"Kau baik-baik saja?" tanyaku kepada In Yeop, suaraku penuh kekhawatiran.
In Yeop mengangguk pelan, wajahnya menunjukkan ketegangan yang sulit disembunyikan. Ia melangkah maju, menghampiri Gyumin yang berdiri dengan tangan terlipat di dada, sorot matanya tajam.
"Ini harus kita bicarakan!" seru In Yeop, suaranya bergetar dengan emosi yang tertahan.
"Tentu saja! Kau juga harus menerima undangan pernikahan kami, bukan?" Gyumin menjawab dengan senyum puas, matanya bersinar penuh kemenangan.
"Duduklah," ujarku kepada In Yeop, mencoba meredakan ketegangan. Aku duduk di tengah mereka, mencoba menjadi penengah.
Hening sejenak. Suasana tegang terasa semakin pekat di antara kami. Aku menatap Gyumin, mencoba mencari jawaban di matanya.
"Kenapa kau melakukannya?" tanyaku lirih, suaraku hampir tak terdengar.
Gyumin menghela napas panjang.
"Sayang, hubungan kita sudah mendapatkan persetujuan dari kedua orang tua kita. Dan kau harus menghentikan permainan cintamu itu," ujarnya tegas, tetapi ada nada lembut di balik kata-katanya."Pernikahan yang kau inginkan ini tidak hanya membuatku bisa memutuskan hubungan dengannya, hal itu juga dapat mendatangkan masalah besar!" Aku mencoba menjelaskan, berharap Gyumin memahami kerumitan situasinya.
"Sayang, percayalah! Aku tidak akan tinggal diam jika seseorang menyentuhmu!" kata Gyumin dengan keyakinan, suaranya berusaha menenangkan.
"Tidak, Gyumin... maafkan aku! Aku menolak pernikahan ini." Suaraku tegas, meskipun hatiku bergejolak.
Gyumin terkejut, matanya membelalak.
"Apa yang kau ucapkan ini?!" tanyanya, suaranya terdengar lebih keras dari yang diinginkan."Aku mohon, katakan kepada orang tuaku bahwa kau membatalkan pernikahan ini."
"Tidak, aku tidak akan membatalkannya!" Gyumin bersikeras, suaranya penuh determinasi.
In Yeop berdiri dari tempat duduknya, wajahnya merah karena marah.
"Kau!" serunya, hampir berteriak.Aku segera berdiri, menghalangi In Yeop.
"Tenanglah!" pintaku, mencoba menenangkan situasi, mata kami bertemu.Gyumin mengalihkan pandangannya dari In Yeop ke arah Manda.
"Aku tidak akan membatalkannya, namun aku akan mengundurkan waktunya. Lagipula, kau adalah kekasihku! Kata membatalkan hanya untuk sepasang kekasih yang telah berpisah. Jadi aku hanya mengundurkan waktunya!"Aku menghela napas panjang, kembali duduk dan mengalihkan pandanganku ke arah langit yang penuh bintang. Rasanya seakan beban berat menekan dadaku.
"In Yeop... apa kau mengingat malam itu?" tanyaku, suara ini melayang di antara bintang-bintang.
In Yeop melihat ke arah yang sama denganku, kembali duduk dan matanya mengamati bintang-bintang yang bersinar terang.
"Bintangnya masih terlihat sangat terang, bahkan lebih terang dari sebelumnya. Apakah bintang ini berbeda ataukah mengalami perubahan?" tanyanya, menghibur diri yang terluka."Miliaran triliun bintang di langit, mustahil jika bintang yang sama terlihat kembali," kataku, mencoba mengalihkan pikirannya dari masalah yang ada.
"Hentikan!" Gyumin tiba-tiba berseru, suaranya penuh kemarahan.
Aku dan In Yeop serentak melihat ke arah Gyumin, terkejut oleh ledakannya.
Gyumin terlihat salah tingkah dengan tatapanku.
"Ka-kau harus kembali! Apa kau melupakan orang tuamu di rumah?" tanyanya terbata-bata.Aku pun seketika terkejut, lalu berdiri.
"Kau benar!" Aku berjalan ke arah mobil yang terparkir, tanpa menyadari ponselku tertinggal di kursi dekat In Yeop.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quadrangle Romance: Mandalika한국아
Teen FictionMandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia terkurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namu...