Sesampainya di Villa milik Gyumin, Manda melangkah cepat memasuki pintu utama. Interior Villa yang megah dan klasik tidak menarik perhatiannya. Kakinya bergerak otomatis, mengikuti arah ingatannya menuju kamar yang Ia tempati.
"Mau kemana..?" Gyumin bertanya dengan nada lembut, tetapi matanya memancarkan kekhawatiran. Dia berusaha meraih tangan Manda yang menjauh, seakan mencoba menghentikan waktu yang terus berlari.
Manda berbalik dengan sorot mata penuh amarah.
"Jangan mendekat!" bentaknya, suaranya menggema di lorong yang sunyi."Semua sudah terjadi," suara Gyumin rendah, hampir berbisik, namun tegas.
"Kenapa kau begitu tega menghancurkan hidupku?!" Teriakan Manda menggema di dalam Villa yang luas, resonansinya memantul di dinding-dinding berornamen.
"Aku minta maaf, kumohon!" Gyumin berlutut di hadapan Manda, memeluk kakinya dengan erat. Desperasi tergambar jelas di wajahnya, matanya berkaca-kaca.
Tanpa ragu, Manda menendangnya untuk melepaskan diri.
"Kamu keterlaluan! Aku tidak akan mengenalmu lagi!" bentakannya membuat penghuni Villa lainnya bergegas mendekat, mengikuti suara kekacauan.Gyumin bangkit, air mata mengalir di pipinya. Dia mencoba memeluk Manda, namun yang diterimanya adalah pukulan keras di wajah. Ia hanya bisa terdiam, menerima pukulan itu tanpa perlawanan. Matanya yang basah tetap menatap Manda, penuh penyesalan.
"Menjauh dariku! Kau sangat menjijikan!" suara Manda semakin tinggi, matanya merah dan berkaca-kaca.
Doohyun, yang menyaksikan dari kejauhan, segera melerai mereka, mencoba menjauhkan Gyumin dari Manda.
"Sudah cukup!" Ia memaksa Gyumin mundur, tetapi Gyumin menepis tangannya, tatapannya tetap terkunci pada Manda."Manda...," suara Gyumin bergetar.
"Diam!" Teriakan Manda penuh dengan amarah dan kesedihan, membuat yang lain semakin khawatir.
Setelah teriakan itu, Manda melepaskan tangisnya, memukul dada Gyumin yang lapang dengan kepalan tangan yang gemetar. Air mata mengalir deras, seakan menggambarkan luka hatinya yang terdalam.
Mama dan Papa Manda perlahan mendekati, khawatir melihat putri mereka.
"Nak?" panggil Mama-Nya dengan lembut."Jangan mendekat!" Manda mundur beberapa langkah, suaranya serak.
In Yeop berjalan perlahan ke arah Manda.
"Sayang tenanglah...," Ucapnya, namun langkah Manda tetap berlanjut."Nak... ini Papa. Kemarilah," rayu Papa, tangannya terbuka lebar.
"Papa, jauhkan mereka dariku!" Manda memohon, suaranya bergetar.
"Iya, Papa akan jauhkan mereka. Tenangkan dirimu...," Papa mencoba menenangkan, tetapi Manda tetap penuh amarah.
"Pergi!" sergah Manda, tatapannya menusuk ke arah Gyumin.
Doohyun, tanpa berpikir panjang, menghantam Gyumin, mengira dia adalah sumber dari penderitaan Manda. Gyumin tersungkur, namun tidak ada perlawanan darinya. In Yeop mengikuti dengan pukulan lain, kemarahan mereka meledak.
Gyumin menerima setiap pukulan, matanya tetap tertuju pada Manda, penuh penyesalan.
Ketika Manda akhirnya tak sadarkan diri dan terjatuh, Papa segera menghampirinya, menggoyangkan tubuhnya dengan panik.
"Nak? Sadar Nak?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Quadrangle Romance: Mandalika한국아
Ficção AdolescenteMandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia terkurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namu...