Chapter 30 - Malam Pernikahan

241 9 1
                                    

Langkah sepasang pantofel hitam mengkilat berhenti di ambang pintu. Sepasang mata membulat penuh melihat kekacauan yang terjadi di hadapannya.

Seisi kamar berantakkan seperti baru saja ada hewan buas yang mengamuk di sana.

Ekor mata Tuan Hernandez tertuju pada wanita yang sedang duduk pada lantai dingin di tepi jendela. Nyonya Hernandez sedang menyembunyikan wajah di antara kedua tangannya yang mendekap lutut. Punggungnya bergetar disertai suara gumaman yang lirih dan pilu.

"Maria ..."

Dia segera berlari menuju sang istri. Berdiri di hadapan wanita yang terlihat sangat kacau itu. Riasan rambut yang berantakan dengan jari-jemarinya yang merah oleh bercak darah.

Nyonya Hernandez menghentikan tangisnya. Matanya terangkat pada pria tinggi menjulang di hadapannya. Tuan Hernandez menatapnya heran. Jarinya gemetaran dengan darah yang masih menetes. Ia terluka setelah menghantam standing miror di kamar itu.

"Maria, astaga ... apa yang sudah terjadi padamu?"

Tuan Hernandez berjongkok. Diraihnya tangan sang istri yang terluka. Ada banyak luka di sekitar jari sampai pergelangan tangan. Ekor matanya melirik pada pecahan kaya yang berserakan. Kepalanya menggeleng, lalu kembali menatap wanita di hadapannya.

"Apa kamu sudah tidak waras?! Kenapa melukai dirimu sendiri?!
Kamu pikir ini lucu?!" Tuan Hernandez tak habis pikir dengan apa yang baru saja istrinya lakukan.

"Aku memang sudah tidak waras sejak kamu menikahkan Putriku dengan anak pelayan itu! Aku bahkan ingin mati saat ini juga! Aku tak tahan mereka menertawakan Xavia karena menikahi putra seorang pelayan! Kamu pikir ini lucu?!"

Nyonya Hernandez mengangkat matanya ke wajah suaminya yang sedang membalut luka di tangannya. Dia tersenyum remeh saat pria itu menatap.

"Maria, aku paham perasaanmu. Namun, aku mohon mengertilah.
Hanya Sean pemuda yang tepat untuk Xavia. Kumohon pahami semua ini dengan kepala dingin."

Tuan Hernandez membersihkan noda darah di pergelangan tangan istrinya. Matanya menatap dengan perasaan cemas pada Nyonya Hernandez.

"Xavia pasti akan lebih bahagia jika menikahi pemuda dari keluarga yang sama dengan kita. Bukan putra pelayan sialan itu!"

Nyonya Hernandez menatap nyalang pada pria di depannya. Apapun alasannya, dia tetap tidak bisa menerima Sean sebagai menantunya. Tidak akan bisa.

Tuan Hernandez menggeleng dengan wajah kuyu.

"Sean bukan pemuda yang buruk.
Dia bahkan lulusan terbaik di kampus kita. Kenapa kamu masih saja memandangnya rendah? Kemampuannya di bidang bisnis pun sangat mumpuni. Aku yakin dia akan menjadi pria yang sukses di kemudian hari," ucapnya sambil memegang jemari Nyonya Hernandez dengan hati-hati.

"Lulusan terbaik?! Pria sukses?!
Omong kosong semua itu jika silsilah keluarganya tetap seorang pelayan! Bahkan aku ingin sekali meludahi wajahnya!" Nyonya Hernandez rupanya tidak juga berubah pikiran.

Tuan Hernandez sudah putus asa membujuk istrinya. Pria itu menghela napas lalu bangkit dari lantai dingin di sana. Ia memalingkan wajah lalu berjalan meninggalkan Nyonya Hernandez yang sedang kalut dalam lautan emosi.

Tak ada gunanya bicara dengan wanita yang tidak punya nurani itu. Lebih baik pergi daripada terpancing emosi dan melakukan kekerasan pada istrinya.

~•~

"Apa dosaku di masa lalu, kenapa Tuhan menghukumku sampai begini? Harusnya kita sudah kembali ke Salvador, tapi apa yang sudah terjadi sekarang? Kita bahkan akan tinggal dan membusuk di rumah ini untuk waktu yang lama."

MENANTU MISKIN PRESDIR (return)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang