Chapter 76 - Hidup Susah

104 5 0
                                    

Tiga bulan telah berlalu pasca insiden di unit apartemen Janied. Pria itu sudah melupakannya meski kepalanya mengalami luka serius dan harus dijahit sampai dua puluh jahitan karena ulah Nyonya Hernandez.

Bahkan ayahnya, Tuan Caldwell sempat akan melaporkan tindak penganiyayaan yang dialaminya pada pihak kepolisian. Namun, Janied menolak dan melarang sang ayah untuk membesar-besarkan masalah itu.

Ia takut tuntutan malah berbalik padanya, karena semua itu terjadi saat dirinya sedang berusaha memperkosa Xavia.

Sedangkan di San Mitero kasus pemerkosaan tidak mendapat toleransi apa pun. Janied tak bisa membayangkan jika dirinya harus kehilangan keperkasaannya di usia yang masih teramat muda.

Malam itu ia hampir saja mendapatkan Xavia. Sialnya Nyonya Hernandez datang tiba-tiba dan langsung memukul kepalanya dengan vas bunga porselen yang cukup besar. Bahkan, hantaman keras itu membuat indera pendengaranya agak terganggu sekarang.

Lupakan saja semua itu sementara.
Ia bisa membalas Nyonya Hernandez dan Xavia di lain waktu, karena kini masalah baru sedang mengancam.

Di ruang tamu unit apartemennya, terlihat Molly yang sedang duduk pada sofa dengan memasang wajah bosan.

Sementara Janied sedang berdiri sambil memasang punggung tak jauh darinya. Suasana di ruangan itu tampak hening. Tak ada yang bicara, karena sepuluh menit yang lalu dua orang itu sudah bertengkar hebat.

"Jadi, kamu tetap tidak mau bertanggung jawab atas bayi dalam perutku ini?!"

Molly bangkit dari sofa mewah yang ia duduki. Matanya menyipit dengan sudut bibir yang melengkung. Ia sangat kecewa pada pria di hadapannya itu. Bisa-bisanya Janied tidak mengakui bayi yang sedang dirinya kandung.

"Jangan membodohiku, Molly! Aku tahu seperti apa dirimu. Bukan hanya aku satu-satunya pria yang pernah tidur denganmu!" Janied memutar tubuhnya menghadap pada gadis di belakangnya. "Itu benar, bukan?" lanjutnya sambil tersenyum remeh.

Molly mengepalkan buku-buku jemarinya kesal. Meski dirinya memang binal, tapi hanya Janied satu-satunya pria terakhir yang berhubungan intim dengannya tiga bulan terakhir. Sampai akhirnya ia tidak mendapatkan haid satu bulan ini.

Faktanya ia memang sedang mengandung. Molly sudah membuktikannya dengan melakukan tes kehamilan mandiri. Janied harus bertanggung jawab, ia tak mau tahu.

"Kamu benar-benar bajingan, Janied! Lantas, harus kuapakan bayi ini?! Bajingan kamu! Brengsek!" Molly yang kebingungan dan marah segera menyerang pria itu dengan memukul-mukul tubuh Janied.

"Hentikan, Jalang sialan!"
Dengan sigap Janied menangkap tangan Molly, lantas melempar gadis itu sampai tersungkur pada meja di samping mereka.

"Aakh! Perutku ... Arkk!"

Molly mengerang kesakitan sambil memegangi perutnya yang terkena benturan keras. Tubuhnya melemas sampai jatuh duduk pada lantai.

Tangannya meremas bagian depan t-shirt putih yang ia kenakan. Matanya terpejam tak menentu dengan wajah pucat menahan sakit.

Janied membulatkan sepasang matanya melihat cairan merah yang meluncur dari balik rok pendek Molly.

Gadis itu menjerit melihat cairan itu mengalir deras sampai mengotori lantai putih di sana. Apakah ia mengalami pendarahan?
Molly menggeleng ketakutan.

"Molly ..."

Janied buru-buru menghampiri gadis itu. Tangannya langsung meraih Molly ke dadanya. Ia menggendongnya meninggalkan ruang tamu.

Sepertinya Molly mengalami keguguran. Ia harus membawanya ke rumah sakit. Gadis ini membuatnya kerepotan saja!

Janied menggerutu dalam hati sambil mengemudikan mobilnya menuju rumah sakit. Molly tidak henti meringis kesakitan sampai lemas tak sadarkan diri. Janied memukul kendali mobilnya kesal dan bingung.

MENANTU MISKIN PRESDIR (return)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang