Chapter 15 - Gairah Mendesak

379 10 2
                                    

Xavia memejamkan matanya menikmati lumatan hangat bibir Sean. Ciuman ini sangat berbeda, lebih lembut dan membuat tubuhnya bergetar dalam gairah.

Tak seperti ciuman Janied yang terkesan kasar, Sean melakukannya dengan penuh cinta dan perasaan.

Sean sedikit memiringkan kepala memberi celah sesekali agar Xavia tidak kehabisan oksigen karena ciumannya.

Tubuhnya bergetar hebat saat ini, dengan jantungnya yang hampir meledak. Dia sedang berciuman dengan Xavia? Ini benar-benar nyata, bukan sebuah mimpi.

Xavia semakin liar melumat bibir Sean. Hal itu membuat si pemuda semakin bernafsu. Tangan Sean memutar ke bagian depan tubuh Xavia, lalu memberanikan diri membelai payudaranya. Xavia mengerang pelan dan segera menyudahi ciuman itu.

Sean menatapnya terkejut. Apakah Xavia marah karena ia meremas payudaranya?

Ternyata dugaannya salah! Xavia justru menjambak rambutnya, lalu menekan kepalanya sampai wajah Sean terbenam di antara kedua bulatan yang besar dan padat.

"Aaahh ... Aaahh ... Sean, kamu ...," desah Xavia dengan wajah mendongak ke atas.

Matanya terpejam tak menentu merasakan nikmatnya cara Sean membelai pucuk payudaranya. Bibir dan lidah hangat pemuda itu bermain di kedua aset indahnya secara bergantian.

"Xavia ..."

Sean sudah tak bisa lagi mengontrol dirinya. Ia segera menggiring Xavia berpindah ke bangku tengah mobil yang jauh lebih luas.

Dengan perlahan ia mendorong Xavia sampai gadis itu terlentang pasrah di atas jok mobil yang nyaman. Selimut yang membungkus asal tubuh Xavia membuatnya benar-benar tak tahan.

"Sean, ayo lakukan ..." Xavia mulai meracau lagi. Tangannya meremas payudaranya sendiri sambil berdesah-desah menggoda iman pemuda di hadapannya.

Napas Sean semakin memburu dibuatnya. Tatapannya sudah dipenuhi gairah. Dia tak mungkin menyia-nyiakan kesempatan ini. Namun, tidak mungkin ia melakukannya pada Xavia.

"Sean ... aku sudah tak tahan lagi!
Ayo lakukan!"

Desahan Xavia mengalahkan logika Sean. Pemuda itu segera mendekat tanpa berpikir apa-apa lagi. Dia harus membebaskan gadis itu dari penderitaan ini.

"Xavia, maafkan aku ..."

Sean mengusap pipi Xavia sambil menatapnya dengan lembut. Ia segera mendekatkan wajahnya pada Xavia, lalu meraih bibir ranum gadis itu dengan ciuman.

Xavia membalas ciuman Sean dengan bersemangat. Tangannya melingkar pada leher pemuda di atasnya, lalu dengan perlahan meloloskan kemeja hitam itu dari tubuh Sean.

Tubuh kekar dengan otot-ototnya yang menyembul padat sudah terpampang. Xavia membulatkan matanya takjub.

Xavia tak henti berdesah saat ciuman Sean menelusuri setiap inci tubuh polosnya. Ia sedang di bawah kendali obat. Tak sadar dengan apa yang sedang terjadi.

"Xavia," desah Sean saat bibirnya menyentuh area paling sensitif bagi seorang Xavia Price Hernandez. Pemuda itu mengangkat wajahnya menatap Xavia lebih dulu sebelum melakukan terlalu jauh.

"Sean, ayo lakukan saja! Aku sudah tak tahan lagi!" racau Xavia. Ia segera membuka kedua paha putihnya sampai terpampang jelas di hadapan Sean.

Pemuda itu menelan ludah kasar melihatnya. Milik Xavia tak memiliki banyak bulu, tapi terlihat sangat menantang adrenalin birahinya.

Dia segera membenamkan wajahnya di antara kedua paha putih Xavia. Wangi khas itu membuatnya dimabuk kepayang.

Tubuh Xavia menggelinjang ke kanan dan ke kiri. Bibirnya tak henti berdesah merasakan lidah hangat Sean yang bermain di bawah sana.

MENANTU MISKIN PRESDIR (return)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang