BAB (14) Sinar bintang.

36 8 1
                                    

Di dalam ruang kelas yang suram, Ji Young mengangkat ponselnya, memperlihatkan sebuah foto. Cahaya dari layar ponsel menyoroti wajah Gyumin yang penuh kemarahan.

"Ini yang kau inginkan dari wanita jalang itu?" tanya Ji young dengan suara dingin.

Gyumin dan aku seketika terkejut. Ponsel itu diambil dengan kasar dari tangan Ji Young dan dilemparkan ke tembok dengan kekuatan penuh, menghancurkan layar dan membiarkan pecahan ponsel berserakan di lantai. Ji Young tertawa keras, suaranya menggema dalam ruangan.

"Kau kira aku sebodoh itu?!" teriak Ji Young, menatap tajam ke arah kami. Matanya menyala penuh kemarahan dan kekejaman. Gyumin membalas tatapannya dengan penuh amarah.

"Aku bersumpah tidak akan pernah menerimamu!" sergah Gyumin, menunjuk wajah Ji young dengan penuh kebencian.

Ji young hanya tersenyum sinis.
"Sayang sekali, kau akan tetap menjadi milikku! Jika memberontak, siapkan pemakaman untuk perempuan jalang ini," ancamnya, menatap tajam ke arah Manda sebelum berbalik dan melangkah keluar dari kelas.

Di luar ruangan, para mahasiswa sudah berkumpul dan mengintip dari jendela. Doohyun, yang tampak sangat marah, segera masuk setelah pintu terbuka, menghampiri Manda yang terlihat sangat ketakutan.

Gyumin mencoba menghalanginya.
"Biarkan aku bersamanya," pintanya dengan suara gemetar.

"Aku tidak akan membiarkannya bersama denganmu lagi!" bentak Doohyun, menghalau Gyumin dan membawa Manda pergi.

Setelah kepergian mereka, Gyumin berteriak dan menangisinya dalam ruang kelas yang sunyi, suaranya menggema di lorong gedung, membuat Manda yang sudah berada di luar pun melepas tangisannya.

"Malam telah berganti,
kulihat sempurna bentuk bulan.
Bintang kian merentang,
rasakan indah lukisan malam.
Aku telah mencoba
untuk slalu tegar menunggumu.
Ceritakan tentang
satu bintang yang selalu ku sayang."

Kangenband🎶

Di Apartemen Manda, Doohyun mencoba menenangkannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di Apartemen Manda, Doohyun mencoba menenangkannya.
"Istirahatlah dan tenangkan dirimu, aku akan mengurus surat izin untukmu," katanya lembut. Aku mengangguk sembari mengusap air mata.

"Katakan apa yang kau inginkan?" tanya Doohyun.

Aku menoleh, mencoba tersenyum meski dengan mata sembab.
"Tidak perlu... terima kasih karena telah memperdulikanku," jawabku pelan.

Doohyun menggapai tangan Manda.
"Tolong berikan nomor ponselmu, agar aku bisa menghubungimu. Aku masih merasa khawatir akan kondisimu," pintanya. Aku menghela nafas dan meminta kartu namanya, kemudian meninggalkannya dengan perasaan campur aduk

Quadrangle Romance: Mandalika한국아Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang