Chapter 2 - Perasaan Terpendam

300 9 1
                                    

Sean sedang berjongkok di depan sebuah kandang yang terbuat dari besi. Tangannya sibuk membersihkan kotoran yang berbau busuk di dalam sana.

Sementara di sampingnya tampak seekor anjing jenis rottweiler yang sedang berdiri sambil mengibaskan ekornya.

Anjing berbulu hitam dan berwajah sangar itu tak lain adalah Bobby, hewan kesayangan Nyonya Hernandez.

Seperti perintah wanita itu, Sean sedang mengurus Bobby saat ini.

Bagi kebanyakan pemilik anjing, rottweiler biasanya dipilih sebagai anjing penjaga yang loyal dan cerdas.

Namun, tidak semua orang bisa memelihara anjing jenis ini karena beberapa individu dari anjing ini bersifat one man dog, yakni patuh dan setia hanya pada satu orang.

Meskipun demikian, banyak anjing rottweiler yang jinak dan dapat bersahabat dekat dengan keluarga.

Dan harga untuk anjing ini terbilang cukup mahal. Seekor rottweiler yang cakap dan memiliki sertifikat kepelatihan bisa mencapai harga di atas Rp120 juta.

Tentu saja harga tersebut di luar dari biaya pemeliharaan dan makanan anjing yang juga relatif mahal.

"Baiklah, Bobby! Kandang mu sudah bersih dan kamu juga sudah mandi. Ayo kembali ke kandang mu, karena aku harus pergi kuliah sekarang."

Dengan perlahan Sean menarik tali pada leher Bobby, lalu menggiring anjing itu menuju kandangnya.

Hewan buas berbulu tebal itu sangat patuh padanya, karena dia sudah mengurus Bobby sejak ia datang ke rumah itu.

Nyonya Hernandez membeli Bobby saat sedang berlibur di Eropa. Sejak itu Sean yang ditugaskan untuk mengurusnya.

Butuh waktu satu tahun untuk menjinakan anjing itu. Bahkan tak jarang Sean di gigit dan diterkam oleh Bobby saat ingin memandikan atau memberinya makan.

Benar-benar perjuangan yang berat bagi Sean yang bahkan tidak menyukai seekor anjing sejak dirinya kecil.

"Sean, apa kamu sudah selesai?
Aku harus ke kampus sekarang, tapi Janied minta dijemput ke rumahnya! Huh, pemuda itu sangat menyebalkan!"

Terdengar suara seorang gadis yang sedang menggerutu. Ia baru tiba di belakang Sean.

Postur tubuhnya tinggi bak seorang model, wajahnya cantik dengan sepasang manik biru yang indah. Sementara bibirnya tak henti mengoceh tentang pemuda bernama Janied.

Sean hanya tersenyum tipis mendengarnya.

Setelah mengunci kandang Bobby ia segera bangkit lalu memutar tubuhnya menghadap pada gadis dengan mini dress hitam di belakangnya tadi.

Xavia Price Hernandez, gadis itu begitu cantik dan selalu membuat hatinya bergetar saat melihat senyum manisnya. Bahkan saat sedang menatapnya heran seperti saat ini.

Sean selalu mengagumi Xavia sejak mereka masih kecil. Namun, ia sadar diri tentang perasaannya itu. Dirinya hanya anak pelayan, tak patut baginya menginginkan Xavia.

Tak seperti ibunya, Xavia sangat baik dan tipe gadis yang menyenangkan.

Hanya gadis itu yang selalu membuatnya bertahan dari segala hinaan Nyonya Hernandez padanya. Bahkan Xavia sering kali membelanya di hadapan ibunya yang judes itu.

"Hei, kenapa bengong? Ayo cepat, Sean! Janied sudah menungguku!"

Dengan wajah kesal yang menggemaskan di mata Sean, tangan Xavia segera menarik lengan pemuda itu meninggalkan teras belakang di mana kandang Bobby berada.

Sean hanya terdiam menikmati genggaman Xavia akan lengannya. Gadis itu menuntunnya sampai pada mobil sport warna orange yang masih terparkir di garasi.

MENANTU MISKIN PRESDIR (return)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang