"Berhati-hatilah. Ingat apa kata Mama... jangan membuat masalah lagi!" Titah Mama Manda penuh peringatan.
"Iya, Ma. Manda pergi dulu ya, Pa... Ma," pamitku, lalu melambaikan tangan ke arah mereka.
Di dalam Pesawat.
"Aku sudah tidak sabar untuk menemuinya," Gumamku sembari tersenyum ke arah luar jendela.
Setelah beberapa jam kemudian, setibanya di Korea.
Aku menghirup udara penuh kenangan.
"Aku merindukan suasana ini," gumamku.Saat aku berjalan keluar, tanpa sengaja aku melihat sepasang kekasih yang sedang berpelukan. Senyumku terhenti sejenak, teringat pada perpisahan tiga tahun lalu yang masih meninggalkan bekas di hatiku. Aku mengatur napas dan melanjutkan langkahku.
Beberapa saat kemudian, aku kembali ke Apartemen yang dulu pernah kutempati. Ruangan ini masih sama seperti yang ku ingat, dengan segala kenangan manis dan pahit yang terpatri di dalamnya. Aku mengambil ponsel dari dalam tas, melihat layar yang menampilkan beberapa panggilan tak terjawab.
"Haruskah aku menghubunginya sekarang? Tidak, sekarang bukan waktu yang tepat," gumamku dalam hati dan tersenyum.
( ꈍᴗꈍ)
Malam itu, di pusat perbelanjaan, aku sedang sibuk memilih pakaian baru ketika suara dari belakang memanggil namaku.
"Permisi," sapa seorang wanita.
Aku berbalik dan tersenyum.
"Ya?" ucapku singkat."Apa kau masih mengingatku? Kita pernah berbicara tentang kerjasama," ujar wanita itu ramah.
Aku merenung sejenak.
"Oh, ya, tentu saja. Maaf, waktu itu aku tidak bisa menghubungimu," aku menjawab dengan jujur.Wanita itu tersenyum.
"Tidak apa-apa. Bagaimana kalau kita menandatangani kontraknya sekarang? Aku sangat berharap bisa bekerja sama dengan anda!" kata wanita itu sembari menyerahkan kartu namanya."Saya akan menghubungimu," jawabku sembari menerima kartu tersebut.
"Terima kasih," ucap Hwang Ryu na dengan senyum.
Aku mengangguk, tersenyum balik, lalu melanjutkan belanjaanku.
Di club malam, suasana semakin larut malam.
"Ini akan membahayakanmu, Gyumin! Kamu harus berhenti!" ujar In woo, mencoba membujuk temannya yang terus menenggak minuman.
Gyumin menarik tangannya, mengambil minuman kembali.
"Biarkan aku sendiri! Aku harus melupakan semuanya!" ucapnya dengan nada yang semakin histeris.In woo menghentikan tangannya.
"Ayo pergi dari sini sekarang juga!" serunya sembari berusaha menyeret Gyumin keluar dari club.
Tetapi sebelum mereka pergi, seorang wanita penghibur mendekati Gyumin.
"Manda mu datang," godanya sembari tersenyum cabul.Gyumin menoleh dan melihat wanita itu dengan tatapan kosong.
"Manda, jangan tinggalkan aku!" ucapnya dengan lirih.Wanita itu hanya tersenyum dan mengajukan permintaan yang membuat In woo terkesiap.
"Ya, sayang...," jawabnya lembut, lalu melirik ke arah In woo.
"Kali ini, tambahkan bayarannya untukku!" kata wanita itu kepada In woo dengan ekspresi genit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quadrangle Romance: Mandalika한국아
Teen FictionMandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia terkurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namu...