Suasana hatinya yang hancur tergambar jelas dari raut wajahnya yang suram. Langkahnya berat, namun penuh determinasi saat dia mendekati gerbang yang memisahkannya dari suara umpatan yang makin nyaring terdengar. Dengan amarah yang membara, dia berjalan menghampiri sumber suara, diikuti oleh Ayah dan Ibunya yang terlihat khawatir di belakangnya.
"Dasar Security tidak becus!" gerutu Gyumin dengan suara serak dan penuh kemarahan, tanpa menoleh ke arah gerbang yang memantulkan cahaya silau.
Ayah dan Ibu Gyumin, menyadari kehadiran Manda di luar pintu gerbang tersebut, segera mempercepat langkah mereka. Mereka berharap bisa menenangkan Gyumin sebelum semuanya semakin memburuk.
"Gyumin!" panggil Ayahnya, suaranya penuh kekhawatiran.
"Gyumin!" seru Ibunya, mencoba menghalangi langkah putranya yang semakin mendekati gerbang.
Namun, panggilan itu diabaikan oleh Gyumin. Dia terus berjalan dengan langkah berat, matanya terfokus pada gerbang yang semakin dekat.
"Oh ya! Berani sekali kau! Kemarilah, biar ku hajar masa depanmu yang sialan itu!" suara Manda terdengar dari balik gerbang, diiringi suara benda keras yang menghantam besi gerbang.
"Nona, tenanglah!" seru petugas keamanan, mencoba meredakan situasi tanpa mengalihkan pandangannya dari Manda, Ia terpikat karena kecantikannya.
"Hey! Buka pintu gerbang ini!" Manda berteriak, suaranya penuh dengan kemarahan yang menggelegar.
Petugas keamanan itu berdiri tegak, menghalangi pandangan Gyumin yang semakin penasaran dengan siapa yang membuat keributan tersebut.
"Minggir!" bentak Gyumin dengan suara yang lebih keras, memaksa petugas keamanan untuk menyingkir.
Dengan satu langkah cepat, Gyumin mencapai gerbang dan terkejut saat melihat siapa yang berdiri di depannya. Manda, dengan baju pasien yang kusut dan tanpa alas kaki, menatapnya dengan tatapan penuh kebencian yang membuat hati Gyumin berdegup kencang. Matanya yang lebar dan penuh emosi membuat Gyumin terdiam, menelan ludah sambil mencoba menghindari tatapan tajam Manda.
"Buka!" teriak Manda lagi, suaranya memecah keheningan.
Gyumin, dengan tangan gemetar, membuka gerbang. Begitu gerbang itu terbuka, Manda melangkah masuk dengan cepat dan langsung menendang selangkangannya dengan keras. Gyumin terjatuh, merintih kesakitan sambil melindungi dirinya.
Ayah dan Ibu Gyumin segera berlari menghampiri mereka, berusaha melerai dan menenangkan situasi. Ibu Gyumin mencoba menenangkan Manda yang emosinya meluap, sementara Ayahnya melindungi putranya dari serangan lebih lanjut.
"Nak, tenanglah...," ujar Ibu Gyumin dengan suara lembut, mencoba meredakan emosi Manda.
"Sakit ya?" tanya Ayah Gyumin, memeriksa kondisi putranya yang masih merintih kesakitan.
Manda, yang masih dikuasai oleh amarah, mencoba menerobos untuk menyerang Gyumin lagi. Ayah dan Ibu Gyumin dengan cepat menghalangi dan mencoba menenangkannya.
(☉。☉)!
Beberapa saat kemudian, di balkon kamar Gyumin.
"Rahasiakan semua yang telah terjadi, aku tidak ingin mereka semua tahu. Jika kau benar mencintaiku, berjanjilah," ucap Manda tanpa menoleh, suaranya dingin dan penuh determinasi.
Gyumin, dengan hidung yang mengeluarkan darah, berbalik dan menatap Manda. Darah menetes dari hidungnya, namun dia tetap berdiri tegak, matanya penuh dengan kesedihan dan rasa bersalah.
Manda spontan melihat wajah Gyumin dan membalikkan badannya, menahan tawa setelah melihat kondisi Gyumin yang menyedihkan.
"Lalu, bagaimana jika kau...," Gyumin mencoba berbicara, namun Manda memotongnya dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quadrangle Romance: Mandalika한국아
JugendliteraturMandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia terkurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namu...