"Kau dari mana?" tanya In Yeop, berjalan memasuki rumah Manda dengan langkah mantap.
"Aku dari rumah duka," jawab Manda, bergerak menuju pintu kamarnya.
"Ada apa ke mari?" tanyanya dengan nada yang mengandung sedikit kekesalan.
In Yeop mendekat, berusaha berdiri tepat di hadapan Manda. Matanya menatap langsung ke mata Manda, mencoba membaca perasaannya.
"Aku mengunjungi pacarku, kenapa bertanya seperti itu?" balas In Yeop, sedikit terganggu dengan pertanyaan Manda.
"Hari ini aku sangat lelah. Lagi pula, aku harus menghadiri rapat. Aku akan bersiap-siap untuk itu," ujar Manda, suaranya mulai meninggi.
In Yeop mendesah, berusaha menahan kesabarannya.
"Aku adalah staf sekaligus kekasihmu. Aku harus selalu bersamamu. Kenapa kau terlihat kesal dengan kedatanganku?"Manda memalingkan wajah, tidak ingin memperpanjang pembicaraan.
"Tolong! Berhenti menanyakan hal itu sekarang. Bukankah kau juga harus bersiap sebagai stafku?"Dengan nada kesal, In Yeop menjawab.
"Aku tunggu di mobil," In yeop berbalik dan berjalan keluar rumah.Manda memasuki kamarnya, merasakan keheningan yang menekan. Ia berdiri di depan cermin kamarnya, memandang bayangan diri dengan tatapan penuh penyesalan.
"Aku menyesal telah memulai semua ini," gumam Manda, melihat jam di tangannya.
"Tiga puluh menit lagi," Ia menghela nafas panjang.(〒﹏〒)
Di butik Fairy, di ruang CEO, ketegangan terasa di udara. Seorang karyawan menginformasikan kepada ketua butik.
"Para CEO agensi sudah tiba di ruang meeting."Ryu Na terlihat panik.
"Dua puluh menit lagi, kenapa mereka datang lebih awal?" Ia segera menghubungi Manda, suaranya terdengar tegang.
"Kau di mana?""Aku sudah akan berangkat," jawab Manda, suaranya ikut panik.
"Apa kau bisa sedikit lebih cepat? Para CEO datang lebih awal," desak Ryu Na.
"Baik, aku akan segera tiba," jawab Manda cepat. Ia mematikan teleponnya dan bergegas menghampiri In Yeop.
"Apa kau bisa mengemudi lebih cepat? Ryu Na baru saja menghubungiku untuk segera tiba.""Tentu saja, masuklah!" jawab In Yeop, menyalakan mesin mobil dengan cepat.
Di perjalanan menuju Butik Fairy, In Yeop melirik ke arah Manda yang terlihat gelisah.
"Apa yang sedang kau pikirkan?""Entahlah. Saat ini aku sedang memikirkan bagaimana ke depannya setelah debutku," jawab Manda, matanya menatap jauh ke luar jendela.
"Jangan berpikir terlalu keras. Ikuti alurnya. Berpikirlah positif," pinta In Yeop, mencoba menenangkan.
"Kau benar," gumam Manda pelan.
"Aku yakin kau pasti bisa," ujar In Yeop, tersenyum menguatkan.
( ◜‿◝ )♡
Sesampainya di butik Fairy, In Yeop menggenggam tangan Manda erat.
"Yakinlah dengan keputusanmu." pintanya lalu melepas genggamannya.Manda mengangguk dan memasuki Butik tersebut bersama dengan In yeop. Semua mata tertuju padanya saat Ia memasuki ruang meeting tanpa menggunakan masker.
"Selamat siang, maaf karena telah menunggu," ucap Manda memberi salam, lalu duduk di dekat Ryu na dan In yeop.
"Baiklah, karena yang ditunggu telah hadir, mari kita mulai," ujar Ryu Na, mengambil alih pertemuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quadrangle Romance: Mandalika한국아
Teen FictionMandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia terkurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namu...