Suasana ramai sekolah, suara tawa juga canda yang menjadi latar mereka dalam ketegangan. Alisnya mengerut, merasakan perubahan sikap dari Pria asing di hadapan. Mata mereka bertemu sebelum akhirnya Lika bangun dari tempatnya dan menghindar. Namun tatapan Gyumin tak terlepas, mengikuti setiap pergerakannya.
"Tunggu...," seru Gyumin tanpa suara, hanya terlihat dari pergerakan bibirnya yang kaku, tangannya sedikit naik, ingin menggapainya yang berlalu tanpa menoleh.
"Tidak jelas!" gumam Lika menggunakan bahasa Inggris, langkahnya cepat memasuki kelas Queen.
Sesampainya di dalam, Lika menyaksikan Queen tengah berada di dalam kerumunan para pelajar lainnya, menikmati paras cantik yang dimiliknya. Mereka berbisik dan menyapa, namun Queen hanya terdiam, menatap mereka yang mendekat.
Lika dengan langkah cepat menghampiri Queen, melewati kerumunan kecil yang menghimpit tubuhnya.
"Ayo...," Lika meraih tangan kecilnya, membawa Queen keluar dari kerumunan tersebut.
Gyumin yang masih terpaku, seketika tersadar melihat wanita bercadar itu keluar dengan gadis kecil di belakang, mengikuti langkahnya. Pandangan Pria itu kembali tak terlepas, menyadari Queen yang melirik ke arahnya, mata mereka bertemu.
Rumah sakit.
Di sebuah ruangan bernuansa putih, berjejer lemari kaca berisikan berbagai macam obat-obatan, dengan berkas-berkas yang terpajang. Suara mereka terdengar di balik tirai yang membentang, perlahan bergeser dengan hembusan angin yang menerpa. Menampilkan sosok Jae in dalam melakukan pemeriksaan terhadap pasien Prioritasnya, Kim Yoo Jin.
"Jantungmu semakin membaik, kau hanya perlu beristirahat dengan cukup." ujar Jae sembari melangkah keluar dari balik tirai, Ia duduk di sebuah Kursi ruang kerjanya.
Yoo jin bangun dari ranjang rawat, berjalan menghampiri Dokter Pribadinya dan berhadapan langsung.
"Tapi... aku masih sesekali merasakan sakit dibagian sini." keluh Yoo jin sembari menunjuk dadanya.
Hari itu, Yoo jin menggunakan setelan yang sedikit terbuka, dengan rok pendek serta kemeja yang nampak kekecilan, lekuk tubuhnya terlihat nyata di hadapan Jae in.
Jae in menyerahkan resep obat sebelum menoleh, fokusnya terganggu. "Kau 90% sembuh, sisanya harus beristirahat dengan cukup dan tenang." Matanya tidak sengaja melirik ke arah sela payudara Yoo jin, membuat Jae in menelan ludah dan dengan segera mengalihkan pandangannya.
"Emm, kau sudah bisa pergi...," lanjutnya tanpa melihat Yoo jin yang menatap dengan cabul.
Yoo jin sedikit berdeham, dan tersenyum. "Kau menyukainya?" Pertanyaannya membuat Jae in spontan menoleh, keningnya berkerut dengan bibir kelu dan bingung.
"Maksudku, apa kau menyukai pekerjaanmu?" ulang Yoo jin, alisnya terangkat.
"Oh! Ya... tentu saja." jawab Jae in sembari mengalihkan pandangannya.
Yoo jin menertawakan jawaban itu, bangun dari tempatnya dan melangkah mendekati Jae in yang terdiam mematung.
"Aku juga menikmatinya...," bisik Yoo jin di telinga Jae in, sedikit membungkuk dan menggodanya.
Leher berjakun itu perlahan menelan ludahnya, Jae in menatap lurus dan membisu, menyadari tingkah lakunya yang mengganggu.
Indonesia, Café.
Dengan tergesa-gesa, Caca menghampiri mereka yang menunggu, langkahnya terhenti di meja pojok ruangan. Kali ini tatapan Caca tak terlepas dari Doohyun setelah mengetahui siapa di balik Pria yang selama ini menyembunyikan identitasnya. Ia merasa bersalah karena telah memukulnya menggunakan ganggang sapu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quadrangle Romance: Mandalika한국아
Teen FictionMandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia terkurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namu...