Chapter 102 - Istriku Memang Cantik

144 4 0
                                    

Siang itu di mansion Sean. Terlihat punggung Deborah yang sedang menghadap meja panjang di ruang makan. Bahu pendek itu bergerak-gerak seirama dengan gerakan tangannya.

Apa yang sedang ibunya Sean lakukan? Xavia segera menurunkan pandangan saat Deborah memutar menghadap padanya.

Langkah kecil gadis dengan dress selutut warna kuning dilapisi blezer rajut warna putih itu mendekat pada Deborah yang sedang berdiri bersama dua orang pelayan di samping meja makan.

"Bibi, ada apa memanggilku?" tanya Xavia pada Deborah. Jantungnya berdebar-debar. Apakah Deborah akan memarahinya karena ia terlambat bangun pagi ini?

Deborah menarik senyum tipis di bibirnya. Dipandangi gadis muda di hadapannya. Rambut panjang Xavia yang terurai terlihat sangat indah membingkai wajah tirus bak boneka barbie. Pantas Sean sangat tergila-gila pada Xavia.

"Aku ingin kamu ke kantor membawakan bekal makan siang untuk Sean. Aku tak suka putraku makan di sembarang tempat. Hidangan di restoran tidak bagus untuk kesehatannya." Deborah bicara sambil mendekat pada Xavia.

"Baik. Aku akan ke sana," jawab Xavia agak terburu-buru. Wajahnya kembali ditekuk saat tatapan Deborah tertuju padanya. Entah kenapa ia menjadi sungkan pada ibu mertuanya ini. Padahal dirinya tumbuh besar bersama Deborah.

"Baguslah. Sekarang ayo berangkat." Deborah berkata disertai senyuman tipis pada Xavia.

Gadis itu mengangguk dan hendak meraih rantang makanan untuk Sean yang duduk manis di meja makan. Namun, Deborah dengan cepat mencekal lengannya. Xavia menoleh kaget.

"Kamu tak perlu membawa rantang makanan itu. Biarkan Angela yang membawanya. Bukankah Sean tak suka melihat istrinya kelelahan?" tukas Deborah.

Xavia hanya menelan ludah mendengarnya. Entah itu sebuah perhatian atau Deborah sedang mencibir. Ia tak melihat kesimpulan apa pun di wajah sang ibu mertua.

Deborah segera menoleh pada gadis berseragam pelayan di sampingnya. "Angela, cepat bawa rantang itu. Kamu harus menemani Nyonya Muda ke kantor. Jangan biarkan dia kelelahan," perintahnya.

"Tentu, Nyonya Besar." Dengan bersemangat Angela segera meraih rantang makanan itu dari meja makan. Kemudian ia mengajak Xavia meninggalkan ruangan itu.

Xavia hanya menoleh satu kali pada Deborah sebelum memutar tubuhnya meninggalkan ruang makan. Ia bingung harus mengatakan apa pada sang ibu mertua. Xavia takut Deborah akan memberi wajah bosan padanya. Jadi lebih baik ia pergi saja.

Deborah menghela napas. Dilipat kedua tangannya di depan dada. Bibirnya mengulas senyum tipis memandangi punggung Xavia menjauh darinya. Ia sudah tak membenci lagi gadis itu. Namun, untuk bersikap baik pada si menantu ternyata agak sulit.

"Xavia, kenapa kamu diam saja?
Apa yang sedang kamu pikirkan?" Angela bertanya saat mobil yang dirinya dan Xavia tumpangi melaju meninggalkan pelataran mansion.
Angela tampak heran melihat gadis di sampingnya murung.

Xavia menggeleng. "Bukan apa-apa. Aku baik-baik saja. Namun, aku terkadang merasa heran pada sikap Bibi Deborah. Terkadang dia terlihat sangat membenciku, tapi terkadang pula dia sangat perhatian padaku."

Angela menghela napas lalu tersenyum pada Xavia. "Kamu ini, kenapa memikirkan hal seperti itu? Bagaimanapun Nyonya Besar adalah ibu mertuamu, dia pasti sangat menyayangimu, Xavia. Dan lagi, bukankah Nyonya Besar adalah pengasuhmu juga sewaktu dirimu kecil. Sebenarnya dia wanita yang baik," ucapnya.

"Ya, kuharap hubunganku dan Bibi Deborah akan lebih baik kedepannya," sambut Xavia. Bibirnya tersenyum tipis kemudian.

Angela mengangguk. "Itu pasti, jangan cemas." Kemudian ia memeluk Xavia dari samping."Kamu pantas bahagia, Nyonya Muda."

MENANTU MISKIN PRESDIR (return)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang