Pagi yang dingin saat Sean terjaga dari tidurnya. Perlahan mata itu terbuka. Langit-langit putih yang pertama ia lihat. Ekor matanya melirik pada kasur di samping yang ternyata sudah kosong. Ia sedikit terkejut. Di mana Xavia?
Pria itu segera bangkit sambil menyingkap selimut tebal warna putih yang membalut tubuh atletisnya.
Pakaiannya masih berserakan di lantai. Sean hanya mengenakan celana boxernya saja saat ini. Bibir pria itu tersenyum mengingat percintaan panas semalam.
Sean tak menepati ucapannya untuk tidak mengganggu Xavia dan membiarkan istrinya tertidur.
Kenyataannya ia tak bisa menahan diri dan mengajak Xavia bercinta.
Sean sangat senang karena sang istri tak menolaknya. Mereka pun bercinta sepanjang malam.Tubuh kekar itu segera beringsut dari ranjang usai meregangkan otot-otonya.
Perut rata dan kotak-kotak bak roti sobek itu segera dibawanya bangkit. Ia segera berjalan mengikuti wangi segar yang menyerbu indera penciumannya.
Xavia sedang berdiri di depan wastafel di kamar mandi. Sehelai handuk putih melilit tubuh polosnya. Rambut panjang itu masih basah dan meneteskan air dari setiap ujung. Gadis itu tersenyum sipu sambil memandangi siluetnya di depan cermin.
Apakah ini mimpi? Semalam dirinya dan Sean bercinta? Xavia menutupi wajahnya dengan rasa malu.
Bisa-bisanya mereka bercinta setelah bertengkar hebat tadi malam.
Bahkan ia membasahi bantal dengan air matanya, lalu tertidur karena kelelahan menangis. Hingga kemudian Sean datang dan mengganggu tidurnya.Sean tersenyum melihat Xavia di kamar mandi. Langkah itu segera terayun menuju gadis dengan sehelai handuk putih di tubuhnya.
Xavia sangat terkejut saat dua tangan berbulu melingkar di sekitar perutnya. Sedikit tersentak saat Sean merengkuh pinggang kecil itu dari belakang lalu mengecup bahunya.
"Selamat, pagi." Sean berbisik dengan napas hangat yang berhembus ke telinga Xavia.
"Pagi," balas Xavia dengan wajah tersipu malu.
Sean tersenyum gemas melihat siluet gadis itu di depan cermin. "Maaf, aku sudah membuatmu kelelahan semalam," bisiknya lagi.
Xavia hanya tersenyum tipis. Tubuhnya memutar perlahan menghadap pada pria tampan di belakangnya. Sean menyambutnya dengan tersenyum manis.
Telunjuk lentik dengan nail kuku warna merah itu menelusuri wajah, lalu turun ke leher dan dada bidang Sean yang polos.
Semuanya masih sama, tak ada yang berubah. Begitupun dengan cara pria itu menyentuhnya, masih sama, lembut dan penuh sensasi.
"Apa yang kamu pandangi?" tanya Sean membuat Xavia menghentikan gerakan telunjuknya.
"Aku hanya milikmu dan selamanya tetap milikmu," lanjutnya.
"Benarkah? Bagaimana dengan Molly? Bukankah kamu akan menikahinya?" Xavia merajuk. Wajahnya berpaling tampak kesal.
Sean merangkum wajah Xavia. Membuat gadis itu kembali menatapnya.
"Aku tidak pernah mencintainya. Hanya dirimu yang aku cintai," ucapnya disertai senyuman tipis, lalu mendekatkan wajahnya pada Xavia.
"Maafkan aku. Bisakah kita memulai semuanya dari awal?" lanjutnya dengan tatapan lembut dipenuhi harapan.
Xavia dibuatnya tertegun.
Sean tak memberinya kesempatan menjawab. Pria itu segera melabuhkan ciuman pada bibir ranum Xavia yang merah alami.Xavia menyambut ciuman itu dengan bersemangat. Tangannya berpindah pada tengkuk leher Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENANTU MISKIN PRESDIR (return)
RomanceSean Palmer, putra sepasang pelayan di keluarga Hernandez, konglomerat kaya raya di kota San Mitero. Diam-diam Sean menyimpan perasaan cinta pada putri majikannya, Xavia Price Hernandez. Namun, ia harus mengubur cintanya karena status mereka yang ja...