Chapter 99 - Janied Hancur

82 4 0
                                    

Malam yang tadinya gelap menjadi terang karena kobaran api besar yang sedang melahap bangunan-bangunan pabrik di area industri Salvador Barat.

Tuan Caldwell dan Janied langsung berlari setelah keluar dari mobilnya. Mereka sangat shock melihat pabrik-pabrik miliknya terbakar.

"Matikan apinya! Cepat!" Janied berteriak pada para petugas pemadam kebakaran yang baru tiba di lokasi. Ia meremas rambutnya dengan tatapan hampir tak percaya melihat pabrik-pabrik itu terbakar.

Tuan Caldwell menjatuhkan lututnya pada tanah sambil memegang dadanya yang sakit. Pria tua itu sangat shock sampai mengalami serangan jantung.

Janied segera meminta para bodyguard untuk menelepon ambulans. Ayahnya harus segera dibawa ke rumah sakit.

"Matikan apinya, bodoh!" Janied berteriak melihat para petugas pemadam kebakaran tak mampu menjinakan api yang sedang melahap pabrik-pabrik miliknya. Siapa yang melakukan semua ini?
Ia takkan melepaskan orang itu.

Sementara itu, mobil Rolls Royce Phantom hitam menepi agak jauh di tempat yang gelap. Sean tersenyum puas melihat Janied tampak sangat hancur. Begitupun dengan Xavia. Gadis itu sangat puas melihat orang yang sudah menghancurkan ayahnya sedang menderita.

"Darling, apakah kamu senang melihat semua ini? Anggap saja ini adalah hadiah ulang tahunmu," ucap Sean pada Xavia yang duduk di sampingnya. Mereka berada di dalam
mobil mewah itu.

"Ya, aku suka melihatnya. Namun, ulang tahunku? Hei, apakah kamu mengingatnya?" Xavia tersenyum sambil membelai wajah Sean dengan telunjuknya. Ia tak menyangka suaminya masih ingat dengan hari jadinya. Bahkan ia pun sudah lupa.

Sean tersenyum tipis lalu menangkap tangan Xavia. Ia menatapnya dengan lembut."Kamu adalah hidupku, jiwaku dan cintaku. Mana mungkin aku melupakan hari ulang tahunmu. Sekarang katakan padaku, hadiah apa lagi yang kamu inginkan?"

"Aku menginginkan dirimu malam ini," jawab Xavia lalu melingkarkan tangan pada tengkuk leher Sean.
Ia menariknya sampai pria itu mendekat.

"Cium aku, Sayang," lanjutnya lalu tersenyum nakal.

Sean menyeringai melihat tingkah liar istrinya. Ia memajukan wajahnya pada Xavia. Bibirnya melumat dengan cepat pada bibir ranum istrinya. Tentu saja Xavia menyambut ciuman itu dengan bersemangat.

Sementara Daniel yang sedang duduk di depan kemudi hanya berpura-pura tak mendengar apa pun. Bibirnya tersenyum tipis.

Beginikah rasanya menjadi seorang asisten pribadi? Bahkan bosnya itu tak mengendahkan dirinya sama sekali. Sean dan Xavia terus berciuman di bangku tengah mobil. Daniel dibuat kepanasan mendengar desahan di belakangnya.

"Matikan apinya! Cepat!"

Di luar, Janied masih berteriak pada semua orang untuk menyelamatkan pabrik-pabrik itu dari kebakaran. Namun, semuanya sudah terlambat. Api besar terus berkobar. Janied meraung dalam frustasi dan putus asa.

Xavia membuka matanya setelah Sean menyudahi ciuman mereka. Bibirnya tersenyum sipu saat Sean menatapnya. Ia segera melabuhkan tubuhnya dalam pelukan Sean.
Pria itu hanya tersenyum dan Mobil pun segera melaju meninggalkan lokasi.

Dari jendela mobil Xavia dan Sean melihat Janied yang sudah seperti orang gila. Pria itu berteriak dan meraung meratapi pabrik-pabrik yang sudah terbakar habis. Mereka saling pandang lalu tersenyum tipis. Hati Xavia sangat puas melihatnya.

......................................................

Paginya di kantor Group MXV. Ratusan buruh pabrik berkumpul memadati pelataran luas kantor itu. Mereka berdemo dan menuntut kebijakan dari pihak perusahaan pasal pabrik-pabrik tempat mereka bekerja yang sudah hangus terbakar tadi malam.

MENANTU MISKIN PRESDIR (return)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang