Mobil-mobil mewah menepi di pelataran sebuah mall di Salvador Timur. Sepuluh bodyguard segera keluar dari mobil-mobil hitam yang menepi di barisan belakang.
Mereka segera berjalan setengah berlari menuju mobil Rolls Royce Phantom hitam yang menepi di barisan paling depan. Daniel tersenyum ramah menyambut Sean yang baru keluar dari mobil.
"Sean, tunggu aku Sayang!"
Cicitan seorang gadis berpakaian seksi membuat para bodyguard tersenyum tipis. Molly buru-buru menggamit lengan Sean sambil mengibaskan rambutnya yang panjang dan pirang.
Daniel menggelengkan kepala melihat gadis itu begitu berbangga bisa bergandengan dengan Presdir Group Parmer's yang tampan dan cakap itu.
Hari ini Sean dan Molly hendak memesan cincin untuk pertunangan mereka pekan depan. Deborah yang meminta mereka untuk memesan cincin di toko perhiasan di Salvador Timur. Oleh karena itu mereka datang ke sana.
Daniel sudah mendengar semuanya dari Sean, jika dirinya sangat terpaksa menuruti keinginan ibunya untuk bertunangan dengan Molly.
Sean tahu ini salah, karena sampai hari ini dirinya masih berstatus suami Xavia. Namun, ia benar-benar tak berdaya karena tekanan dari sang ibu. Daniel mengerti hal itu. Ia turut prihatin.
Sean berjalan bersisian dengan Molly yang terus menempel padanya. Bahkan, tangan gadis itu melingkar di lengannya sepanjang jalan seperti seekor ular. Sean benar-benar merasa tidak nyaman dengan keadaan ini.
Sean belum pikun, ia masih bisa mengingatnya saat melihat Molly di unit apartemen Janied tiga tahun yang lalu.
Kepalanya menggeleng. Ia tak habis pikir, kenapa hari ini dirinya sangat sial karena bergandengan dengan gadis menjijikan ini. Tangannya ingin terlepas dari Molly. Namun gadis itu menggamit lengannya dengan erat.
Para bodyguard mengikuti langkah Sean dan Molly memasuki mall. Sementara Daniel sedang menerima telepon lewat sambungan ponselnya. Pria berpakaian formal itu berada di barisan paling belakang.
Semua mata tertuju pada Sean dan Molly saat mereka memasuki area mall.
Presdir Group Parmer's memang sangat mengagumkan. Para wanita sampai tak ingin memalingkan pandangan saat melihatnya.
Begitu gagah dan berkharisma. Juga cerdas dan kaya raya. Sementara wanita di sampingnya?
Hm, siapa dia?
Sangat tidak cocok!
Mereka mencibir Molly dalam hati lewat tatapan remehnya.
"Sean, aku ingin kita honeymoon ke San Milates setelah menikah, lalu berenang di Pantai Alexandria sepanjang musim panas. Bagaimana menurutmu? Ugh, kamu sangat menggemaskan!"
Molly bicara dengan nada memanja. Sesekali jemarinya menjawil dagu Sean yang lancip dan ditumbuhi bulu halus warna hitam. Bibirnya menyeringai saat pria itu menoleh padanya.
"Jaga sikapmu, Nona Molly Exprada!" geetak Sean dengan wajah bosan sambil menepis tangan Molly darinya. Kelakuan gadis itu benar-benar membuatnya muak.
"Oh, kamu masih sok jual mahal rupanya. Baiklah, tak apa! Namun, bisakah kita berkencan malam ini? Kamu pasti akan terbiasa setelah mencobanya denganku," bisik Molly. Bibirnya tersenyum binal saat mata Sean turun padanya.
"Jauh-jauh dariku! Kepalaku pusing mencium aroma parfummu itu!"
Sean melepaskan tangan Molly yang melingkar di lengannya. Tatapan tajam ia sematkan di wajahnya yang dingin pada Molly. Sialnya gadis itu malah tertawa kecil melihatnya. Benar-benar sinting!
Sean memalingkan wajah dalam rasa kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENANTU MISKIN PRESDIR (return)
RomanceSean Palmer, putra sepasang pelayan di keluarga Hernandez, konglomerat kaya raya di kota San Mitero. Diam-diam Sean menyimpan perasaan cinta pada putri majikannya, Xavia Price Hernandez. Namun, ia harus mengubur cintanya karena status mereka yang ja...