Di kesunyian ruang temaram, dengan suara Elektrokardiogram yang mendeteksi jantung seorang Pria paruh baya, langkah mereka beriringan, duduk sembari memperhatikannya yang terbaring lemah.
Jae in menggenggam erat tangan sang Ayah. "Aku akan merawat mu, tenanglah." gumamnya, sedih.
Lika menatap Jae in dari kejauhan, merasakan kesedihannya. "Aku ingin istirahat," ucapnya Kepada Jae in, membuat renungannya pecah dan menoleh ke arah sang Istri sebelum beralih menatap adiknya di samping.
"Bawa dia masuk ke kamarmu dulu." ujarnya kepada Hae rin.
"Ta-tapi kak?" tanya Hae rin ragu, karena kamarnya yang di penuhi foto sang idola, Ia malu jika Lika mengetahui kegilaannya.
Tatapan tajam Jae in membuat Hae rin terpaksa mengikuti perintahnya, menoleh ke arah Lika yang memperhatikan mereka dari arah belakang. "Ayo kak...," ujarnya ragu, menuntun Ibu dan Anak itu menuju kamar.
Sesampainya di depan pintu kamar bertuliskan nama, Hae rin menoleh ke arah Lika. "Emm, Kak... kamarku sedikit berantakan, maaf." ucap Hae rin dengan sedikit menundukkan kepalanya.
Lika mengangguk pelan tanpa mengatakan sepatah katapun, menatapnya lembut. Tak lama kemudian, Hae rin membuka pintu kamarnya dengan ragu, dan sebelum memasukinya, Asisten rumah tangga datang menghampiri.
"Nona, kamarnya sudah siap... mari saya antar," ujarnya sebelum Lika melangkahkan kaki. Hae rin merasa sedikit lega dan kembali menutup pintu kamarnya dengan cepat, membuat mereka seketika terkejut dan meliriknya serentak.
Hae rin tersenyum malu, menghindari tatapan mereka. "Emm, maaf. Tapi kamarku benar-benar berantakan."
"Aku ingin istirahat, sampai nanti...," ucap Lika menggunakan bahasa Inggris, lalu meninggalkan Hae rin bersama Queen, Putrinya.
Hae rin mengangguk pelan, pandangannya tak terlepaskan dari Lika yang semakin menjauh. "Selama ini, aku tidak pernah melihat wajahnya, kakak juga menyembunyikan. Apa wajahnya seburuk itu sampai tidak ingin Ia tunjukkan?" gumamnya sebelum memasuki kamar dan menguncinya dari dalam.
***
Di kediaman In yeop, suasana taman belakang rumah yang terawat, ditanami tumbuhan bunga indah berseri, memancarkan cantiknya yang kokoh. Langkah Pria itu perlahan mendekat, menyiraminya sembari tersenyum manis di bibir yang berkelupas.
"Semalam kau hadir dalam mimpiku, mengobati rasa rindu ini. Membuatku tidak ingin terbangun dan selalu berada di sisimu. Kau mungkin merindukanku di suatu tempat, membuatmu datang menemuiku." gumam In yeop sembari mengelus lembut bunga kesayangan Manda.
Dari balik pintu belakang rumah tersebut, seorang anak kecil yang bernama Yu mi, terlihat sedang mengintip dan memerhatikan In yeop. Pandangannya kemudian tertuju ke arah bunga itu dan tertarik untuk melihatnya lebih dekat. Langkah kecilnya perlahan mendekati, membuat Pria itu seketika terkejut sembari mengusap air yang mengalir di kedua matanya.
"Hai...," sapa In yeop, tersenyum.
Yu mi membalas senyuman In yeop sebelum mengelus lembut bunga di hadapannya.
"Cantik sekali," ucapnya, menatap bunga itu."Bunga ini hanya satu di dunia, kau tidak akan bisa menemukannya dimanapun...," In yeop bangun dan duduk di kursi panjang taman tersebut, menghela napasnya, lalu menatap langit pagi yang cerah.
"Seperti Ibu?" tanya Yu mi, berbalik ke arah In yeop dan duduk di dekatnya.
"Emm...," In yeop mengalihkan pandanganya ke arah Yu mi.
"Ayah, kenapa tidak pernah tidur bersama Ibu? Dan kenapa Ayah selalu sendirian di kamar itu..." tukas Yu mi, menatap In yeop dengan mata bulatnya.
'Kenapa Soo ra belum mengatakan hal yang sebenarnya.' batin In yeop, keningnya berkerut.
"Emm, Yu mi mau sekolah tidak?" Tanyanya menghindari pertanyaan tersebut.Yu mi mengangguk antusias dengan senyum lebar. "Yu mi ingin sekolah!"
"Baiklah, beritahu Ibumu untuk menjumpai Ayah." ujar In yeop kemudian, membuat Yu mi beranjak dari tempatnya, menghampiri Soo ra untuk menyampaikan apa yang In yeop katakan.
In yeop menghela napas berat, menatap bunga di hadapannya. "Aku bahkan menjadi Ayah dari Anak yang bukan darimu, kenapa Tuhanmu tidak merestui dan menyatukan kita berdua." batinnya.
Tak lama kemudian, dari arah pintu, Soo ra berjalan menghampiri In yeop.
"Yu mi menyampaikan pesan darimu, ada apa?" tanya Soo ra sembari duduk di samping In yeop.
"Kenapa tidak mengatakan hal yang sebenarnya pada Yu mi, bukankah dia harus mengetahui siapa Ayahnya?" tanya In yeop tiba-tiba, pandangannya tak teralihkan dari bunga di hadapannya.
Soo ra terdiam sejenak sebelum menjawabnya. "Masih belum waktunya, dia masih terlalu kecil untuk menerima kenyataan pahit. Itu akan sangat menyakiti Yu mi dan akan merusak mental juga pikirannya. Kita telah menyepakatinya, kenapa mempertanyakan hal seperti itu lagi? Apa kau sudah akan berhenti mempertanggungjawabkan perbuatanmu?" Tatapan Soo ra tak terlepas dari In yeop.
In yeop mengalihkan pandangannya ke arah Soo ra, membalas tatapannya. "Aku juga akan menikah dan punya anak. Apa aku akan bertanggung jawab seumur hidupku?" jawabnya, sedikit kesal.
Soo ra mengalihkan pandangannya ke arah bunga tersebut. "Kau masih mengharapkannya?" tanya Soo ra sembari menaikkan satu alisnya.
"Tentu saja! Kau jelas tahu dia kekasihku." jawab In yeop sedikit menaikkan suaranya.
"Dia bahkan sudah mati! Kau...,"
"Cukup! Aku memberi batasan untukmu, dan kau melanggarnya!" tukas In yeop, lalu beranjak pergi meninggalkan Soo ra sendiri di kursi taman tersebut.
Soo ra seketika terdiam, menatap bunga itu dengan tajam, rasa cemburu menguasai dirinya. "Pria bodoh!" makinya dalam hati.
Terlihat In yeop berjalan memasuki kamarnya dan membanting pintu, menciptakan suara keras dalam kesunyian. In yeop melampiaskan kekesalannya, menghantam pintu kayu yang kokoh di kamar tersebut.
"Sialan!" In yeop membalikkan badannya, melangkah menuju ranjang, merenungi nasib yang menyedihkan.
***
Getaran ponsel memecah keheningan ruangan. Gyumin memutar kursi office-Nya, kepalanya bersandar. "Berisik sekali!" gumamnya sebelum menerima panggilan tersebut.
"Kau akan menghadiri acara reuni tahunan?" tanya Doohyun setelah panggilan terhubung.
"Tidak!" tukas Gyumin tanpa ragu, membuat Doohyun jengkel dan ingin memutuskan panggilan tersebut.
"Ku dengar... kau sudah mendapatkan penggantinya, itu sangat mengejutkanku." tanya Gyumin tiba-tiba, membuat Doohyun terdiam sejenak sebelum menjawab.
"Itu hanyalah rumor, dan itu tidak benar!" jawab Doohyun.
"Sayang sekali... aku pikir, aku adalah pemenangnya," seloroh Gyumin, tersenyum.
"Kau melupakan kesetiaan In yeop, hanya dia yang terlihat menyedihkan di antara kita." ucap Doohyun.
Gyumin terdiam sejenak, memutar kembali kursi office-Nya. "Sejak saat itu, aku sudah tidak mengetahui kabarnya. Ingin bertemu disana?" Alis Gyumin terangkat sebelah.
"Oke!" jawab Doohyun tanpa ragu, dan tak lama kemudian, panggilan pun terputus olehnya.
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quadrangle Romance: Mandalika한국아
Teen FictionMandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia terkurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namu...