BAB (56) Gaje.

11 4 0
                                    

Mama melepaskan jewerannya, dan membuatnya seketika melebarkan kedua mata.
"Sudah berani bentak Mama ya?!"

"Tidak..." Jawabku dengan wajah pucat, melihat ekspresi marahnya Mama. Detak jantungku berdegup kencang, seperti akan melompat keluar dari dada.

Mama celingak-celinguk ke arah sekitarnya, seakan mencari sesuatu. Matanya yang tajam mengawasi setiap sudut ruangan.

"Tante cari apa?" tanya Ryuna, nada suaranya gemetar.

"Sesuatu yang keras?" sahut Mama Manda, wajahnya semakin memerah, seperti amarah yang siap meledak.

Mendengar itu, dengan segera aku berlari dan berlindung di balik In yeop, Gyumin, dan Doohyun. Mereka seakan mengerti dengan situasi, dan melindungi Manda dari pukulan Mama-Nya. Tubuh mereka membentuk perisai manusia yang kokoh.

Mama yang tengah memegang gesper, lalu melihat ke arah Putrinya dengan wajah marah seperti singa betina.
"Kemari!"

"Jangan, Tante," sahut In yeop, sembari melindungi Manda dengan saling bergandengan tangan dengan Doohyun, dan Doohyun bergandengan dengan Gyumin. Situasi ini membuat mereka lupa akan masalah yang telah terjadi.

Mama Manda tentu tidak menyerah dengan itu. Ia mencari celah untuk memukul Manda dengan gesper di tangannya. Namun mereka mengikuti kemanapun arahnya, membuat Mama semakin frustrasi.

Papa Manda, Ryu na, serta Nam gil tidak bisa berbuat apapun, mereka hanya bisa menyaksikan kejadian tersebut dengan wajah cemas.

Gyumin pun mengeluarkan ide yang dianggapnya ampuh.
"Bagaimana dengan tas Hermes Kelly 25 Poupre?!" tawar Gyumin. Namun hal itu tidak bisa menghentikan Mama Manda.

"Cincin Rhodium 5 gram?" sambung Doohyun, tidak mau kalah dengan Gyumin.

Gyumin memandang sinis Doohyun.
"Lamborghini Veneno?" Balas Gyumin, dengan menatap Doohyun sembari menaikkan alisnya.

"1 unit Rolls-Royce!" Cetus Doohyun, dan membuat mereka semua seketika terdiam.

"Kau serius?!" tanya Papa Manda, dengan serius.

Mama melihat ke arah In yeop.
"Lalu kau?!"

"Em... Aku!" jawab In yeop dengan gugup.

"Dia 25 Milyar Won!" Sambung Ryu na, juga tidak ingin melihat Adiknya kalah dari mereka berdua.

"Omong kosong macam apa ini!" Celetukku dari arah belakang mereka, merasa situasi semakin tidak masuk akal.
"Biar ku perjelas! Pertama, aku bertemu dengan teman lamaku! Terakhir, aku ingin membawanya naik menggunakan tali ini... lalu kalian semua datang dan mengusik ketenanganku."

"Dimana temanmu?!" Sahut Mama dengan nada skeptis.

"Minggir! Beri aku jalan," titahku kepada tiga orang di depanku, dan berjalan ke arah balkon kamar untuk menyapa Hye min. Tapi gadis itu sudah tidak ada lagi di tempatnya.

Melihat itu, jelas membuatku sangat terkejut dan jika mereka berpikir aku hanya membuat alasan, mereka tidak akan mempercayaiku lagi. Aku berpikir untuk menemukan jalan keluarnya, dan mendapatkan ide untuk berpura-pura bicara dengan Hye min.

"Sepertinya, aku tidak bisa membuatkan tali untukmu. Kau bisa masuk dari pintu rumahku! Mengerti?" ucapku sembari tertawa kecil, berharap aktingku cukup meyakinkan.

"Apa kau bilang?" Manda berpura-pura mendengarkannya.
"Kau akan pulang?" Aku melihat ke arah mereka dengan ekspresi sedih, berharap bisa mengalihkan perhatian mereka.

"Tunggu! Kenapa kau harus pulang secepat itu, hey! Tunggu Hye min!" teriakku dengan putus asa.

Dari arah luar pintu gerbang, Hye min melihat Manda yang tengah berbicara sendiri. Ia lalu mengasihaninya dan mengira bahwa dia mungkin seperti itu karena kesepian.

Quadrangle Romance: Mandalika한국아Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang