BAB (73) Pedih.

10 2 0
                                    

Suara ketukan kecil dari balik sebuah pintu kamar yang terkunci, diiringi bisikan lembutnya, gadis kecil itu memanggil dengan sebutan Ibu.

Telinganya melekat di pintu kayu jati panjang, menanti sebuah jawaban yang tak kunjung bersuara. Seorang Pria berperawakan tegap, datang menghampiri dan berdiri tepat di belakangnya. Gadis kecil itu pun menyadari kedatangannya, perlahan membalikkan badannya.

"Ayah?" Panggilnya dengan suara yang menggemaskan, matanya bulat dengan bulu yang lentik, menghiasi wajahnya yang tertutup kain hitam. Membuat Pria di hadapannya menyamakan tinggi dan berhadapan langsung dengan Lee Queen, anak kandung Lika yang baru memasuki usia lima tahun.

"Ada apa?" tanya Lee Jae in lembut, Pria yang menjadi Dokter sekaligus Suami juga Ayah ini menyayangi Queen bak Anak kandung, meskipun Ia tahu, bahwa gadis kecil ini bukanlah Anak dari darah dagingnya sendiri, memberikan marganya kepada si kecil malang yang tanpa diketahui siapa Ayah kandungannya.

"Hari ulang tahunku, kali ini... Queen ingin merayakannya bersama Ibu," keluh gadis kecil itu dengan wajah sedihnya.

Jae in mengelus rambutnya, membuat senyum yang menenangkan.
"Mari siapkan kue terlebih dahulu, lalu Ayah akan membantu Queen bertemu Ibu...," Queen mengangguk setuju dengan antusias. Jae in pun menggendongnya, berjalan menuju garasi rumah tersebut, pergi untuk membeli Sebuah kue ulang tahun.

(⁠ʃ⁠ƪ⁠^⁠3⁠^⁠)

Di sebuah kamar, berhias bunga-bunga yang mekar, di sertai wewangian yang menyegarkan, namun segalanya tak membuat wanita bercadar itu tenang, pandangannya kosong, menatap satu arah sembari menggigit kuku jari tangannya, kebiasaan yang tak pernah lepas dari dirinya.

"Aneh sekali...," gumam Lika, lalu tak lama kemudian, Ia merintih kesakitan dengan pikiran yang memenuhi trauma kepalanya.

"Akhh!"

Beberapa saat kemudian, sepulangnya Jae in dengan Queen dari membeli kue ulang tahun, mereka sangat antusias saat memasuki pintu utama rumah tersebut.

Hingga saat mereka berjalan menghampirinya, Ia dengan samar mendengar suara rintihan dari dalam kamar tersebut, membuat Jae in kini hilang kendali dan menjatuhkan kue di kedua tangannya, membiarkannya tergeletak hancur tak berupa.

Jae in meraih kunci cadangan, membuka pintu dan mendapati Lika yang terkapar tak sadarkan diri di atas ranjang kamar tersebut.

Suaminya, dengan panik tanpa menunggu waktu yang lama, Ia melepas cadar di wajah istrinya, memeriksa keadaannya dengan cepat. Dan beberapa saat kemudian, Jae in memasangkan Infus di pergelangan tangan Lika, menatapnya sembari menghela napas setelah mendapati keadaannya yang lemah.

(⁠'⁠◉⁠⌓⁠◉⁠'⁠)

Di luar ruangan yang sunyi, Queen duduk menatap Kue ulang tahunnya yang telah hancur. Tangan kecil itu meraih lilin di dekatnya, menancapkannya di atas kue tersebut.

Dengan suara lirih, Ia menyanyikan sepenggal lagu ulang tahun yang di ajarkan oleh sang Kakek, Papa dari Lika. Gadis kecil itu melepas cadarnya, meniup lilin hampa tak menyala.

"Semoga tahun ini menjadi awal kebahagiaan bersama Ibu," batin Queen dengan mata terpejam.

Dengan tangan mungilnya, Queen mengambil segenggam kue untuk di berikan langsung kepada seseorang yang spesial di hatinya. Ia berbalik, perlahan melangkah menuju kamar kedua orangtuanya.

Terlihat Jae in tengah duduk di samping Istrinya, menggenggam erat tangan Lika yang lemah, menatap wajah cantiknya yang terpejam.

Dari arah pintu masuk, Queen berjalan menghampiri mereka, mengeluarkan kue di genggamannya. Jae in mengalihkan pandangannya ke arah gadis kecil yang menatap Istrinya, menatap kue di tangan kanannya.

Quadrangle Romance: Mandalika한국아Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang