Jarum jam menunjuk angka tujuh. Xavia sedang duduk di depan meja riasnya. Ia baru saja memoles wajahnya dengan riasan tipis.
Sementara gaun tidur transparan warna merah marun sudah membalut tubuh indahnya. Dipandangi wajah cantik itu di depan cermin. Dia jadi merasa malu.
Terdengar bodoh. Kenapa tiba-tiba ia ingin berdandan seperti ini?
Berdandan dan berpakaian seksi layaknya seorang istri yang sedang menunggu suaminya pulang.
Bibir kemerahan itu tersenyum sipu dengan pipinya yang bersemu merah.Tak lama kemudian terdengar seseorang yang mengetuk pintu kamar. Jantung Xavia berdegup kencang dibuatnya.
Ya Tuhan, apakah Sean yang datang? Tiba-tiba saja tubuhnya terasa gemetaran dengan perasaan yang juga tidak karuan.
Lingerie ini terlalu pendek dan mengekspos hampir sebagian besar lekuk tubuhnya. Astaga, bagaimana ini? Apakah dia bertukar pakaian saja?
Xavia masih sibuk bergelut dengan pikirannya. Di sisi lain ia ingin menyenangkan Sean, tapi di lain sisi ia merasa sangat malu jika Sean melihatnya seperti ini.
Masih mondar-mandir di dalam kamar, jantungnya hampir meledak mendengar suara Sean di balik pintu memanggilnya.
Benar, Sean yang datang. Bagaimana ini? Xavia memejamkan mata, ia mengatur napas. Ah, apa yang salah? Dia adalah istrinya Sean, bukan?
Kenapa harus malu?Sebaiknya ia temui suaminya sekarang.
Menarik napas panjang, berusaha tenang. Perlahan langkah Xavia mendekati pintu. Namun, jantungnya semakin cepat berdegup. Tubuhnya gemetaran saat meraih handel pintu di depannya.
Matanya segera dipejamkan seiring tangannya menarik pintu ke dalam. Tubuh besar langsung ambruk padanya. Xavia sangat terkejut.
"Sean? Kamu kenapa?"
Xavia segera memegang kedua bahu Sean yang jatuh padanya. Wangi minuman tercium pekat dari napas pria itu. Apakah Sean mabuk?
"Xavia, kepalaku sangat pusing." Sean tampak lemas dan terus menempel pada Xavia.
"Sean, apakah kamu mabuk?
Ya Tuhan, kenapa kamu sampai begini?" Xavia segera memapah Sean memasuki kamar."Presdir yang memaksaku minum. Kepalaku sakit sekali!" Sean mengikuti langkah Xavia dengan sempoyongan.
"Tidurlah. Ya ampun ..." Sekuat tenaga Xavia merebahkan tubuh kekar Sean ke tengah ranjang. Ia sampai ikut terhempas karenanya.
Xavia buru-buru bangkit lalu melepaskan kedua pantofel Sean. Dan saat dia hendak beringsut dari ranjang tiba-tiba Sean mencekal lengannya. Xavia sangat tersentak saat pemuda itu menariknya ke dalam pelukan.
"Sean?"
Xavia menatap curiga pada pemuda itu. Dia sedikit berontak saat Sean berguling naik ke atas tubuhnya.
Tatapan Sean mengunci pandangannya. Napasnya menjadi panas dan menggebu."Xavia, kamu sangat cantik malam ini. Aku menginginkan dirimu," bisik Sean ke wajah Xavia. Napasnya yang panas membuat Xavia ketakutan.
Gadis itu hanya bergeming menatapnya. Jantungnya berdebar-debar tak karuan. Dia mulai gelisah.
Apakah Sean akan meminta haknya malam ini? Entahlah. Namun, sebagai seorang istri dirinya harus menuruti keinginan sang suami, bukan?
Dipejamkan matanya saat Sean memajukan wajah. Xavia meremas bahu Sean saat bibir pemuda itu menyentuh bibirnya.
Sean mulai melumat bibir Xavia.
Dia semakin bersemangat saat gadis itu membalas ciumannya. Lumatan lembut itu membuat Xavia dimabuk kepayang. Tangan Sean merengkuh tubuh ramping Xavia. Membuat gadis itu semakin menempel padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENANTU MISKIN PRESDIR (return)
RomanceSean Palmer, putra sepasang pelayan di keluarga Hernandez, konglomerat kaya raya di kota San Mitero. Diam-diam Sean menyimpan perasaan cinta pada putri majikannya, Xavia Price Hernandez. Namun, ia harus mengubur cintanya karena status mereka yang ja...