"Emm, mungkin dia mencari kesenangan dengan cara yang salah... kau harus lebih memperhatikannya!" Saranku.
Gyumin meletakkan foto keluarga tersebut di atas meja, bayangan cahaya sore yang masuk dari jendela menciptakan aura hangat di sekitar mereka. Dia menatap foto itu sejenak sebelum menjawab.
"Aku akan lebih memperhatikannya," seraya tersenyum ke arah Manda.Aku mengerenyitkan kening, merasakan bahwa ada sesuatu yang tersirat di balik senyumnya.
"Ada apa? Kenapa tersenyum?" tanyaku, ingin menggali lebih dalam."Semalam tidurmu nyenyak?" tanya Gyumin, memandangi Manda dengan penuh perhatian.
"Kau merusak tidurku semalam... jadi aku tidak melanjutkannya," jawab Manda, mencoba mengalihkan pandangannya dari tatapan Gyumin yang intens.
Gyumin tertawa kecil.
"Maaf, tapi aku juga sangat terkejut dengan teriakanmu... emm, Jadi apa yang akan kita lakukan sekarang?"Aku berbalik, berjalan dan mengambil tas di atas ranjang.
"Apa lagi? Sekarang antar aku pulang ke Apartemen. Aku ingin melanjutkan tidurku tanpa gangguanmu.""Ku kira, kau akan menginap lagi..." goda Gyumin sembari tersenyum.
"Kau jangan bercanda. Antar aku pulang!" ujarku tegas, lalu berjalan keluar.
Gyumin mengikuti Manda dari belakang, mencoba mencairkan kekesalannya dengan godaan yang tak ada habisnya.
Setelah beberapa saat, kami pun tiba di Apartemen.
"Kenapa tidak menyuruhku masuk untuk menikmati secangkir hot coffee? Cuacanya sangat dingin," usul Gyumin sembari berpura-pura kedinginan.
"Kau mau? Baiklah! Tapi hanya untuk itu," kataku sembari memetik jari ke arah wajahnya.
"Setelah itu, kau harus pergi. Lalu aku akan melanjutkan tidurku."Gyumin tersenyum mengangguk.
"Baiklah!" Dia masuk ke dalam Apartemen dengan langkah yang ceria.Di dalam Apartemen, aku berjalan ke arah dapur untuk membuatkannya secangkir kopi. Sementara Gyumin menunggu dengan sabar di ruang tamu. Aroma kopi yang harum mulai menyebar di udara saat aku kembali dengan secangkir kopi panas.
Aku meletakkannya di atas meja.
"Minumlah," kataku.Gyumin mendekat dan menatap Manda.
"White coffee?" Tanya Gyumin sembari duduk dan langsung meminumnya.Aku duduk di dekatnya, mencoba menciptakan jarak tetapi tetap dekat.
"Kau sedang apa?" tanyaku, mencoba mencairkan suasana.Gyumin meletakkan cangkir kopi dengan lembut di atas meja.
"Aku tertarik dengan foto-fotomu yang terpajang, manis sekali," ujarnya sembari tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quadrangle Romance: Mandalika한국아
Teen FictionMandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia terkurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namu...