Terdengar suara desah bersahut-sahutan, menggema di setiap sudut yang gelap tak bercahaya, rumah mewah bak istana itu menyimpan begitu banyak rahasia dan menjadi saksi bisu mereka yang berkhianat.
Di sudut sebuah kamar lantai bawah, Pria balita itu menutup kedua telinganya dengan mata terpejam. Suara gema itu menyiksa pikiran juga hatinya yang suci. Merasa takut dengan situasi yang berulang selama kepergian sang Ayah.
Pintu gerbang menyeret dan terbuka, penjaga rumah itu mendorong besi tinggi yang memagari. Sebuah mobil Rolls-Royce memasukinya, melaju dan terparkir dalam basement yang di penuhi berbagai macam kendaraan mewah dan mahal.
Gyumin membuka pintu mobil seraya mengeluarkan kakinya berlebih dahulu, meraih beberapa mainan yang hampir terlupa. Suara ketukan sepatu pantofel mengkilap, menggema di kesunyian malam.
Langkahnya tegas memasuki sebuah lift, menuju lantai utama rumah tersebut. Sesampainya di tempat tujuan, Gyumin mendapati suasana gelap gulita di ruangan yang sepi, Pria itu berjalan ke arah saklar lampu dan menyalakannya.
Saat lampu mewah itu menyinari seluruh sisi ruangan, betapa terkejutnya Ia mendapati sahabatnya tengah duduk di sebuah sofa ruang tamu, menatap Gyumin dengan ketegangan yang memuncak.
"Apa yang kau lalukan?" tanya Gyumin seraya melangkah, menghampirinya.
"A-aku menunggumu." jawab In woo terbata-bata, lirikannya tidak menatap, menghindari tatapan Gyumin yang semakin mendekat.
***
Beberapa waktu yang lalu, saat mereka hanyut dalam kenikmatan. Fokus In woo seketika teralihkan, mendengar suara dentuman benda yang jatuh. Matanya melebar, menghentikan apa yang mereka lakukan.
Ji sung bangkit dari tempatnya, mencoba keluar dari situasi menjijikan. Tubuh kecilnya melewati sekat ruangan, perasaan takut menguasainya. Ia menyusuri arah jalan keluar dengan langkah perlahan tak bersuara. Pandangan yang gelap, membuatnya tidak sengaja menyenggol sebuah guci besar di ruang tamu, suaranya memecah keheningan malam.
Dengan tergesa-gesa, kedua Pria dan Wanita itu menggunakan bajunya kembali, jantung mereka berdebar kencang. Ketegangan diantara mereka semakin menjadi saat mendengar pintu gerbang terbuka.
"Sialan! Cepat pergi!" sergah Ji young, panik. Membuat In woo mengancing baju kemejanya dengan terburu-buru dan segera keluar dari kamar tersebut, langkahnya cepat menuju sofa ruang tamu, perlahan Ia mengatur nafasnya yang tidak beraturan.
Ji sung melihat kedatangan Pria itu, membuatnya berlari ketakutan dan kembali memasuki kamarnya, menutup pintu dengan hati-hati, lalu menguncinya dari dalam, bersembunyi dalam selimut tebal di ranjang kecil miliknya, matanya kembali terpejam dan meringkuk.
Gyumin duduk sembari melepas kancing blazernya, kakinya tergeletak di atas meja kaca, menatap In woo dengan tajam.
"Bertamu dalam kegelapan?" Alisnya terangkat, berharap jawaban In woo dapat menepis kecurigaannya."Aku tertidur," jawab In woo dengan tenang, menyembunyikan kecemasannya.
"Tertidur?" Gyumin menyungging senyumnya, perlahan mengalih pandanganya.
"Emm, apa yang membawamu kemari dan menungguku sampai kau tertidur?" lanjutnya dengan suara yang menggoda."Ah, sudahlah! Aku sudah menghabiskan banyak waktu untuk menunggu, aku akan pulang dan menemuimu nanti." kilah In woo, menghindari pertanyaan lebih lanjut.
Gyumin meliriknya dan tersenyum tipis.
"Kancing ke tiga bajumu terlupa, kau harus memasukkannya sebelum pergi," ucapannya membuat In woo seketika terdiam, menghindari tatapan Gyumin dan menelan ludahnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quadrangle Romance: Mandalika한국아
Teen FictionMandalika, gadis Indonesia dari keluarga berkecukupan, mengalami trauma masa kecil setelah diculik gurunya. Akibat dari penculikan tersebut, Ia terkurung selama bertahun-tahun lamanya. Tepat saat usianya memasuki 23 tahun, Mandalika dibebaskan, namu...