Malam itu di unit apartemen Molly.
Sosok pria dengan postur tubuh tinggi sedang berdiri di tepi garis jendela kamar. Otot-ototnya menyembul dari permukaan kulit berwarna legam kecokelatan.Gambar tato kepala singa tercetak nyata memenuhi dada kirinya. Potongan kecil tato itu tersebar sampai ke pergelangan tangan. Semuanya terlihat jelas karena si pria hanya mengenakan celana boxernya saja.
Molly hanya mengenakan kemeja putih yang tampak longgar di tubuhnya. Dia berjalan agak terhuyung menuju pria di garis jendela. Bibirnya tersenyum gemas sambil memeluk tubuh pria itu dari belakang.
"Janied, aku sangat mencintaimu. Bisakah kamu tetap bersamaku? Jangan menikahi gadis sialan itu," bisiknya.
Bibir Janied melengkung mendengar ucapan gadis yang baru saja menghabiskan malam bersamanya. Gadis bodoh yang dimaksud Molly adalah Xavia.
Tangan pemuda itu segera melepaskan pelukan Molly dari tubuhnya. Dia lantas memutar sambil menyipitkan mata. Molly menatapnya dengan penuh tanya.
"Harusnya kamu sadar diri. Aku bahkan tak pernah mencintaimu. Sementara Xavia? Dia adalah obsesiku dari dulu, mana mungkin aku meninggalkan dia demi dirimu. Ya, kecuali jika ayah Xavia bangrut dan jatuh miskin. Mungkin aku akan mencampakkan dia. Itu pun setelah aku puas merasakan tubuhnya." Janied menyunggingkan senyum yang tak sedap dipandang. Dia seolah sedang meremehkan gadis di hadapannya. Bahkan lebih dari itu.
Molly mendengus kesal mendengar semua ucapan Janied. Ia memalingkan wajah dengan emosi yang bergemuruh di dada.
Sialan!
Jadi Janied benar-benar akan menikahi Xavia? Tidak, itu tidak boleh sampai terjadi! Dia bahkan sudah menyerahkan segalanya pada pemuda ini. Dia tak mau Janied membuangnya begitu saja.
"Jika uang yang kamu incar dari Xavia, bukankah ayahku juga memiliki segalanya? Perusahaan, investasi dan tabungan. Apakah semua itu masih kurang?!" Molly marah-marah di belakang punggung Janied.
Si pemuda hanya tersenyum remeh mendengarnya. Kemudian ia berkata, "Ya, ayahmu tak kalah kaya dengan keluarga Hernandez. Namun, kamu tak memiliki aura seperti Xavia. Lupakan saja! Kamu tidak akan mengerti," ucapnya dengan sinis dan terkesan merendahkan Molly.
"Aura apa yang kamu maksud? Bukankah kamu sangat suka saat kita bercinta? Apakah itu masih kurang? Lihat aku, Janied!" Tangan Molly menarik lengan bertato Janied sampai tubuh pemuda itu memutar menghadap padanya. Tatapan tajam segera ia lontarkan saat Janied menatap.
Lagi-lagi si pemuda hanya tersenyum miring. Tatapannya membuat Molly merasa menjadi wanita paling jelek di hadapannya.
"Aura seksual yang luar biasa. Aura yang bisa membuat para laki-laki terbakar ketika melihatnya. Apalagi jika dia baru saja selesai mandi. Hanya Xavia yang memiliki semua itu. Bukan dirimu atau gadis lainnya. Kamu mengerti?" Janied tersenyum remeh, lalu melenggang pergi meninggalkan Molly yang sedang mematung di tempat.
"Aura seksual? Omong kosong!"
Molly yang frustasi menepis semua yang ada di meja riasnya. Dasar pemuda brengsek! Dia tidak akan melepaskan Janied untuk Xavia. Tidak akan pernah!
............................................
Sean sedang berjalan sambil bersenandung menuju kamarnya. Hatinya senang malam ini. Dia lulus dengan nilai yang bagus. Dan Xavia, mereka bahkan menghabiskan banyak waktu bersama sore tadi.
Bibirnya tak henti bersenandung menyanyikan lagu romantis kesukaannya. Tak sadar jika Tuan Hernandez sedang tersenyum geli melihat tingkah pemuda itu.
"Oh, astaga! Anda, Presdir?
Sedang apa berdiri di depan pintu kamarku?" Sean sangat terkejut saat melihat Tuan Hernandez sedang berdiri di depan pintu kamarnya.
Ia segera bersikap formal di hadapan pria itu. Ya Tuhan, dia sangat malu!
KAMU SEDANG MEMBACA
MENANTU MISKIN PRESDIR (return)
Любовные романыSean Palmer, putra sepasang pelayan di keluarga Hernandez, konglomerat kaya raya di kota San Mitero. Diam-diam Sean menyimpan perasaan cinta pada putri majikannya, Xavia Price Hernandez. Namun, ia harus mengubur cintanya karena status mereka yang ja...