Seorang pria berpakaian layaknya petugas rumah sakit terlihat berjalan cepat menuju area basement. Tubuhnya setinggi Sean, tapi kulitnya lebih gelap dan rambutnya kecokelatan. Sementara wajah pria itu tidak kelihatan jelas karena tertutup masker hidung.
Mobil CRV putih yang sedang dituju olehnya. Pria itu menyapu pandangan lebih dulu sebelum membuka pintu mobil dan masuk. Di dalam mobil sudah ada Leah yang sedang duduk di bangku tengah. Gadis mirip Xavia itu tampak mengenakan stelan pasien warna biru muda.
"Josh, bagaimana? Apakah kita bisa bergerak sekarang?" tanya Leah pada pria tinggi yang baru memasuki mobil. Matanya menatap Josh yang sedang melepaskan masker hidung yang menutupi sebagian wajahnya.
Josh menggeleng. "Tidak semudah yang kita bayangkan, Leah. Bahkan ada banyak bodyguard terlatih yang mengawasi ruang rawat VVIP itu. Mereka berjaga-jaga dua puluh empat jam. Shit!"
Leah menghela napas lalu berdecak jengah mendengarnya. Wajahnya yang dipalingkan kembali menatap pada Josh."Tapi kita tidak punya kesempatan lagi. Setelah mereka kembali ke mansion nya, itu akan lebih sulit untuk rencana kita."
Josh mengangguk. "Itulah yang sedang menjamur di otakku. Mungkin kita masih punya waktu. Aku dengar, Nyonya Muda akan kembali ke rumah pekan depan." Kedua tangan Josh merangkum wajah Leah yang tampak kesal dan cemas. "Kita masih punya kesempatan. Tenanglah."
Leah segera menepis tangan Josh darinya. "Huh, kamu memang tidak berguna!" umpatnya lalu memalingkan wajah sambil melipat kedua tangan di depan dada.
Leah yang kesal dan pemarah tidak suka menunggu. Baginya apa pun yang dirinya inginkan harus segera ia dapatkan.
Josh hanya terdiam sambil memandangi wajah Leah yang menyebalkan. Mereka memang sering ribut. Entah sebagai partner kerja atau sebagai pasangan kekasih. Leah memang sangat keras kepala, kasar dan egois. Namun, Josh sangat tergila-gila padanya.
Sementara itu Daniel sedang mengemudikan mobil BMW hitam menyusuri jalan di tepi bukit. Ekor matanya melirik pada gadis muda di sampingnya. Angela tampak sangat menikmati perjalanan mereka sore itu. Terlihat gadis itu terus tersenyum sepanjang perjalanan.
Pohon-pohon maple berguguran seiring embusan angin menjelang petang. Setelah perbincangan di lorong rumah sakit beberapa jam yang lalu, Angela terus merajuk dan tak mau bicara lagi pada Daniel. Gadis itu kukuh ingin bertemu dengan ibunya Daniel.
Dan dirinya sangat bersemangat setelah Daniel mengangguk setuju. Kemudian mereka berangkat menuju villa tempat tinggal Daniel dan ibunya setelah Sean memberi izin. Angela sudah tak sabar ingin bertemu dengan ibunya Daniel.
Lain hal dengan Daniel yang tampak kurang bersemangat. Sebenarnya ia tak ingin Angela bertemu dengan ibunya. Daniel tidak ingin Angela melihat kondisi ibunya dan mengetahui jati dirinya.
Namun, mereka akan menikah. Angela harus mengetahui semua tentang dirinya, ibunya dan masa lalunya. Entah setelah ini apakah Angela masih mau padanya atau tidak. Daniel sudah pasrah pada apa pun keputusan Angela nantinya.
"Kenapa mobilnya terus berjalan? Kapan kita akan tiba di villa? Aku sudah bosan," gerutu Angela dengan wajah kesal pada pria di samping yang sedang mengemudikan mobil.
Setelah Daniel setuju untuk memperkenalkan dirinya pada ibunya, Angela sangat kegirangan.
Ia segera berdandan dan mengenakan pakaian terbaiknya. Sudah hampir satu tahun mereka berpacaran, tapi tak sekali pun Daniel mengajak bertemu keluarganya.Angela sendiri tidak memiliki orang tua atau saudara. Ia berharap bisa memiliki keluarga yang utuh setelah menikahi Daniel. Pria itu sangat baik, humoris dan juga tampan. Hatinya sepenuhnya hanya milik pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENANTU MISKIN PRESDIR (return)
RomanceSean Palmer, putra sepasang pelayan di keluarga Hernandez, konglomerat kaya raya di kota San Mitero. Diam-diam Sean menyimpan perasaan cinta pada putri majikannya, Xavia Price Hernandez. Namun, ia harus mengubur cintanya karena status mereka yang ja...