Panggilan telepon masuk dari ponsel Gyumin, berdering di atas meja jati dalam ruangan sunyi. Ia membuka matanya yang terpejam, memikirkan sang kasih tak kunjung menyapa. Tubuhnya terasa berat dengan beban di kepala, sedikit berdenyut dalam rasa sakit. Gyumin meraihnya, menerima panggilan tersebut.
"Bagaimana kondisinya?" tanya Gyumin pelan setelah mengetahui asal panggilan, ponsel itu melekat di telinga kanannya.
"Mereka terlihat akan meninggalkan rumah sakit." jawab seorang Pria dari balik telepon. Suaranya pelan, hampir seperti bisikan.
"Kemana?!" tanya Gyumin yang seketika terkejut, membuatnya perlahan terbangun dari ranjang.
"Apa yang kau lihat?" tanyanya kemudian."Pasien yang tuan maksud baru saja keluar dari ruangannya,"
"Apa dia sudah sadar?" tanya Gyumin cepat, pandangannya tidak menetap, kecemasan terlihat jelas dari raut wajahnya.
"Tidak, tapi terlihat akan meninggalkan tempat ini. Sepasang suami istri itu membawa sebuah koper menuju ke arah luar rumah sakit,"
"Ikuti mereka!" Perintah Gyumin, lalu memutus sambungan telepon tersebut, menggenggam erat ponsel tersebut. Kakinya berjalan di sekitaran, membolak-balikkan badannya.
"Argh!" Teriakannya menggema dalam ruangan, merasa kesal karena bingung harus bagaimana menghadapi kebencian orang tua Manda terhadapnya.
Tak lama kemudian, Ia pun beralih menghubungi Doohyun.
"Manda meninggalkan rumah sakit!" ucapnya setelah panggilan terhubung, suaranya pelan namun tegas.
"Benar, mobilnya berada tepat di hadapanku...," Doohyun sedikit bingung dan berpikir sejenak, matanya menyipit.
"Darimana kau tahu?" lanjutnya."Aku mengirim pesuruh untuk memantau pacarku," jawab Gyumin seadanya, membuat Doohyun sedikit kesal.
"Berhenti mengatakan Manda milikmu! Kau merebutnya dariku, dan sekarang kau membuatku kehilangan dia!" bentak Doohyun, dan dengan cepat memutuskan panggilan tersebut.
"Dasar!" Maki Doohyun setelah panggilan di antara mereka terputus. Ia mengalih pandangannya kembali ke arah Ambulance depan mobilnya tersebut. Hingga kendaraan yang membawa Manda pun melaju, meninggalkan rumah sakit serta mereka yang menunggu.
Doohyun jelas tidak tinggal diam, tangannya memegang kemudi dengan erat, kakinya menginjak pedal gas dan melaju dengan kecepatan ringan, meninggalkan rumah sakit secara bersamaan. Mobilnya mengikuti arah Ambulance yang melaju pelan, seakan menjaga sesuatu yang berharga di dalamnya.
Di kediaman keluarga In yeop.
"Noona!" bentak In yeop, lalu memelankan suaranya kembali.
"Bisakah kau menuruti keinginanku?!" rengeknya kepada Ryu na yang sedang menikmati makanannya di sebuah meja makan rumah mereka.Ryu na dengan sikap tenangnya, terus menyeruput kuah di mangkuk makan siangnya, tetap membisu dan mengabaikan rengekan In yeop sejak puluhan menit berlalu. Pria itu terlihat seperti anak kecil di umurnya yang hampir memasuki kepala tiga.
"Noona!" bentak In yeop lagi, merasa kesal dengan sikap Ryu na yang enggan.
Tak lama kemudian, In yeop yang geram pun menggebrak sebuah meja di hadapannya, menimbulkan suara yang keras di sekitar ruangan, membuat Ryu na sedikit terkejut dan menatap datar Adiknya yang sangat menyebalkan.
"Kau seharusnya melakukan itu sedari tadi! Kenapa mengabaikanku dan terus saja memakan gukbap itu! Apa seenak itu?!" cerocos In yeop, tangannya masih mengepal di atas meja dengan kening yang berkerut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quadrangle Romance: Mandalika한국아
Teen FictionMandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia terkurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namu...