Chapter 94 - Perebut Suami Orang

109 4 0
                                    

Xavia dan Molly saling bertatapan dingin. Sementara Angela hanya menyaksikan dari kejauhan. Gadis itu sangat terkejut mendengar semuanya. Teganya Molly menusuk Xavia dari belakang. Bahkan kini gadis jahat itu ingin merebut suami Xavia.

Kepalanya menggeleng. Tidak, ia takkan membiarkan Molly mencapai tujuannya.

"Kamu benar-benar jahat, Molly. Namun, aku juga berterima kasih padamu, karena dirimu aku tidak sampai menikah dengan pria brengsek seperti Janied." Xavia menatap tajam pada gadis di hadapannya.

"Ya, aku juga bodoh karena membiarkan diriku jatuh pada Janied. Bahkan aku sempat mengandung bayinya. Pria itu sangat brengsek. Dia membuatku kehilangan bayiku lalu mencampakan diriku begitu saja. Kemudian aku datang ke Salvador. Ayahku memintaku untuk menikahi Presdir Group Parmer's yang ternyata adalah Sean, suamimu." Molly tertawa kecil melihat ekpresi Xavia. Gadis itu masih menatapnya tak percaya.

Molly melanjutkan, "Baru saja aku hampir mendapatkan Sean, tapi kamu malah datang dan merusak segalanya. Aku sangat membencimu, Xavia. Enyahlah kamu dari hadapanku dan dari kehidupan Sean!" Tangannya segera meraih rahang Xavia usai bicara. Ia mencengkeram dengan tatapan tajam.

"Hentikan kegilaan ini, Molly!" Xavia menepis tangan Molly darinya dengan kasar. Akibatnya gadis itu mundur satu langkah darinya.

Xavia bicara lagi saat Molly menatapnya geram."Sean adalah suamiku. Kamu tak punya hak untuk mengusirku dari rumah ini. Jika kamu masih punya rasa malu, sebaiknya kamu saja yang pergi," ucapnya lalu mendorong Molly keluar dan segera menutup pintu kamarnya.

Molly mendengkus kesal melihat pintu kamar itu tertutup rapat. "Xavia! Buka pintunya! Dasar gadis sialan, perebut calon suami orang! Aku takkan melepaskanmu, Xavia!" Diketuk-ketuk pintu mahoni di hadapannya sambil berteriak seperti orang tidak waras.

Beberapa pelayan yang melintas hanya saling pandang sambil tersenyum melihatnya. Gadis itu benar-benar tak punya rasa malu.

Harusnya Molly segera meninggalkan rumah Sean saat Xavia kembali. Namun, gadis itu tetap tinggal dan berharap bisa merebut Sean. Anehnya lagi, Molly malah menuduh Xavia yang sudah merebut calon suaminya. Benar-benar gila.

......................................................

Siang itu di kantor Group Parmer's. Daniel melihat dari lobi jika presdir dari Group MXV sudah datang.
Ia buru-buru menghampiri Sean yang sedang bersantai di ruangannya. Daniel juga mengatakan jika Janied datang tidak sendiri, tapi bersama asistennya yang bernama Nicki.

Setelah keduanya berdebat beberapa saat karena Daniel kukuh tak ingin Sean bekerjasama dengan perusahaan Janied. Namun pada akhirnya ia menyerah. Sean mengatakan jika dirinya sudah mengatur strategi untuk menjatuhkan Group MXV.

Didampingi oleh Daniel dan dua orang staf utama kantor, Sean berjalan menaiki lift menuju ruang pertemuan di lantai lima.

Setibanya di sana ia langsung disambut oleh beberapa staf yang sudah menunggunya. Kemudian mereka semua berjalan memasuki ruang pertemuan.

Dua orang pria berpakaian formal sedang duduk bersisian di ruang pertemuan. Sean tersenyum tipis pada Janied yang menyambutnya sambil menyipitkan mata. Tatapan pria itu tak luput pada Sean yang sedang berjalan menuju kursi kebesarannya.

Ini benar-benar konyol. Janied tak menyangka jika presdir Group Parmer's adalah Sean si kutu busuk di kampusnya dahulu.

Namun, apakah pria itu masih bersama Xavia? Sepertinya ia punya kejutan untuk Sean. Bibirnya tersenyum miring melihat pria di ujung meja mulai duduk.

Sean mengabsen satu per satu wajah orang-orang yang berada di ruang pertemuan. Tatapan matanya berhenti pada pria berambut pirang yang duduk di samping Janied.

Kenapa pria itu sangat mirip dengan Nicki si pirang? Apakah mereka orang yang sama? Pertanyaan itu tak memperoleh jawaban sampai mereka mulai berbicara formal layaknya dengan rekan bisnis.

"Jadi, Group Parmer's ini adalah perusahaanmu? Aku lihat prestasinya cukup bagus. Dalam satu tahun kalian membuat banyak gedung apartemen dan hotel bintang lima di beberapa kota. Luar biasa," tukas Janied. Bibirnya tersenyum tipis saat Sean menatapnya.

"Group MXV jauh lebih bagus. Bahkan kalian sudah memiliki banyak cabang di luar negeri. Kami senang bisa bekerja sama dengan kalian. Namun, bolehkah aku bertanya?" balas Sean. Ia menatap dalam pada pria berjas hitam di seberang meja.

Ruangan itu hening seketika. Daniel dan para staf saling pandang. Apa yang akan bos mereka tanyakan pada Janied? Apakah ada hubungannya dengan kerjasama ini? Pertanyaan itu segera memperoleh jawaban saat Janied menjawab pertanyaan Sean.

"Apa yang ingin kamu tanyakan, Presdir? Apakah ada hubungannya dengan kerjasama kita? Jika ingin membahas masalah pribadi atau dendam lama di antara kita, aku bisa mengajakmu bicara empat mata." Janied menyipit. Sepertinya Sean sudah tahu jika dirinya akan menipu dan menjatuhkan Group Parmer's.

Perusahaan Sean sedang berada di puncak dan memiliki popularitas yang luar biasa. Ayahnya sangat menginginkan Group Parmer's. Namun, ia tak menyangka jika perusahaan properti ini adalah milik Sean. Ia harus lebih berhati-hati.

Sean tersenyum tipis mendengar ucapan Janied. Dasar bajingan. Siapa pula yang mau bekerja sama dengan mereka.

Ia hanya membutuhkan dokumen aset pengalihan wewenang perusahaan Group Hernandez.
Sean ingin membatalkan dokumen itu, lalu merebut kembali hak Xavia.

"Aku hanya ingin menanyakan, bagaimana caranya kami bisa mengakses seluruh saham perusahaan dan memindahkannya pada Group MXV. Kami sudah setuju bekerjasama dengan kalian."

Daniel sangat terkejut mendengar ucapan Sean. Apa? Mengakses seluruh saham? Apakah Sean tidak salah bicara? Jemarinya gemetaran saat menyodorkan berkas yang diminta oleh bosnya.

Janied menaikan sudut bibirnya. Rupanya tak sulit untuk mengelabui Sean. Bibirnya tersenyum lalu menanda tangani berkas dokumen yang disodorkan oleh seorang staf wanita dari perusahaan Group Parmer's. Akhirnya tanda tangan itu berhasil dirinya cetak. Tak lama lagi Group Parmer's akan menjadi miliknya.

"Presdir, aku pribadi yang akan mengirim pasword khusus lewat surel pribadimu untuk mengakses seluruh saham pada Group MXV. Pasword itu sifatnya sangat pribadi. Hanya kita berdua saja yang tahu. Bagaimana?" Janied tersenyum tipis pada Sean.'Habislah riwayatmu, Kutu Busuk,' lanjutnya dalam hati.

"Baik. Aku akan menunggu." Sean bersikap biasa saja. Padahal dalam hati dirinya sangat puas karena Janied sudah masuk ke dalam perangkapnya.

Setelah menanda tangani kontrak kerjasama itu, Janied dan beberapa staf segera berpamitan pada Sean. Bibirnya tersenyum senang sambil melangkah meninggalkan ruang pertemuan. Sementara asistennya diam-diam menghampiri Sean saat punggung Janied sudah menjauh.

"Maaf, apakah kamu Sean?"

Sean dibuat terkejut saat pria berkacamata tebal itu menghampirinya. "Ya. Apakah kamu Nicki si pirang itu?" tanyanya antusias.

Pria berkacamata itu tersenyum simpul. "Ya. Aku Nicki si pirang. Aku senang bisa melihatmu lagi, Sean!"
Ia tertawa kecil bersama Sean.

Daniel hanya menyimak saat mereka berbincang. Dalam hati ia masih kebingungan karena kerjasama Sean dengan Janied. Otaknya dipenuhi rasa takut. Namun, ada keyakinan di hatinya jika Sean pasti sudah memiliki rencana yang lain di balik kerjasama ini.

"Sean, kamu sangat mujur. Bahkan kamu bisa mendirikan perusahaan sebesar ini. Sementara diriku sangat malang. Aku ditipu oleh Janied dan orang-orangnya. Sekarang aku memiliki hutang padanya dengan jumlah yang bahkan belum tentu bisa diriku bayar. Oleh karena itu aku terpaksa bekerja padanya tanpa digaji," tukas Nicki dengan wajah murung.

"Apa? Lantas kenapa kamu tak melaporkan Janied pada pihak kepolisian? Pria itu sudah banyak menipu orang." Sean tampak geram.

"Aku sudah melapor, tapi pihak kepolisian tidak menanggapinya, karena Group MXV selalu menyuap para petinggi kepolisian. Mereka bahkan bekerjasama." Nicki menggeleng putus asa.

Sean mengepalkan buku-buku jemarinya mendengar kelicikan Janied dan ayahnya. "Nicki, apakah kamu bisa membantuku?" tanyanya kemudian pada pria berkacamata tebal di depannya.

Nicki mengernyitkan dahi."Membantumu?"

MENANTU MISKIN PRESDIR (return)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang