BAB (74) Bunga Meisferaya.

13 2 1
                                    

Di sebuah meja panjang, di kediaman sebuah Keluarga kecil. Lika bersama Jae in sang Suami juga Queen, Putrinya. Kini tengah menikmati makan malam bersama, Ibu dan Anak itu pun membuka cadarnya saat akan menyantap makanan yang tersaji.

Dalam genggaman tangan kecilnya, Queen mengeluarkan setangkai bunga anggrek dari balik hijabnya, bunga yang Ia dapati dari Kakek.

Queen berjalan menghampirinya, memberikan bunga itu kepada sang Ibu. Dan tak menunggu waktu yang lama, serbuk bunga yang diberikan, membuat Lika bersin, refleks mengalihkan pandangannya dari Queen yang Menatap dengan senyuman manis di bibirnya yang mungil.

"Apa yang kau lakukan?!" bentak Jae in yang menyaksikannya, mengerutkan keningnya. Membuat gadis kecil itu seketika menangis setelah mendapatkan bentakan tersebut.

"Kenapa membuatnya menangis?" Lika dengan suaranya yang lembut, hampir tak pernah terdengar oleh mereka di sekitarnya, membuat yang mendengar seketika terdiam.

Hingga Pembantu yang sibuk pun menghentikan pekerjaannya setelah mendengar suara sang majikan, perlahan berbalik ke arah Lika, matanya melebar dengan mulut yang sedikit terbuka

Queen menghentikan tangisannya, menatap Lika dengan mata yang bulat dan basah.
"Ibu...," lirihnya, lalu melepas bunga anggrek di tangannya, mendekatkan diri dan mengelus pipinya dengan sayang.

Lika membalas tatapannya, senyuman di bibirnya perlahan terukir dengan indah, parasnya memikat siapapun yang menyaksikan. Jae in terdiam dalam keterkejutannya, sejenak memandang wajahnya.

Jae in mengalihkan pandangannya dari Lika.
"Tolong bawa makanannya ke kamar!" titahnya kepada pembantu rumah tersebut, kemudian mengarahkan pandangannya kembali.

"Kembalilah ke kamarmu, aku rasa, kau alergi dengan bunga itu." ujar Jae in dengan suaranya yang lembut, pandangannya beralih pada Queen.
"Nak, maafkan Ayah karena membentakmu, tolong jangan melakukannya lagi ya...," lanjutnya, tersenyum.

Lika meraih tangan kecil di pipinya, Ia menggenggamnya dalam kehangatan.
"Kau jangan menyalahkannya, dia begitu sangat tulus," matanya menatap Queen dengan dalam.

Mendengar itu, Jae in melepas alat makan di tangannya, Ia bangun dari duduknya dan berjalan ke arah mereka, meraih tangan Lika.
"Nak, Ibu harus beristirahat dengan cukup, makanlah dengan baik." ucapnya kepada Queen, membawa Lika dengan sedikit paksa. Tangan mereka tak terlepaskan, langkahnya semakin jauh, membuat kedua tangan itu pun perlahan terlepas.

Bibi, seorang pekerja di rumah itu pun menghampiri Queen yang menyaksikan kepergian sang Ibu dengan perasaan sedihnya, mengharap kasih sayang darinya, kasih yang selalu menjadi impian.

(⁠っ⁠˘̩⁠╭⁠╮⁠˘̩⁠)⁠っ

Suasana temaram dengan kasur empuk berlapis kain putih yang halus, wangi semerbak menyeluruh di setiap sudut ruangan, bersih tak berdebu. Terlihat sepasang suami istri sedang duduk berhadapan, pandangannya enggan terlepas dengan debaran jantung yang berdegup tak terkendali.

"Sepertinya, kesehatanmu semakin membaik...,"

"Kau sudah setia merawatku, aku sangat merasakan ketulusanmu. Tetapi, bisakah kau menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi? Aku kehilangan ingatan dan membuatku selalu terpikirkan. Tidak jarang membuat kepalaku semakin berat." Lika menukasnya dengan tatapan bingung, mencari sebuah jawaban yang tak terpecahkan.

"Bukankah Mama sudah menceritakan semuanya? Kau istriku, dan dia...," ucapan Jae in menggantung, menghindari tatapannya.
"Dia adalah Putri kita," Ia tertunduk sebelum menatapnya kembali.

Lika menghela napas, merasa tidak puas dengan jawaban Pria di hadapannya.
"Aku harus istirahat," Tangannya meraih selimut, perlahan merebahkan tubuhnya.

Quadrangle Romance: Mandalika한국아Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang