Jarum jam besar yang berdiri di kamar menunjukkan pukul tujuh malam. Xavia sedang berdiri menghadap standing miror setinggi dirinya. Sesekali gadis itu memutar tubuhnya mematut penampilan di depan cermin.
Gaun pesta warna merah membalut tubuh proporsional itu. Cukup panjang sampai menyentuh mata kaki kedua tungkai jenjang yang sudah dipasangi sepasang heels warna gold.
Sementara bagian depan gaun begitu terbuka. Menampilkan dua bongkahan besar dari kedua payudaranya yang menyembul hampir tumpah.
Gaun merah berlengan panjang dengan bahu terbuka itu membuat Xavia tampak sangat cantik malam ini, diapit riasan wajah yang cukup glamour dan senyuman di pipi yang kemerahan.
Semakin sempurna dengan rambut panjangnya yang tergerai dibuat agak bergelombang, membingkai wajah tirus dengan dagu yang lancip bak boneka barbie.
Gadis itu kembali memamerkan deretan giginya yang putih. Senyumnya tak kunjung padam. Apakah Sean akan menyukai penampilannya malam ini?
Rasanya ia sudah tak sabar ingin menyambut suaminya pulang.Ekor matanya melirik pada jam besar di sebelah kirinya. Sudah pukul tujuh malam, tapi kenapa Sean belum juga pulang? Bahkan pria itu tidak memberinya kabar lewat pesan singkat.
Senyum itu perlahan memudar.
Xavia memalingkan wajah sambil menghela napas lesu. Wajahnya berubah murung. Ia segera berjalan meninggalkan cermin.Di lantai bawah ada banyak tamu yang datang. Pastinya mereka semua sedang menunggu gadis yang sedang berulang tahun malam ini.
"Xavia, dia sudah menunggumu di teras belakang. Cepat temui lah dia."
Nyonya Hernandez bicara pada Xavia saat putrinya datang menemuinya di kamar. Wanita itu tidak membaur dengan para tamu di wilayah pesta karena kondisinya. Namun, rencananya malam ini harus tetap berjalan lancar.
"Mom, aku sedih melihatmu seperti ini. Harusnya tak ada pesta. Dan, sebenarnya siapa yang harus aku temui di teras belakang? Tadi Daddy menelepon, katanya Kakek Andreas sedang dirawat di rumah sakit." Xavia menatap sendu ke mata ibunya. Ia menaruh sedikit curiga pada wanita itu.
"Ya! Kakek Andreas memang tidak datang ke sini. Orang yang sedang menunggumu di teras belakang adalah Sean. Kenapa kamu masih bertanya? Cepat temui suamimu itu."
Nyonya Hernandez tersenyum pada Xavia. Tangannya terulur mengusap pipi licin putrinya. Wajah penipu itu tidak kelihatan jika dirinya sedang berbohong.
Xavia langsung berbinar mendengar ucapan ibunya. "Apakah Mommy bersungguh? Apakah benar jika Sean yang sedang menungguku?" tanyanya begitu bersenangat.
Ibunya meminta Sean menunggu di teras belakang? Apakah Nyonya Hernandez sudah merestui pernikahan mereka, lalu merencanakan sebuah kejutan untuknya?
Warna-warna kebahagiaan melingkupi seluruh sanubarinya. Xavia senang tak terkira.
"Ya, Sean sepertinya ingin memberimu kejutan. Ternyata dia romantis juga. Temuilah dia," jawab Nyonya Hernandez. Bibirnya tersenyum miring melihat Xavia terbuai oleh omong kosongnya.
"Baiklah! Aku akan segera menemuinya!"
Dikecup pipi ibunya oleh Xavia. Gadis itu tampak sangat bersemangat. Ia segera meninggalkan kamar Nyonya Hernandez sambil tersenyum riang.
Nyonya Hernandez hanya menaikan sudut bibirnya melihat punggung Xavia semakin menjauh.
"Kenapa dia sangat senang setelah ku bohongi? Apakah Xavia mulai menyukai si Kutu Busuk itu? Dasar gadis bodoh!" gerutunya sambil menggelengkan kepala. Kemudian ia meraih ponsel yang tergeletak di meja nakas.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENANTU MISKIN PRESDIR (return)
RomanceSean Palmer, putra sepasang pelayan di keluarga Hernandez, konglomerat kaya raya di kota San Mitero. Diam-diam Sean menyimpan perasaan cinta pada putri majikannya, Xavia Price Hernandez. Namun, ia harus mengubur cintanya karena status mereka yang ja...