Pukul sebelas malam jet pribadi yang membawa Sean dan Xavia mendarat di bandara San Mitero. Tuan Hernandez mengulum senyum melihat Xavia tak henti memarahi Sean yang sedang mabuk dan terus menempel padanya.
Pria itu memang sangat jarang minum. Sekalinya diajak minum pasti Sean akan mabuk berat.
Tuan Hernandez menggeleng sambil tersenyum geli saat memasuki mobilnya di area parkir. Beberapa bodyguard mengawal mereka menuju pulang.
"Xavia," desah Sean sambil merengkuh pinggang kecil wanita muda di sampingnya. Mereka sudah duduk di dalam mobil menuju pulang. Namun, pengaruh minuman itu tidak juga hilang. Sean tak henti menempel pada Xavia.
"Diamlah, Sean! Kamu ini!"
Xavia menahan dada bidang suaminya saat pria itu hendak menciumnya di dalam mobil. Ia benar-benar kewalahan. Sean tak mau jauh-jauh darinya. Bahkan pria itu terus meliarkan bibirnya di sekitar bahu dan lehernya.
Sementara sopir yang sedang mengemudikan mobil hanya tersenyum tipis mendengar desahan Xavia yang kemudian terdengar. Entah apa yang terjadi di belakangnya. Mereka baru saja menikah dan Sean sedang mabuk.
Hingga pukul dua belas malam mobil Rolls Royce Phantom hitam yang membawa Sean dan Xavia akhirnya tiba di pelataran mansion Tuan Hernandez. Sean dan Xavia sedang berciuman di dalam mobil saat sopir menoleh ke belakang.
"Maaf, Nona Muda. Kita sudah tiba," ucap sopir. Pria itu buru-buru memalingkan wajahnya dari pemandangan erotis itu.
"Ah, ya! Kamu keluar saja lebih dulu, nanti kami akan menyusul," jawab Xavia. Tangannya mendorong dada bidang Sean yang berada di atas tubuhnya. Ia buru-buru membenahi pakaiannya yang berantakan karena ulah suaminya.
"Baik, Nona."
Sopir menjawab tanpa menoleh. Ia segera keluar dari mobil. Sementara Xavia segera memapah Sean yang mabuk berat menuju kamarnya. Pria itu benar-benar membuatnya kerepotan.
Dengan langkah gontai, Xavia memapah Sean menuju pintu kamarnya. Tuan Hernandez hanya tersenyum sambil berdiri agak jauh memperhatikan mereka.
Ya Tuhan, Sean benar-benar mabuk berat. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya. Pria itu menggelengkan kepala dan segera melenggang pergi menuju kamarnya.
Setibanya di dalam kamar, Xavia segera menjatuhkan tubuh Sean ke tengah ranjang. Ia hampir saja ikut terhempas karenanya.
Sean meracau sambil terlentang di tengah ranjang. Xavia menggelengkan kepala melihatnya. Tangannya segera meloloskan kedua pantofel hitam suaminya, lalu jas dan dasinya.
Dihela napas panjang lega oleh Xavia.
Ia tersenyum memandangi suaminya sambil berdiri di samping ranjang. Syukurlah Sean sudah terlelap. Sekarang sebaiknya ia segera bertukar pakaian dan tidur. Ia sangat kelelahan karena perjalanan yang jauh.Dua puluh menit kemudian. Xavia sedang berdiri di depan standing mirror. Sehelai lingerie transparan warna hitam sudah melekat di tubuhnya. Sementara tangannya bergerak aktif memoles cream malam ke sekitar wajah.
Bibirnya mengulas senyum sambil memandang siluetnya di cermin. Adegan ciumannya dengan Sean di dalam mobil tiba-tiba melintas di kepalanya. Mereka berciuman begitu liar. Untunglah pria itu sudah terlelap saat ini.
Sean benar-benar sedang mabuk berat! Entah apa yang akan terjadi di kamar ini jika pria itu tidak terlelap. Kepalanya menggeleng.
Tubuhnya segera memutar hendak pergi menuju ranjangnya. Namun, ia dibuat terkejut saat melihat sosok pria yang sedang berdiri di hadapannya.
"Sean? Kamu tidak tidur?" tanyanya dengan tatapan heran. Xavia mundur satu langkah saat Sean mendekat.
Pria itu bahkan mendesaknya sampai merapat ke dinding. Xavia menelan ludah kasar saat wajah pria itu mendekat padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENANTU MISKIN PRESDIR (return)
RomanceSean Palmer, putra sepasang pelayan di keluarga Hernandez, konglomerat kaya raya di kota San Mitero. Diam-diam Sean menyimpan perasaan cinta pada putri majikannya, Xavia Price Hernandez. Namun, ia harus mengubur cintanya karena status mereka yang ja...