Cuaca cukup cerah sore itu. Perlahan Xavia membuka matanya. Samar-samar dilihatnya sekeliling. Banyak tumpukan barang-barang bekas di sekitar. Sementara tubuhnya terikat kuat pada kursi.
Pandangannya turun pada tubuhnya yang mengenakan pakaian berupa kemeja kotak-kotak merah berlengan panjang dipadukan celana denim panjang dan longgar. Siapa yang sudah mengganti pakaiannya?
"Tangkap bolanya!"
"Ayo lempar!"
Sayup-sayup terdengar suara riang anak-anak yang sedang bermain baseball di padang rumput yang tak jauh dari villa.
Perutnya berbunyi menandakan lapar. Xavia menelan ludah kasar. Seingatnya, sudah dari kemarin dirinya pingsan setelah Josh menyuntikan obat bius.
Entah apa yang terjadi padanya, dan apa yang sudah pria itu lakukan? Xavia menggeleng tak ingin mengingatnya. Namun, dirinya yakin jika Josh tidak menyentuh tubuhnya selama ia pingsan.
Langit cerah pagi ini. Terlihat sekelompok anak-anak umuran Sekolah Dasar yang sedang bermain di padang rumput. Tampak juga di sana, puluhan hewan ternak yang sedang mencari rumput segar.
"Ayo pukul bolanya!" teriak anak-anak yang sedang menonton rekannya bermain baseball.
"Cepat pukul yang keras, Bruno!" sorak yang lainnya.
Bocah laki-laki bernama Bruno itu pun semakin bersemangat. Ia sudah tak sabaran ingin memukul bola. Hingga kesempatannya tiba, Bruno langsung menyambut dengan pukulan keras saat bola kecil itu melesat padanya.
Pukulan yang sempurna. Semua anak melihat ke atas dengan manik mata memutar mengikuti bola yang melesat cepat menuju villa di atas bukit. Mereka tercengang atas kehebatan Bruno memukul bola.
"Ya Tuhan, bolanya jauh sekali! Sekarang siapa yang akan mengambilnya?" tukas seorang anak perempuan sambil mendekap boneka Teddy Bear warna cokelat di perutnya.
"Siapa lagi, tentu saja Bruno! Dia yang sudah memukul bolanya, bukan?" sambut seorang anak laki-laki.
"Ya, Bruno yang harus mengambilnya!" timpal yang lainnya begitu berisik.
Wajah bulat Bruno berubah murung ."Baiklah, aku akan mengambilnya."
"Hati-hati, Bruno! Ayahku bilang di villa itu ada hantu kepala!" seruan seorang anak laki-laki sambil tertawa. Sementara anak-anak lainnya hanya tertawa menimpali.
Bocah bernama Bruno itu hanya menoleh satu kali pada semua temannya.
Meski takut, ia tetap melanjutkan langkahnya menuju villa di atas bukit. Hantu kepala? Tiba-tiba bulu kuduknya merinding.
....................................................
PRANG!
Xavia yang sedang terikat di kursi dibuat terkejut luar biasa saat sebuah bola baseball menerobos masuk lewat jendela kaca di sampingnya.
Entah begitu kuat hantaman bola itu atau kaca jendelanya yang tipis. Matanya memandangi bola kecil yang tergeletak di sampingnya bersama pecahan kaca yang berserakan.
Bola baseball itu mengingatkan ia pada masa kecilnya yang indah. Dulu sekali, saat usianya baru delapan tahun.
Xavia sering menonton Sean bertanding baseball di sekolah mereka. Banyak kejuaraan baseball yang dimenangkan oleh Sean sepanjang tahun.
'Selamat ya! Lagi-lagi team mu menjadi pemenangnya!'
'Terima kasih, Xavia. Ini semua karena dirimu!'
'Oh, ya?!'
KAMU SEDANG MEMBACA
MENANTU MISKIN PRESDIR (return)
RomanceSean Palmer, putra sepasang pelayan di keluarga Hernandez, konglomerat kaya raya di kota San Mitero. Diam-diam Sean menyimpan perasaan cinta pada putri majikannya, Xavia Price Hernandez. Namun, ia harus mengubur cintanya karena status mereka yang ja...