BAB (9) Kenangan manis.

37 9 7
                                    

"Dasar memalukan! Aku hampir mati tenggelam," batinku, seraya melihat sekeliling kamar Gyumin.

Kamar itu sangat rapi, segala sesuatu ditempatkan dengan teliti.
"Emm, kamar Gyumin terlihat sangat rapi dan tertata dengan baik," gumamku. Perlahan, aku membuka lemari pakaiannya.
"Baju-bajunya pun tertata sesuai warna. Gyumin, kau adalah Pria idaman para wanita. Aku ragu jika kau tidak memiliki kekasih," celetuk Manda, mengingat bagaimana dia sebelumnya mengatakan hal yang sebaliknya.

¯⁠\⁠_⁠(⁠ツ⁠)⁠_⁠/⁠¯

Sepuluh menit berlalu dengan cepat. Ketukan lembut terdengar dari pintu kamar.

"Apa kau sudah selesai? Aku membawa hairdryer untuk mengeringkan rambutmu,"suara Gyumin terdengar lembut dari balik pintu.

Aku berjalan membuka pintu, dan di sana berdiri Gyumin dengan hairdryer di tangannya.
"Bajumu sangat pas denganku," kataku. Tatapan Gyumin tak terlepaskan dari Manda.

Gyumin tersenyum, matanya bersinar cerah.
"Benar, baju ini terlihat sangat pantas di dirimu... mau ku keringkan rambutmu?" tanyanya, melangkah masuk ke dalam kamar dan menggeser kursi di depan cermin untuk Manda duduki.

Aku mengangguk setuju, dan Gyumin mulai mengeringkan rambut Manda. Dari pantulan cermin, aku memperhatikan wajahnya yang tenang.
"Apa kau benar-benar tidak memiliki kekasih?"

"Kenapa menanyakannya lagi? Apa kau tidak percaya?" Gyumin menjawab sembari sesekali melirik Manda dari pantulan kaca.

"Itu terlihat sangat tidak mungkin, orang sepertimu tanpa kekasih? Yang benar saja...," gumamku, tak melihat ke arahnya.

Gyumin tersenyum mendengar gumaman Manda.
"Aku belum mendapatkan yang tepat untuk itu," katanya dengan tenang, membuat keningku berkerut.

"Sekarang masih belum dapat juga?" tanyaku penasaran.

"Sudah... tapi, belum ku miliki saja," ujar Gyumin, membuatku semakin penasaran, siapa gadis yang dia maksud.

"Kau sudah mengungkapkannya?" tanyaku, rasa penasaran mulai membakar.

"Sepertinya, aku akan menunggu waktu yang tepat."

"Wanita itu sangat beruntung," gumamku lagi, melihat ke arah cermin.

Gyumin hanya tersenyum, matanya lembut menatapku.

Setelah selesai mengeringkan rambutku, aku mengambil ponselku dari meja di depan cermin.
"Aku harus pergi," ucap Manda kepada Gyumin yang baru duduk di dekatnya.

"Kau akan pulang?" tanya Gyumin untuk memastikan.

Manda mengangguk tanpa melihat ke arahnya.
"Tentu saja... aku tidak mungkin tetap berada di sini. Kau juga laki-laki, lagi pula kita hanya berdua di rumah ini... dan itu tidak baik," ujarku, lalu tersenyum padanya.

Gyumin mengalihkan pandangannya ke arah jendela besar di kamarnya.
"Lihat, hujan turun... kau yakin akan pulang?" tanya Gyumin, matanya masih memandang hujan yang mulai turun deras.

Aku pun ikut melihat ke arah luar jendela.
"Tapi aku harus pulang sebelum malam, lagipula itu hanya gerimis..," ucapku pelan dengan sedikit cemas.

Gyumin melihat ke arah Manda dengan sedikit khawatir.
"Kau harus menunggu hujannya reda... apa kau yakin akan pulang dalam keadaan hujan turun?"

Aku menunduk, merasakan hawa dingin yang menyelimuti ruangan.
"Baiklah, aku akan menunggunya," akhirnya aku menyerah dan memutuskan untuk menunggu hujan reda. Membuat Gyumin tersenyum mendengar keputusannya.

Quadrangle Romance: Mandalika한국아Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang