Setelah pintu toilet tersebut dibuka, betapa terkejutnya mereka mendapati kondisi Manda yang tengah tertidur pulas di bathtub. Cahaya lampu yang terang menerangi wajahnya yang tenang, seolah tak terganggu oleh lingkungan sekitar. Mata Manda terpejam rapat, napasnya pelan dan teratur, sementara air liur sedikit mengalir dari sudut bibirnya, mengingatkan Mama dan Papa akan masa kecilnya yang manis.
Pelayan itu pun pergi dengan menahan tawanya, membiarkan keluarga itu menikmati momen lucu tersebut. Mama dan Papa pun menghampiri Manda yang tengah tertidur pulas, memandangnya dengan campuran perasaan lucu dan sayang.
"Ma! Papa minta Mama untuk tidak terlalu keras padanya. Bagaimana kalau Anak kita memberontak dan meninggalkan keluarganya. Mama pasti tidak ingin semua itu terjadi, bukan?" kata Papa dengan suara lembut namun tegas, matanya memandang Mama dengan penuh harap.
"Iya, Papa benar. Tidak terasa, Putri kita ini sudah menjadi sangat dewasa," balas Mama sembari menghela napas panjang, mengenang betapa cepatnya waktu berlalu.
Mama pun membangunkan Manda yang tengah tertidur dengan mengeluarkan air liurnya sebagaimana Ia saat kecil dulu. Sentuhan lembut di pundak Manda, membuatnya terkejut dan terbangun dari tidur lelapnya. Manda membuka matanya perlahan, melihat ke arah mereka yang kini tengah memperhatikannya dengan tatapan hangat.
Manda pun duduk dengan sedikit bingung.
"Hai Mama! Papa! Selamat pagi, Manda sayang kalian!" ucapnya sembari mengigau dengan perkataan yang sering Ia ucapkan saat kecil. Suaranya yang serak dan lembut membuat Mama dan Papa tersenyum."Sayang, bangunlah dan bersiap untuk pergi," ujar Mama dengan nada lembut, tapi penuh dorongan.
"Hah?! Mau pergi ke mana, Ma?" tanya Manda dengan sedikit terkejut, berusaha untuk sepenuhnya sadar dari kantuknya.
"Lah! Gimana sih? Kamu kan bilang kalau punya rumah. Ayo bawa Papa sama Mama ke rumahmu!" jawab Mama dengan nada setengah bercanda, setengah serius.
"Eh, iya Ma! Ayo!" jawab Manda dengan panik, segera berdiri dan merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan.
Mereka pun keluar dari toilet tersebut. Manda berpikir keras, otaknya bekerja cepat untuk mencari cara agar semuanya berjalan lancar.
"Ta-tapi Ma!" serunya dari arah belakang kedua orang tuanya.Mama berbalik, wajahnya penuh kebingungan.
"Ya Nak?" tanya Mama lembut, mencoba memahami kegelisahan Manda.Aku terdiam sejenak dengan wajah yang panik, mencari alasan yang masuk akal.
"Ah! Tidak, tidak! Biar ku bantu bawakan koper Mama! Hehe," jawabku sembari mengambil kunci mobil di atas meja ruang tamu dan mengambil koper tersebut dari tangan Mama.
"Biar Manda aja yang bawa! Ayo Ma, Pa."Di parkiran, mata Papa membulat ketika melihat mobil yang terparkir di depannya.
"Rolls-Royce? Kau mendapatkannya dari mana?" tanyanya keheranan.Aku berbalik, mencoba menenangkan diri.
"Ee, Manda meminjamnya," jawabku dengan gugup, mencoba terlihat santai."Siapa pemiliknya?" sambung Mama, menaikkan alisnya curiga.
"Gyumin!" jawabku spontan, berharap nama itu bisa menenangkan kecurigaan mereka.
Mama tersenyum puas, mengalihkan pandangannya ke arah Papa.
"Mama memang tidak salah pilih! Ayo Pa, masuklah!" ujar Mama sembari memasuki mobil tersebut."Apasih, Ma! Ck!" decakku kesal, tapi lega.
Di dalam perjalanan, aku menghubungi ponsel Anin.
Di kediaman Manda, sofa ruang tamu tampak kosong, hanya ada panggilan masuk dari ponsel Anin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quadrangle Romance: Mandalika한국아
Teen FictionMandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia terkurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namu...