BAB (80) Violin.

6 0 0
                                    

Perusahaan Kim Gyumin.

"Daddy!" seru Ji sung setelah memasuki sebuah ruangan, membuat Gyumin seketika mengalihkan pandangannya ke arah Putra kesayangan.

Gyumin bangun dari kursi office-Nya, menghampiri Ji sung dan menggendongnya. "Kenapa kau terlambat, hm? Daddy sudah menunggumu,"

"Kata Mommy, Ji sung akan bersekolah...," tutur Ji sung antusias.

"Wah, benarkah? Rupanya Putra Daddy sudah beranjak dewasa. Ayo duduk, dan beritahu apa yang Ji sung inginkan." ujar Gyumin sembari menurunkan Ji sung dari gendongannya dan duduk bersama.

"Ji sung ingin seperti Daddy..," ucap Ji sung antusias, membuat senyum Gyumin semakin lebar.

"Emm, jika ingin seperti Daddy... kau harus pintar dan bersekolah. Kau bisa mengatakan lebih jelas apa yang kau inginkan?" Gyumin menatap Ji sung dengan senyum.

Ji sung berpikir sejenak, membalas tatapan Gyumin. "Bisakah Ji sung pergi sekolah bersama Daddy setiap hari?"

Gyumin menertawakan keinginannya. "Ji sung... kalau Daddy pergi sekolah denganmu, lalu siapa yang akan mengurus pekerjaan? Emm, bagaimana kalau Daddy berikan Ji sung mobil untuk berangkat ke sekolah?"

Ji sung menganggukkan kepalanya dengan semangat. "Haruskah Ji sung belajar menggunakannya?" selorohnya sembari memperagakan cara mengemudi.

Gyumin seketika tertawa dan diikuti Ji sung, putranya. Kehadiran Ji sung membuat Gyumin menjadi sedikit lebih tenang dan terhibur, sikap humorisnya mengikuti karakter Gyumin yang sesungguhnya.

***

Di dalam perjalanan menuju suatu tempat, Jae in mengendarai mobilnya dengan sangat hati-hati. Lika memejamkan matanya, tersenyum di balik cadar merah tua, menikmati alunan indah dari instrumen biola yang terputar.

"Kau baik-baik saja?" tanya Jae in, sesekali menoleh ke arahnya.

Lika perlahan membuka kedua matanya, menghela napas dan membuka cadar yang Ia gunakan, membuat fokus Jae in sedikit terganggu.

"Kenapa?" tanya Jae in keheranan.

"Bisakah berhenti menggunakannya? Aku sedikit tidak nyaman dengan ini...," jawab Lika sembari melihat ke arah Jae in.

"Tapi Mama tidak mengizinkannya, begitu juga dengan Queen."

Lika menoleh ke arah Queen di belakangnya dan bertatapan langsung. "Dia masih terlalu kecil untuk menggunakannya."

"Apa kau terbiasa dengan cadarmu?" tanya Lika kepada Putrinya. Queen menganggukkan kepalanya tanpa sepatah katapun.

"Dia bisa menggunakannya setelah beranjak dewasa," gerutu Lika setelah mengalihkan pandangannya dari Queen.

Jae in terdiam, memikirkan banyak hal di kepalanya. Hingga beberapa waktu kemudian. "Tidak, berjanjilah untuk tidak melepaskannya." ujarnya tegas, membuat Lika terdiam, memandang ke arah luar jendela.

"Sayang, di balik semua itu pasti ada hal yang terbaik untukmu," lanjut Jae in.

Lika menghela napas panjang, lalu menggunakan kembali cadarnya. "Baik, aku mengerti." jawabnya singkat, membuat Jae in menghela napas.

Seoul Internasional School.

Mobil mereka terparkir di antara jejeran mobil-mobil mewah. Sepasang Suami Istri itu pun keluar dari kendaraannya. Pemandangan aesthetic nan-elegan mengelilingi gedung bertingkat yang luas. Hanya orang terpandang yang mampu menyekolahkan Anak-anak mereka tanpa adanya program beasiswa.

Quadrangle Romance: Mandalika한국아Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang