Langkah Sean terkesan buru-buru menuju teras di mana sudah terlihat Tuan Hernandez sedang menunggunya. Ya Tuhan, dia sudah membuat pria itu menunggu?
Sean sangat tak enak hati pada Tuan Hernandez. Dia harus cepat, tapi kenapa jalan menuju teras rasanya teramat jauh.
Hampir saja dirinya sampai pada Tuan Hernandez. Namun, tiba-tiba saja Xavia muncul dari arah samping. Sean sangat terkejut. Begitupun dengan Xavia. Gadis itu hampir terjatuh. Namun, Sean buru-buru menangkapnya. Xavia menjerit kaget. Dia jatuh ke pelukan Sean.
Tuan Hernandez dan dua orang pengawal menoleh serempak saat mendengar suara Xavia. Terlihat olehnya Sean dan Xavia yang sedang saling berpandangan. Bibir Tuan Hernandez tersenyum melihatnya. Astaga, apakah mereka sudah saling jatuh cinta?
"Xavia, kamu baik-baik saja?" tanya Sean dengan tatapan cemas. Dipandanginya wajah cantik di hadapannya.
"Aku tak apa," jawab Xavia. Jantungnya berdebar sangat cepat karena tatapan manik kebiruan itu.
Sean masih menatapnya."Jika begitu, bisakah aku melepaskanmu? Tanganku terasa pegal," ucapannya.
Manik hijau terang Xavia membulat penuh."Ah, ya! Maaf." Ia segera berdiri dengan baik. Pipinya bersemu merah karena merasa malu.
Astaga ... kenapa dirinya lama sekali menatap Sean?Sementara pemuda di hadapannya hanya tersenyum sambil memalingkan wajah.
Sudah dua kali di pagi ini mereka saling berpandangan. Rasanya sangat indah. Sean menoleh diam-diam pada Xavia.
Dilihatnya gadis itu yang hanya terdiam sambil menyelipkan anak-anak rambut ke telinganya. Xavia tampak canggung. Itu yang dilihat oleh Sean. Namun, begitu menggemaskan di matanya.
"Astaga, jam berapa ini? Aku sudah ubanan kelamaan menunggu, tapi kamu masih sibuk dengan istrimu ini." Tuan Hernandez berdecak sambil menggeleng pada Xavia dan juga Sean yang sedang diam-diaman. Mereka benar-benar membuatnya gemas.
"Saya sudah selesai, Presdir. Ayo kita berangkat. Maaf sudah membuat Anda menunggu," ucap Sean penuh sesal. Persetan Tuan Hernandez sedang tersenyum jahil padanya dan Xavia. Ia segera melangkah pergi.
"Ah, baiklah! Ayo kita pergi." Tuan Hernandez melempar senyum pada Xavia. Langkahnya segera menyusul Sean menuju mobil.
"Sean!"
Xavia berjalan cepat mengejar Sean. Pemuda itu menghentikan langkahnya tanpa berani menoleh. Dan Xavia segera berdiri di hadapannya.
Sean menatapnya heran. Sementara Tuan Hernandez hanya terdiam menunggu sambil memandangi Xavia dan Sean.
"Sean, aku menunggumu pulang. Cepatlah pulang," ucap Xavia. Gadis itu segera menunduk usai bicara. Pipinya bersemu merah. Ia tampak sedikit malu usai bicara begitu pada Sean.
Sean sangat terkejut sekaligus senang mendengar permintaan Xavia. Cepat pulang? Apakah itu artinya Xavia memberi suatu isyarat jika dirinya akan menjadi istri yang sebenarnya nanti malam?
Astaga, kenapa tiba-tiba otaknya jadi mesum begitu?
Sean memalingkan wajah sambil tersenyum tipis.Diraihnya kedua tangan Xavia. Ia menatapnya dengan lembut."Jika itu maumu, maka aku akan pulang cepat. Istirahatlah sepanjang hari. Semalam kamu demam," ucapnya penuh perhatian.
"Huum," jawab Xavia sambil mengangguk. Ia tersenyum sipu malu-malu.
Sean tersenyum gemas melihatnya. Dengan terpaksa ia melepaskan genggaman tangannya dari Xavia. Dipandangi wajah sang istri yang kini sedang menatapnya "Aku pergi," ucapnya pelan.
Xavia mengangguk. "Hati-hati."
Tuan Hernandez tak henti tersenyum melihat romatisme pasangan pengantin baru itu. Sepertinya dia akan terlambat tiba di kantor pagi ini. Astaga ... kapan Sean akan selesai dengan Xavia? Dia mulai pegal menunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENANTU MISKIN PRESDIR (return)
RomanceSean Palmer, putra sepasang pelayan di keluarga Hernandez, konglomerat kaya raya di kota San Mitero. Diam-diam Sean menyimpan perasaan cinta pada putri majikannya, Xavia Price Hernandez. Namun, ia harus mengubur cintanya karena status mereka yang ja...