Beberapa hari yang lalu, Kantor Gyumin.
Ketukan pintu terdengar dari arah luar, menggema di sepanjang lorong sepi. Ruangan Gyumin yang megah dengan meja kayu jati besar dan deretan rak penuh dokumen tampak hening, seakan menunggu sesuatu yang besar akan terjadi.
"Masuklah!" jawab Gyumin dari dalam ruangan tersebut, suaranya tegas dan penuh otoritas.
Sekretaris Han, seorang pria paruh baya dengan setelan rapi, melangkah masuk dengan hati-hati. Wajahnya tampak tegang, terlihat dari keringat yang mengalir di pelipisnya. Ia membawa sebuah map tebal berisi laporan penjualan selama satu bulan terakhir, langkahnya terasa berat seakan menanggung beban besar.
Gyumin menerima laporan tersebut dengan tangan yang tegas namun mata yang penuh ketegangan. Ia membaca isi laporan dengan cepat, dahinya berkerut semakin dalam seiring dengan setiap lembar yang dibacanya. Matanya melebar dan wajahnya memucat ketika mendapati angka-angka yang tidak masuk akal.
Dengan gerakan yang tiba-tiba, Gyumin melempar dokumen tersebut ke lantai, kertas-kertasnya berhamburan.
"Laporan apa ini, Sekretaris Han?!" bentak Gyumin dengan suara bergetar marah.
"Maaf, tetapi penjualan bulan ini sangat menurun drastis, jadi…," Sekretaris Han menjawab dengan suara gemetar, wajahnya semakin pucat.
"Penurunan drastis dan pengeluaran semakin meningkat?!" Gyumin menukas dengan meninggikan suaranya, menambah ketegangan di ruangan itu.
Sekretaris Han hanya bisa terdiam, menundukkan kepala, merasa tidak berdaya di hadapan kemarahan bosnya.
"Adakan meeting!" Perintah Gyumin dengan suara yang tidak bisa dibantah, menunjuk ke arah pintu keluar.
Setelah kepergian Sekretaris Han, Gyumin terduduk lemas di kursinya. Ia meraih telepon di mejanya dan menghubungi sang Ayah dengan tangan yang sedikit gemetar.
"Ayah, bisnisku sedang bermasalah," tutur Gyumin, suaranya penuh kekhawatiran.
"Katakan dengan benar," jawab Ayahnya dengan nada cemas dari seberang telepon.
"Penjualan di showroom menurun drastis, dan hanya tercatat beberapa unit mobil yang terjual selama satu bulan terakhir. Sedangkan pengeluaran keuangan meningkat tanpa ada pemasukan yang sepadan."
"Berapa pengeluaran satu bulan terakhir?" tanya Ayah Gyumin, semakin khawatir.
"50 Milyar Won, dan pemasukan hanya 25% dari pengeluaran. Ini sangat merugikan!"
"Kau sudah memeriksa, pengeluaran itu digunakan untuk apa?"
"Ayah, itu tidak masuk akal!" Teriak Gyumin kesal, suaranya semakin menggema di ruangan.
"Ini pasti ada kesalahan, adakan rapat dadakan! Ayah akan bantu memeriksa hal ini lebih lanjut. Ayah yakin, kamu pasti bisa menghadapi masalah ini. Jangan beritahu Ibumu, dia pasti akan sangat shock dengan kabar ini," ujar sang Ayah berusaha menenangkan putranya.
"Baik, Gyumin akan segera mengurusnya!" ucap Gyumin lalu memutuskan telepon, berdiri dengan tegas dan bergegas menuju ruang meeting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quadrangle Romance: Mandalika한국아
JugendliteraturMandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia terkurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namu...