BAB (61) Mimpi buruk.

10 4 0
                                    

Gyumin duduk dengan napas terengah-engah di dalam mobil yang melaju kencang. Setiap getaran dan guncangan di jalan membuat adrenalin mengalir deras dalam tubuhnya. Di sebelahnya, Ji Young duduk dengan tenang, wajahnya dipenuhi dengan senyum sinis yang menggelitik kemarahan Gyumin.

"Semua bukti yang kau kumpulkan itu percuma," kata Ji Young, senyum sinis di bibirnya tampak jelas dalam cahaya mentari yang suram.

Gyumin tidak bisa menahan diri untuk tidak membalas.
"Apa yang sebenarnya kau rencanakan?!"

Namun, matanya tetap fokus pada jalan di depan, menolak memberikan Ji Young kepuasan dari tatapan kemarahannya. Di luar jendela, tiang-tiang jalanan melintas cepat, menciptakan bayangan yang bergerak cepat di wajah mereka.

Ji Young tertawa pelan, pandangannya teralihkan ke luar jendela mobil.
"Mengapa aku mencintai pria bodoh sepertimu," gumamnya pelan, namun cukup keras untuk didengar oleh Gyumin.

"Hey, Ji Young," panggil Gyumin, suaranya lebih lembut, hampir penuh harap. Namun, Ji Young tetap terdiam, menolak menjawab.

Dalam satu gerakan tajam, Gyumin membelokkan kendaraannya dengan sangat tajam, mengarah ke jalan yang lebih sepi. Jantungnya berdebar cepat, tetapi wajahnya tetap datar.

"Kemana? Hotel?" seloroh Ji Young, senyumnya semakin lebar.

"Mati bersama," jawab Gyumin datar, mempercepat laju mobilnya.

"Mari bertaruh, siapa yang akan hidup lebih lama," lanjut Ji young, tampak tenang namun hatinya berdebar.

Gyumin hanya tertawa kecil, suaranya penuh ejekan.
"Jika ingin membunuhmu, itu sangatlah mudah. Tapi orang sepertimu sangat sulit untuk mati. Kau akan berhenti mengganggunya setelah kematianku."

Gyumin mengeratkan genggamannya pada kemudi, knuckle-nya memutih.

"Kau rela mati untuk jalang itu?" Ji Young menertawakan.
"Bodoh sekali, kau ingin mati untuk orang yang menduakan cintamu. Bahkan setelah kematianmu tidak akan ada perubahan, dan kematianmu sungguh sangat sia-sia."

Gyumin merasa dadanya sesak, namun tetap mencoba untuk tidak memperlihatkan perasaannya. Ji Young melanjutkan tawanya, suaranya menusuk-nusuk telinga Gyumin.

"Gyumin, kau adalah putra tunggal dari keluarga yang besar di Korea. Kau mati dan wanita itu akan bahagia bersama Doohyun. Hey! Ku dengar, jalang itu memiliki hubungan dengan dua pria lainnya. Kau bodoh atau semacamnya?"

Kata-kata Ji Young seperti racun, menyebar dan mengakar dalam pikiran Gyumin.

"Aku seharusnya membunuh wanita jalang itu, dia benar-benar membutakanmu dan pria-pria bodoh di luar sana. Kenyataan memang seperti itu, kau mencintainya dan bahkan rela mati untuk orang yang tidak mencintaimu. Aku rasa, dia hanya kasihan padamu yang teramat sangat menyedihkan."

Tanpa peringatan, Gyumin mencekik leher Ji Young dengan kedua tangannya, kemarahan membara dalam matanya.
"Kaulah yang seharusnya mati!" bentaknya.

Ji Young berusaha menahan tangan Gyumin, matanya melebar saat melihat ke arah depan mobil. Kendaraan itu menerobos pembatas jalan dan terjun ke dalam sungai, air mengalir masuk dengan cepat melalui celah-celah mobil.

Para pengendara lain yang menyaksikan kejadian itu pun segera menghubungi kepolisian untuk meminta pertolongan.

Di dalam mobil yang perlahan tenggelam, Gyumin melepaskan cekikannya dan terlihat sangat panik, mencoba mencari jalan keluar.

Ji Young tetap tenang, tatapannya penuh sindiran.
"Bukankah kau ingin mati bersamaku? Kita sudah berada di penghujung kematian," godanya dengan senyum yang dingin.

Quadrangle Romance: Mandalika한국아Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang