Angin malam berhembus dingin menerpa belakang lehernya, pria itu masih mematung di tempat memandangi jendela kamar di lantai dua mansion yang gelap.
Itu kamar Xavia, di mana dirinya dan istrinya pernah menghabiskan malam bersama. Malam-malam yang indah dan penuh sensasi. Ia merindukan saat-saat seperti dulu. Dihela napas lesu. Wajahnya terangkat pada langit hitam. Sempurnanya bentuk bulan malam ini, bulat dan terang.
Dalam hati Sean bertanya pada sang rembulan, apakah dirinya dan Xavia bisa bertemu lagi?
Bulan yang bersinar tidak memberinya jawaban. Kepalanya menggeleng, tolong jangan terus menyiksanya seperti ini, dia tak tahan lagi.Wajahnya dijatuhkan putus asa. Tubuh berbalut stelan jas hitam itu memutar, langkahnya hendak terayun menuju Daniel dan beberapa orang bodyguard yang masih setia menunggu di samping deretan mobil-mobil mewah di tepi jalan.
Semua ini tidak berguna lagi, tidak berarti lagi! Ia hanya menginginkan Xavia dan luka itu kembali menganga.
Satu langkah hampir dilewatinya. Namun, tiba-tiba seekor anjing hitam menggonggong sambil berlari menuju padanya.
Sean menoleh dengan cepat. Sementara Daniel dan para bodyguard segera menodongkan pistol mereka ke arah hewan buas tersebut.
Anjing hitam itu hampir sampai pada Sean. Daniel berseru agar para bodyguard segera menembak hewan itu. Bisa saja anjing itu hendak melukai bos mereka.
Sementara Sean masih terdiam memandangi anjing hitam itu sampai ia mendekat. Matanya membulat penuh dengan ekpresi kaget.
Bobby?
"Tembak!" seruan Daniel.
Para bodyguard bersiap menarik pelatuk pistol mereka sambil mengincar anjing hitam yang hampir tiba pada Sean."Hentikan! Jangan tembak!" Sean buru-buru memasang tubuh melindungi anjing hitam yang sudah tiba di hadapannya.
Daniel segera mengibaskan tangan agar para bodyguard tidak menembak dan segera menurunkan pistol mereka. Perlahan ia mendekat pada Sean yang sedang berjongkok sambil mengusap-usap kepala anjing hitam jenis rottweiler itu. Matanya menyipit heran.
"Hei, dia sepertinya menyukaimu, Presdir." Daniel ikut berjongkok usai membenahi pistolnya. Ia menoleh pada Sean yang sedang berinteraksi dengan anjing hitam itu. Namun, ia sangat terkejut saat hewan itu menggonggong dengan keras padanya.
Sean tersenyum melihatnya. "Daniel, ini adalah Bobby, peliharaan Nyonya Hernandez. Dia menghampiriku karena kami sangat dekat selama ini. Mungkin Bobby lepas dari kandang sampai-sampai terlunta di jalanan," ucapnya lalu mengusap-usap kepala Bobby sampai ke punggungnya. Anjing itu terlihat kurus, mungkin Bobby tidak terawat selama ini.
"Oh, pantas saja dia langsung berlari padamu seolah melihat tuannya. Aku pikir dia akan menerkammu. Eh, tapi bukankah dia jenis anjing rottweiler yang mahal itu?" Daniel menatap penuh teliti pada hewan berbulu hitam di hadapannya.
Tangannya hendak menyentuh Bobby. Namun, ia kembali dibuat terkejut karena anjing itu menggonggong dengan keras. Bahkan mengeram padanya dengan tatapan buas ingin menerkam. Daniel segera mundur ketakutan.
Sudah tiga tahun Bobby bersembunyi di semak-semak. Ia baru keluar saat situasi sepi, lalu berkeliaran di sekitar tepi jalan untuk mencari makan.
Beberapa waktu lalu Bobby hampir tertangkap oleh pemburu hewan tak bertuan. Namun, ia berhasil lolos dan kembali bersembunyi di sekitar rumah Tuan Hernandez.
Bobby adalah jenis anjing mahal, pantas saja jika banyak yang memburunya.
Anjing itu cukup cerdas dan sudah pandai menebak situasi dan gelagat orang yang ditemuinya. Berkeliaran di luar sangat berbahaya baginya. Oleh karena itu ia tetap bersembunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENANTU MISKIN PRESDIR (return)
RomansaSean Palmer, putra sepasang pelayan di keluarga Hernandez, konglomerat kaya raya di kota San Mitero. Diam-diam Sean menyimpan perasaan cinta pada putri majikannya, Xavia Price Hernandez. Namun, ia harus mengubur cintanya karena status mereka yang ja...