"Aku harus gimana? Hah?!" Manda menatap dua orang di hadapannya dengan mata penuh kebingungan dan keputusasaan.
"Kalian berdua sangat keras kepala dan tidak mau mengalah satu sama lain. Apakah aku harus menyaksikan suasana seburuk ini di depan mataku? Kalian terlihat tidak benar-benar mencintaiku dengan tulus!" lanjut Manda dengan suara yang keras, suaranya menggema di ruangan yang kecil namun terasa semakin menyempit.
Gyumin melirik ke arah Doohyun sebelum akhirnya berkata dengan nada tenang.
"Mari bicarakan ini baik-baik."Doohyun dan Manda pun kembali duduk ke tempatnya masing-masing. Manda terlihat berpikir sangat keras, wajahnya menunjukkan ekspresi campur aduk antara marah, sedih, dan bingung. Ia menghela napas panjang, berusaha mengatur emosi sebelum akhirnya berkata.
"Kalian berdua sama-sama egois. Bahkan, kalian sangat tidak ingin melepaskanku. Aku pun sampai tidak tahu harus bagaimana. Kenapa harus aku?" Manda menghela napas beratnya.
"Aku tidak tahu keputusan ini benar atau tidak. Tapi, hanya ini yang bisa kulakukan." Manda masih menatap dua orang itu secara bergantian, mencoba mencari jawaban di mata mereka. Doohyun dan Gyumin tampak bingung dengan apa yang Manda katakan.Manda menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan.
"Aku akan menerima kalian berdua," ujar Manda, suaranya sedikit bergetar namun tegas, membuat Doohyun dan Gyumin terkejut."Ini bukan keputusan yang tepat!" bantah Doohyun, nada suaranya meninggi.
"Jika tidak menyetujuinya, aku harap kau bisa melupakanku," lanjut Manda, suaranya terdengar penuh tekad sembari menutup kedua matanya dan bersandar.
"Baiklah!" sahut Gyumin dengan nada tegas.
"Hei!" Doohyun masih tak ingin berbagi Manda dengan Gyumin, nada suaranya mengandung ketidaksetujuan yang kuat.
"Aku akan menerima apa pun itu keputusanmu. Asalkan, kau bisa kembali bersama ku seperti dulu lagi!" lanjut Gyumin dengan penuh harap.
"Manda, jelaskan sesuatu padanya! Bahwa kau tidak ingin Pria gila ini mengganggumu!" tegas Doohyun, suaranya penuh dengan kemarahan yang terpendam.
"Kalau tidak menerima keputusannya, pergi saja!" usir Gyumin dengan nada tajam.
"Akhhh! Ini membosankan sekali," keluh Manda, masih dengan mata yang tertutup, membuat Doohyun tak memiliki pilihan lain selain setuju.
"Tidak!" tegas Doohyun, suaranya dipenuhi dengan determinasi yang tak tergoyahkan.
"Rupanya kau juga sangat keras kepala, padahal kau sendiri yang merebutnya dari ku," ujar Gyumin dengan nada mengejek.
"Apa kau tidak mengingat janji kita selama ini? Kenapa kau sangat labil sekali. Apa kau tidak bisa mencintai ku saja?" Doohyun berbicara tetapi dia terus menatap Gyumin, matanya penuh dengan kebencian dan rasa sakit.
"Dimana letak harga dirimu?!" lanjutnya dengan nada menantang."Kau mempertanyakan soal harga diri?" Gyumin bertanya tetapi tatapannya tak lepas dari Manda.
"Apa kau tidak salah ingin memacari Pria pengkhianat seperti ini? Dia mengkhianati sahabatnya sendiri. Bahkan, mempertanyakan soal harga diriku." Gyumin tertawa remeh, suaranya penuh dengan sinisme.Manda menghela napas panjang, tampak kesal melihat dua orang itu terus bersitegang.
"Aku memberi keputusan ini dengan harapan, kalian berdua tidak akan bertengkar seperti ini lagi. Jika kalian selalu seperti ini, aku akan pergi sejauh mungkin dan tanpa kabar." Ancam Manda, suaranya penuh dengan ketegasan yang tak terbantahkan.Doohyun dan Gyumin sangat kecewa dengan keputusan dari Manda, namun mereka tak bisa membantahnya.
"Baiklah, jangan permasalahkan ini lagi! Menyebalkan," ujar Manda dengan nada lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quadrangle Romance: Mandalika한국아
Teen FictionMandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia terkurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namu...