Chapter 110 - Wanita Lain Suamiku

126 5 2
                                    

Xavia dibuat tercengang melihat Sean datang dan langsung menghampiri Molly. Pria itu bahkan membantu Molly berdiri. Sementara Sean tidak menatapnya sedikit pun. Xavia kembali tenggelam dalam kepedihan. Ke mana perginya perhatian dan cinta Sean padanya?

"Kamu baik-baik saja?" tanya Sean pada Molly setelah membantu gadis itu berdiri.

"Pinggangku sangat sakit! Gadis gila itu benar-benar harus dibawa ke kebun binatang atau RSJ! Dia bahkan ingin membunuhku! Sean, cepat usir dia dari rumah ini," rengek Molly dengan bermanja pada Sean.

Xavia yang baru bangkit sangat jengah melihatnya. Tangannya masih terasa gatal ingin menjambak rambut merah gadis itu lalu melempar Molly ke kolam buaya.

Ia bisa saja membunuhnya karena sudah berani tidur dengan suaminya. Tatapannya berpindah pada Sean yang sedang tersenyum manis pada Molly. Kepalanya menggeleng.
Ia benar-benar tak percaya dengan semua ini.

"Sean, apa yang sebenarnya terjadi padamu? Kenapa kamu membawa gadis liar ini ke rumah? Apa maksudmu? Aku bahkan masih istrimu. Kenapa kamu menjadi seperti ini padaku? Apa salahku padamu, Sean?"

Xavia melempar sederet pertanyaan yang sudah memenuhi kepalanya sejak kemarin malam. Ia sangat ingin tahu jawaban pria itu.

Sean terdiam sejenak, menghentikan aktivitas tangannya yang sedang mengusap-usap pucuk kepala Molly. Tanpa mau menatap Xavia ia berkata, "Mengapa aku bersikap seperti ini padamu? Haruskah aku menjawabnya? Bahkan aku jijik untuk mengatakan apa alasannya."

Xavia terkesiap mendengarnya.
Jelas dia tidak mengerti. Sangat jijik? Apa maksudnya? Mereka harus bicara, tapi Sean malah pergi sambil menggandeng Molly menuju pintu kamarnya.

Hati Xavia kembali dihancurkan. Namun mereka harus tetap bicara.
Ia buru-buru menyusul Sean.

"Sean, buka pintunya! Kita harus bicara!" Xavia mengetuk-ketuk pintu kamar Sean yang sudah tertutup rapat. Hening di dalam sana. Darahnya berdesir. Apa yang sedang Sean dan Molly lakukan?

"Sean buka pintunya!"

Xavia ingin mendobrak pintu di depannya. Amarahnya sudah tak tertahan lagi. Namun, saat ini ia sedang mengandung. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada bayinya? Tidak, tidak, bayi ini jauh lebih penting dari apa pun.

"Sean, aahh! Kamu nakal! Aahh! Aahhh!"

Xavia berhenti. Suara laknat itu? Apakah Sean dan Molly ...

Langkahnya segera mundur dari pintu. Suara-suara desahan itu kembali terdengar. Jantungnya seakan mau pecah dengan dadanya yang sesak. Teganya Sean bermesraan dengan Molly. Padahal pria itu tahu jika dirinya masih berada di depan pintu kamar.

Xavia memalingkan wajahnya ke sembarang arah lalu menatap ke atas guna menahan air matanya yang ingin segera ditumpahkan. Hatinya hancur bak diremas oleh ribuan tangan. Tak tersisa lagi. Dibawanya tubuh bergetar itu meninggalkan kamar Sean.

Tangannya menyentuh perut di mana bayi kecilnya sedang tumbuh. Apa salahnya? Untuk kesekian kalinya Xavia bertanya dalam hati. Mengapa Sean tega sekali padanya?

Bukankah pria itu pernah berkata padanya jika hati dan hidupnya hanya milik Xavia? Semuanya omong kosong!

Setibanya di dalam kamar. Xavia menjatuhkan tubuh ringkih itu duduk pada tepi ranjang. Jejak air mata itu berkilauan diterpa sinar lampu.
Ekor matanya melirik ke tengah ranjang luas yang kosong. Harusnya ada kemesraan di sana seperti malam-malam sebelumnya.

Xavia merebahkan tubuhnya sambil mengusap-usap perutnya. Kenapa semuanya menjadi seperti ini?

Di saat dirinya sedang mengandung dan peran Sean sangat ia butuhkan, tapi suaminya malah sibuk dengan gadis lain. Matanya dipejamkan membuat bulir bening itu kembali terjun dengan bebasnya.

MENANTU MISKIN PRESDIR (return)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang