa?" tanya Anin sembari celingak-celinguk ke arah sekitarnya.
"Ayo! Masuklah," Aku membuka pintu dan mempersilahkannya masuk ke dalam, lalu membawanya menuju ke arah kamar tamu di lantai bawah.
"Kita hanya perlu membersihkannya sedikit saja," ujarku sembari mengeluarkan seprai dari lemari kamar tersebut.
"Biar aku saja yang melakukannya," sambung Anin.
"Tidak, aku akan membantumu. Kau bisa meletakkan baju-bajumu ke dalam lemari ini. Dan aku akan sedikit membersihkan lantai dan tempat tidurmu. Kamar ini menyatu dengan toilet," Aku menggenggam tangan Anin.
"Dan, jadikan rumah ini seperti tempat tinggalmu sendiri! Aku sangat bahagia dengan kehadiranmu! Sebelum ini, aku sangat kesepian.""Terima kasih." ucap Anin dengan mata yang berkaca-kaca.
"Jangan keluarkan air matamu itu, kau harus bahagia bersama denganku. Ayolah! Kita harus merapikannya segera, bukan?" ujarku sembari memasang seprai ranjang tersebut.
Beberapa saat kemudian.
"Akhirnya, selesai juga!" seruku dengan lega.
"Kau tidur di mana?" tanya Anin sembari melangkah ke arah Manda yang tengah duduk di ranjang tersebut.
"Kamarku berada di lantai atas. Kau harus beristirahat! Setelah itu, aku akan membawamu mengelilingi rumah ini," ujarku.
"Baiklah! Kau juga," Anin mengangguk dan aku keluar dari kamar, membiarkannya beristirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quadrangle Romance: Mandalika한국아
Teen FictionMandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia terkurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namu...