Aku mengambil bunga di telingaku, merasakan lembutnya kelopak yang menghiasi wajahku dengan keindahan.
"Aku membawanya dari Indonesia. Aku menemukan tumbuhan liar ini di sela bebatuan dekat rumahku," kataku, mengingat masa lalu dengan mata yang berbinar.
"Aku menemukannya dalam kondisi yang sangat layu, lalu aku memberikannya air. Dan pada keesokan harinya, tumbuhan ini pun mulai sedikit menghijau. Setiap hari aku selalu memberikan perhatian kepada tumbuhan yang layu ini. Sebelumnya, aku tidak mengira bahwa tumbuhan ini adalah bunga. Aku tidak perduli dengan jenis apa tumbuhan ini, aku hanya dengan tulus merawatnya. Aku benar-benar sangat menyayanginya. Waktu itu, aku tidak diizinkan untuk keluar dan terkurung di rumah karena ada sesuatu hal yang membuat keluargaku trauma. Aku, mempunyai satu orang sahabat yang setia menemaniku. Namun, bunga inilah yang menjadi sahabat sejatiku. Entahlah... aku rasa, bunga ini selalu menghiburku dalam setiap pertumbuhannya." Manda menghela napasnya.
"Dan kini, sudah memasuki lima tahun aku merawatnya. Dia hanya berbunga dua kali dalam beberapa tahun ini. Aku mencari tahu tentang bunga ini, namun aku tidak menemukan bunga yang serupa dengannya."In Yeop, yang mendengarkan dengan seksama, menggenggam tangan Manda dengan lembut.
"Wah, aku sampai tidak bisa berkata-kata lagi mendengar kisahmu dengan bunga cantik ini. Maafkan aku yang telah memetik sahabat sejatimu ini. Saat pertama kali melihat bunga ini, aku pun sangat terpikat dan memetiknya untuk wanita yang ku sayangi ini." Suaranya terdengar tulus dan penuh penyesalan.Aku tersenyum, menatap dalam matanya.
"Kau harus setegar bunga ini. Aku memintamu berjanji untuk menerima apapun kenyataan pahit yang menghampiri. Meskipun kenyataan pahit itu adalah berpisah denganku."Tatapan In Yeop berubah serius, memancarkan tekad yang kuat.
"Aku akan menerima semua kenyataan pahit itu, tetapi aku tidak bisa menerima kenyataan bahwa kita tidak dapat bersama. Aku memilih kematian daripada kehilangan dirimu.""Tapi kita...," aku mencoba berbicara, namun terputus oleh kata-katanya.
"Tidak!" kata In Yeop dengan tegas.
"Aku menerima semua yang kau lakukan padaku. Kau menduakan cintaku. Tidak! Tapi kau mencintai mereka, kau membagi perasaanmu. Namun aku tetap mencintai dengan tulus, aku sangat takut kehilanganmu. Aku akan mati dalam memperjuangkan hubungan ini. Kau bisa membagi cintamu kepada mereka semua yang ada di dunia, tetapi aku akan tetap setia dalam mencintaimu." In yeop terdiam sejenak, menatap mata Manda dengan sangat dalam.
"Aku ingin menanyakan satu hal padamu. Apa kau juga mencintaiku atau hanya sekedar kasihan?"Aku terdiam, pertanyaannya menusuk hati.
"Jawablah!" desaknya.
"Berikan waktu untuk menjawabnya, maafkan aku...," kataku, menundukkan kepala, merasa bingung dan tertekan.
In Yeop tertawa pahit, jawaban Manda sudah terduga olehnya.
"Tidak, tidak! Aku hanya bicara omong kosong. Kau tidak perlu memikirkan pertanyaanku ini." Dia mengalihkan pandangan, menyembunyikan kekecewaannya.Aku mencoba tersenyum untuk menenangkannya.
"Baiklah...,"Panggilan telepon tiba-tiba masuk dari ponsel In Yeop. Dia merogohnya dari saku celana.
"Siapa?" tanyaku, melirik ponselnya.
"Panggilan dari Soo Ra. Apa aku harus menerimanya?"
"Terimalah, tapi kau harus mengaktifkan loudspeaker-nya," ujarku. In Yeop menerima panggilan itu dan mengaktifkan loudspeaker.
Suara Soo Ra terdengar cemas di seberang sana.
"Apa kau bisa membawaku ke rumah sakit? Suhu tubuh Yu Mi sangat panas."In Yeop terkejut, wajahnya berubah pucat.
"Baiklah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Quadrangle Romance: Mandalika한국아
Teen FictionMandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia terkurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namu...